YANG CANTIK YANG SETIA
Ditinjau secara Realistis Psikologis
Penulis : P. Dedy.S
Jenis Buku : Seri Spiritualitas
Judul Buku : Belajar dari Maria
Judul di atas merupakan salah satu dari judul yang terdapat di dalam Buku Belajar Dari Maria.
Mungkin kita tidak akan menyangka kalau sosok seperti Maria mau menikah dengan Yusup yang kesehariannya hidup dan bekerja hanya sebagai tukang kayu yang miskin. Padahal Maria merupakan gadis yang sangat cantik, walau dirinya juga termasuk anak yang hidup pula dalam kalangan orang miskin.
Sebenarnya sosok seperti Maria ini berani “menjual mahal dirinya” oleh sebab kecantikannya. Sebagai gadis normal, tidaklah mungkin dia akan membiarkan dirinya dipersunting oleh pria dengan ekonomi yang tidak mapan dan berpenampilan buruk, karena tidak seimbang dengan kecantikan dan kemolekan dirinya. Tentu dia bebas memilih pria yang berhak bersanding dengannya, apalagi dengan kecantikannya yang luar biasa; tidaklah mungkin dia memilih lelaki yang seekonomi dengan hidup keluarganya; tentu saja dia mendambakan pria yang lebih mapan dan tampan rupawan. Namun, realitanya tidaklah demikian.
Tentu tidaklah mustahil jikalau saat itu banyak pemuda dari kalangan orang kaya dan anak pejabat yang mengincar kecantikannya bahkan ingin mempersunting Maria sebagai istrinya. Karena mereka merasa layak memiliki Maria, karena menilai harta kekayaan dapat menjamin hidup Maria dan keluarganya. Tentu saja pria kaya dan berkedudukan ini mampu membahagiakan Maria, jika Maria mau bersama dengan mereka. Namun, entah apa yang membuat Maria tidak mau menerima cinta para pemuda lain yang pasti lebih tampan, hidup lebih mapan, berkedudukan, berlimpah harta benda, anak pejabat dan lain-lain. Tetapi yang lebih menyentuh hati Maria adalah sosok seperti Yusup. Seorang pemuda miskin yang hidup hanya sebagai tukang kayu.
Dalam kitab suci memang hal ini tidak disebutkan. Namun, jika kita belajar dari realita hidup, pasti Maria mengalami tantangan dan godaan yang sama seperti halnya gadis seusianya. Sungguh tidak mustahil kecantikan Maria menjadi dambaan dan pujaan ratusan bahkan ribuan pria tampan dan mapan secara ekonomi saat itu. Tetapi hati Maria tetap setia dan percaya kepada kehendak Allah bahwa hanya Allah yang berhak atas diri dan hidupnya. Maria yakin Tuhan mempunyai rencana tersendiri baginya. Karena itu Maria tetap bertahan di dalam kesuciannya dan setia kepada kehendak Allah sampai tiba saatnya Maria harus bersatu dengan Yusup.
Rasa malu sebagai wanita itu wajar, ketika diketahuinya kalau dirinya sedang hamil oleh Roh Kudus, sebab Maria belum menikah dan belum pula bersuami. Hubungan Maria dan Yusup tidak lebih dari sekedar pacaran. Ketika Maria mengalami kehamilan, saat itu sedang bertunangan dengan Yusup, sang pria pilihan Maria. Maria menjadi shock, beban mental dialaminya, harga dirinya sebagai manusia dan wanita seolah kehilangan nilai dan rasa hormatnya. Karena harus menyimpan rasa malu terhadap gadis lain, para tetangga dan masyarakat saat itu.
Secara budaya, adat, politik dan hukum, diri Maria sangat terancam bahaya yaitu hukuman mati. Sebab pada masa itu berlaku hukum rajam jika diketahui seorang gadis hamil di luar nikah. Bagi adat dan hukum yang berlaku saat itu sangatlah tepat untuk melaksanakan hukuman mati bagi seorang gadis yang moralitasnya direndahkan oleh perbuatannya sendiri. Sebab dengan penjatuhan hukuman mati, perbuatan akibat zinah itu tidak tertularkan kepada generasi berikutnya dan para gadis seusianya. Bukan hanya Maria terbebani rasa malu, melainkan juga keluarganya termasuk Yusup kekasihnya.
Maria tak mampu mengatakan apapun kepada Yusup; berbagai usaha telah dicoba oleh Maria untuk memberikan penjelasan kepada Yusup agar mau menerima kenyataan yang diterima Maria. Tetapi Maria merasa gagal menguraikan alasan-alasan tentang kehamilannya. Bisa saja Maria berusaha bunuh diri karena beban moral yang dialami, karena Yusuf tidak mau bertanggungjawab sebab bukan pelaku kehamilan dirinya. Namun Maria tidak mengambil jalan tersebut, melainkan lebih menyandarkan hidupnya kepada pertolongan Allah dan segala kebaikan-Nya dengan cara rela menerima tugas tersebut dan berani mengambil segala konsekuensinya. Hidup Maria di ujung tanduk. Sebab bagi masyarakat tidaklah mungkin seorang gadis hamil di luar nikah tanpa sebuah consumatum (hubungan seksual). Walaupun itu realita yang terjadi. Karena apa yang telah dialami Maria tidak dapat dilogikakan oleh akal budi manusia.
Yusup sebagai lelaki normal sudah wajar jika timbul rasa kecewa di dalam hatinya, sebab harga dirinya sebagai laki-laki sudah jatuh. Dirinya merasa dipermainkan oleh Maria yang selama ini dipercaya mampu setia kepadanya dalam untung maupun malang. Sehingga secara diam-diam bermaksud menjauhi Maria, bahkan menceraikannya karena saat itu Yusup dan Maria sudah dalam jenjang pertunangan. Namun, Allah yang mengetahui kehancuran hati Yusup datang memberikan penghiburan dan sekaligus memberikan keyakinan bahwa Maria tetap setia dan cinta kepada Yusup. Allah berusaha meyakinkan dan mengembalikan rasa kepercayaan , cinta dan setianya Yusuf kepada Maria.
Sebagai manusia normal, walaupun mendengarkan wahyu Allah tersebut, Yusuf tentunya masih merasa berat hati. Namun, karena pemberitaan itu berasal dari Allah, Yusuf berusaha membangkitkan imannya lalu mencoba membangkitkan pula kepercayaan, cinta dan kesetiaannya kepada Maria. Bukti dinyatakan oleh Yusuf dengan kembali mendatangi Maria dan menerimanya kembali di dalam ikatan cinta dan kesetiaan. Bukti itu tidak cukup hanya dikatakan, justru Yusuf berani menghadapi massa dan membela Maria di depan hukum yang menjerat kematiannya. Selain membuktikan kebenaran, juga berani menikahi Maria di depan masyarakat. Apa yang dilakukan Yusuf sungguh bukti nyata hasil pergulatan batin seorang laki-laki dalam memperjuangkan hak hidup seorang wanita.