Penulis : P. Dedy.S
Sumber : Yohanes 17:20-26
Pada hari ini Minggu 08 Mei, Gereja mencanangkan sebagai Hari Komunikasi Sedunia. Komunikasi itu begitu penting. Tanpa komunikasi tidak akan pernah terjadi kesatuan dan persatuan. Demikian pula kesatuan dan persatuan kita dengan Allah, hanya dapat dilakukan melalui komunikasi. Satu-satunya alat penghubung atau komunikasi kita dengan Allah yaitu lewat doa. Untuk sampai kepada Allah dapat juga menggunakan perantara. Bunda Maria merupakan perantara kita kepada Sang Putra. Dari Sang Putra, harapan kita akan sampai kepada Allah. Doa saja tidaklah cukup untuk mengalami kesatuan bersama Allah, perlu pengorbanan diri. Memaafkan dan mengampuni merupakan salah satu bentuk pengorbanan diri terutama hati. Berani berkorban berarti berani menjadi saksi wafat dan kebangkitan Tuhan (bdk. Kisah Para Rasul 7:55-60).
Komunikasi dan kesaksian yang kita lakukan haruslah membawa kebenaran jika bertujuan untuk menyatukan. Kebenaran itu hanya bisa terjadi jikalau melibatkan Roh Kudus di dalamnya. Sebab hanya Roh Kudus yang menuntun, mendorong dan membimbing setiap orang kepada kebenaran. Hanya semuanya kembali ke masing-masing pribadi, apakah bersedia membuka diri untuk dibimbing, dituntun dan didorong oleh Roh Kudus untuk menjadi saksi dan pewarta kebenaran? (bdk Wahyu 22:12-14.16-17.20)
Ut omnes unum sint yang berarti jadilah mereka satu. Kesatuan ini bukan hanya untuk relasi kita dan Allah saja, melainkan kesatuan pula antara kita dan sesama. Kita telah dipersatukan kembali dengan Allah melalui pengorbanan Sang Putra. Sang Putra telah menjadi mediasi komunikasi timbal balik antara kita dan Allah. Maka sudah sepantasnya bila kita menjalin persatuan dan kesatuan kembali dengan sesama di dalam kebenaran. Persatuan dan kesatuan itu hanya dapat terjadi bila ada komunikasi yang benar. Bila putusnya kesatuan dan persatuan itu dikarenakan kelalaian, salah dan dosa, maka pemulihan kembali kepada kesatuan dan persatuan yakni dengan kemauan dan sikap rela saling memaafkan dan mengampuni agar dunia damai kembali (bdk. Yohanes 17:20-26).
No comments:
Post a Comment