Cara Allah mencintai umat-Nya melalui banyak hal, salah satunya dengan memberikan teguran atau hukuman dan pengampunan. Dengan pemberian teguran atau hukuman, Allah bukan ingin menghakimi kita melainkan ingin menunjukkan betapa belaskasihnya Allah kepada diri kita. Tanpa sebuah teguran atau hukuman, kita tidak akan mengerti, sadar dan sesegera mungkin bertobat dari aneka kesalahan dan dosa yang kita telah perbuat. Cara Allah menegur atau menghukum kita juga melalui banyak cara, salah satunya melalui perantara orang-orang yang ada di dekat kita. Demikian juga yang dialami oleh Daud. Dengan teguran yang diberikan Natan kepadanya menyadarkan Daud dari segala dosanya. Sebagai tanda belaskasih, Allah masih mau mengampuni segala dosanya berkat kesadaran dan pertobatan Daud (bdk 2 Samuel 12:7-10.13).
Kita menjadi selamat dan memperoleh belaskasih Allah bukan karena kita mentaati hukum melainkan karena iman kita kepada-Nya. Hukum diberikan agar kita mampu mawas diri, sehingga menjadi tahu mana yang baik dan mana yang salah; mana yang dikehendaki Allah dan mana yang bukan seturut kehendak Allah. Kita akan mampu melakukan itu semua jikalau mempersilahkan Allah tinggal di dalam hati kita, membiarkan suara-Nya senantiasa bergema, membiarkan kita diajari dan dituntun oleh-Nya. Hanya dengan cara itu, kita akan memperoleh hidup bersama dengan Allah (bdk. Galatia 2:16.19-21).
Belaskasih akan dicurahkan Allah ke dalam diri kita, jikalau kitapun mampu berbelaskasih kepada sesama. Belaskasih yang kita terima akan semakin besar, jikalau kita semakin besar pula berbelaskasih kepada sesama. Ini mengartikan bahwa kita terlebih dahulu yang berbelaskasih kepada sesama, bukan menunggu Allah mencurahkan belaskasih-Nya ke dalam diri kita. Tanda belaskasih akan diterima, kalau kita menyesal dan bertobat. Penyesalan dan pertobatan tidak cukup hanya dikatakan sambil meneteskan air mata, melainkan nyata di dalam perbuatan. Sebab setiap perbuatan mempunyai ganjarannya masing-masing. Karena itu Allah melihat hati yang tercetus di dalam perbuatan (bdk. Lukas 7:36-8:3).
YUBELIUM BAGI ORANG SAKIT DAN MEREKA YANG MEMBANTUNYA (12 Juni 2016)
Pada Minggu 12 Juni 2016 ini pula Gereja
menetapkan sebagai Tahun Yubelium bagi orang sakit dan mereka yang
membantunya. Melalui Tahun Yubelium ini Bapa Suci mengajak kita semua
untuk lebih merenungkan kembali akan kehadiran Yesus sebagai Allah Yang
Maha Rahim yang peduli kepada orang sakit dan menderita. Yesus sendiri
mengatakan “ Ketika Aku sakit, kamu melawat Aku “ (bdk. Mat 25:36b);
melalui perkataan ini Yesus mau mengatakan bahwa di dalam diri sesama
kita yang sakit dan menderita, di situlah Yesus hadir. Maka ketika kita
melawati orang sakit sama halnya kita datang kepada Yesus yang sedang
menderita. Orang yang sedang berbaring karena sakit telah turut serta
mengambil bagian dalam sengsara Yesus. Sakit dan penderitaan telah
membuat seseorang menjadi tak berdaya, tak mampu berbuat apapun. Maka
tidak ada sesuatu yang dikerjakannya selain menjadikan sakit dan
penderitaannya sebagai tempat untuk berkhotbah dan permenungan terhadap
dirinya sendiri.
Kita yang
tergerak hati untuk mengunjungi dan merawat pun menjadi tanda kehadiran
Allah yang Maha Rahim bagi mereka yang sakit dan menderita. Maka,
kunjungan dan perawatan yang diberikan, haruslah keluar dari hati yang
penuh dengan belaskasihan bukan sesuatu yang menambahkan beban. Dengan
kunjungan dan perawatan yang kita berikan, juga memberikan penghiburan
dan meringankan beban hidup yang ditanggungnya.
Doa-doa,
penumpangan tangan dan perminyakan menjadi tanda kehadiran Allah yang
penuh kerahiman dan membawa keselamatan bagi penderita. Karena itu
doa-doa yang dilambungkan, penumpangan tangan dan perminyakan perlu
dilandasi dengan iman akan Allah; supaya kuasa Sang Kerahiman Ilahi
sungguh menjiwai diri kita yang memampukan diri kita sungguh-sungguh
menghadirkan Allah yang membawa harapan akan kesembuhan. (P. Dedy. S)
No comments:
Post a Comment