Hidup damai penuh dengan kesatuan dan persatuan merupakan dambaan semua orang. Seperti itulah suasana “Surga di bumi” atau Kerajaan Allah. Kerajaan Allah dan Kerajaan Surga itu sama artinya yaitu suasana damai dan persekutuan bersama dengan Allah yang hadir di antara kita atau “meraja”. Hanya penekanannya saja yang berbeda; Kerajaan Surga lebih ditekankan kepada kesatuan bersama dengan Allah dalam kehidupan yang akan datang. Sedangkan Kerajaan Allah lebih ditekankan pada aspek kehadiran Allah yang ada dan bersama perjalanan kita di dunia ini. Namun keadaan kelak pun dapat diwujudnyatakan di dalam kehidupan sekarang di bumi dengan mengusahakan kedamaian, kerukunan dan kesatuan antar sesama dan dengan segenap makhluk hidup (bdk. Lumen Gentium 3). Itulah tugas kita untuk mengajak semua orang mengalami kesatuan dan persatuan, sebab dengan tujuan tersebut Allah mewahyukan diri-Nya melalui Kitab Suci, Tradisi dan Ajaran Gereja (bdk. Yes 66:18-21). Dalam Doa Bapa Kami dengan sangat jelas berkali-kali kita serukan dengan mengatakan “Jadilah kehendak-Mu di bumi seperti di dalam surga”. Keadaan ini tidak sekali jadi ketika kita memohonnya. Hal ini diperlukan tindakan konkret dari diri kita sendiri. Maka kita dapat bertanya apa usaha yang dapat kita lakukan dalam mewujudkannya? Kalau usaha itu sudah kita lakukan, maka Allah akan menggenapi dan menyempurnakan segalanya itu.
Monday, August 15, 2016
Monday, August 1, 2016
BELAJAR MENJADI BIJAK DARI SALOMO
Dalam doanya, Salomo meminta kebijaksanaan kepada Tuhan, namun oleh Tuhan diberikan bonus umur panjang, sebab bonus ini tidak dimintanya. Untuk menguji kebijaksanaan yang diminta, Tuhan menghadirkan kepada Salomo permasalahan 2 wanita yang memperebutkan seorang anak.
Kitab Suci memang tidak memberikan kronologi secara detail. Maka kalau didetailkan menurut analisis saya seperti ini:
Kronologi 1:
Seorang wanita B tersadarkan bahwa anaknya mati karena tertindis tubuhnya. Lalu berpikir jahat. Ia menukarposisikan anaknya yang mati dengan anak wanita A. Lalu mengaku-ngaku itu anaknya yang hidup lalu menuduh anak wanita A yang mati, karena dia yakin orang lain tidak tahu kebenarannya. Tujuannya mencari dukungan untuk menjebloskan si wanita A ke penjara dan proses hukum, sehingga memperoleh anaknya. Si wanita B tentunya sudah ngomong kemana-mana menyebarkan fitnah atau kabar tidak benar untuk memperkuat dukungan. Sebagian orang percaya informasi itu.
Kitab Suci memang tidak memberikan kronologi secara detail. Maka kalau didetailkan menurut analisis saya seperti ini:
Kronologi 1:
Seorang wanita B tersadarkan bahwa anaknya mati karena tertindis tubuhnya. Lalu berpikir jahat. Ia menukarposisikan anaknya yang mati dengan anak wanita A. Lalu mengaku-ngaku itu anaknya yang hidup lalu menuduh anak wanita A yang mati, karena dia yakin orang lain tidak tahu kebenarannya. Tujuannya mencari dukungan untuk menjebloskan si wanita A ke penjara dan proses hukum, sehingga memperoleh anaknya. Si wanita B tentunya sudah ngomong kemana-mana menyebarkan fitnah atau kabar tidak benar untuk memperkuat dukungan. Sebagian orang percaya informasi itu.
Subscribe to:
Posts (Atom)