Sunday, November 13, 2016

WEJANGAN AKHIR JAMAN

MINGGU BIASA XXXIII TAHUN C 2016
Kata “Wejangan” berasal dari bahasa Jawa yang berarti nasehat atau petunjuk. Dalam Minggu terakhir tahun liturgi ini, bacaan akan banyak mengatakan tentang akhir jaman yaitu saatnya Yesus datang kedua kalinya yang ditandai dengan ragam kehancuran dunia kecuali iman. Keduniawian dengan sengaja dihancurkan karena dampak negatifnya menjatuhkan moral manusia yang mengabdi kepada keangkuhan dan berbuat kejahatan. Dengan kedatangan-Nya kembali pada “Hari Tuhan”, Allah ingin membebaskan dan membawa keselamatan bagi mereka yang dengan sepenuh hati mencintai dan hidup bagi-Nya (lihat. Maleakhi 4:1-2a).


Setiap hari adalah “Hari Tuhan”. Pada setiap hari itulah, Allah menawarkan pembebasan dan keselamatan kepada umat-Nya. Allah selalu melawati umat-Nya yang selalu merindukan kedatangan-Nya. Maka tanpa menunggu, Allah sendiri telah hadir dalam setiap aktivitas dan pekerjaan yang  manusia lakukan. Dalam lawatan-Nya itu, Allah mau melihat apakah dalam segala aktivitas dan pekerjaan, dalam diri manusia masih memiliki cinta dan hidup bagi Allah? Apabila Allah menemukannya masih ada, maka dari aktivitas dan pekerjaan tersebut akan mendatangkan pembebasan dan membawa keselamatan. Inilah yang dikatakan “Tertib dalam Hidup” (lihat. 2 Tesalonika 3:7-12).

Keduniawian tidak selamanya memberikan jaminan akan keselamatan. Karena yang bersifat duniawi dapat rusak, lenyap dan menyesatkan. Keindahan duniawi bersifat sementara saja. Hanya iman yang memberikan jaminan untuk mengalami pembebasan dan memperoleh keselamatan. Karena itu, iman yang perlu dipersiapkan untuk menyambut “Hari Tuhan” dengan tekun, ulet dan sabar. Karena tanpa tekun, ulet dan sabar, maka iman mudah disesatkan, diperdaya, dilumpuhkan bahkan dihancurkan. Barangsiapa bertahan di dalam iman dan mempersiapkannya dengan baik, akan mengalami pembebasan dan memperoleh keselamatan (Lihat. Lukas 21:5-19).

Bagaimana jika ditinjau dari historis biblis?

Apa yang ditegaskan oleh Paulus dalam surat keduanya kepada umat di Tesalonika masih berhubungan erat dengan apa yang dikatakan Yesus seperti yang dikutip oleh Lukas. Orang-orang di jaman Paulus, masih terobsesi oleh perkataan Yesus tentang kehancuran Bait Allah dan Yerusalem. Sehingga mereka menjadi malas untuk beraktivitas dan melakukan pekerjaannya seperti semula. Tapi mereka sendiri tidak tahu apa yang seharusnya untuk dilakukan dalam mempersiapkan “Hari Tuhan” atau “Akhir jaman”. Paulus ingin agar orang-orang menantikan saat “Hari Tuhan” itu tiba sambil tetap melakukan rutinitasnya. Karena yang harus disiapkan bukanlah hal duniawi melainkan iman. Karena itulah Paulus menegaskan “Barangsiapa tidak bekerja, janganlah dia makan”. Melalui perkataan yang tegas itu, Paulus sangat berharap bahwa orang-orang itu tidak kehilangan mata pencahariannya hanya karena rasa keingintahuannya yang begitu besar terhadap perkataan Yesus pada waktu itu. Hal itu dapat dimaklumi, karena mereka juga takut kehilangan segalanya sementara mereka tidak siap sama sekali.

Apa yang dikatakan Yesus seperti yang dikutip oleh Lukas bahwa kehancuran Bait Allah dan keseluruhan dari Yerusalem akibat perang besar dan bencana alam. Sedangkan penyakit sampar atau kelaparan yang terjadi merupakan dampak dari perang dan bencana alam tersebut. Apalagi masa sebelum kehancuran, para tokoh di dalam Bait Allah sudah melakukan praktek korupsi besar-besaran, sehingga tidak tahu apa yang seharusnya dilakukan bagi penduduk setempat. Para tokoh ini lebih mementingkan dirinya daripada kebersamaan.

Runtuhnya Bait Allah dan Yerusalem, mulanya disebabkan perang pemberontakan antara bangsa Yahudi dan Kekaisaran Romawi. Pemberontakan ini dipicu oleh orang-orang yang mengaku diri mesias yang menyelamatkan Bangsa Yahudi dari penjajahan Bangsa Romawi. Hal ini terjadi setelah Yesus mangkat dan karyanya dilanjutkan oleh para murid. Apa yang dikatakan Yesus tentang penganiayaan mendahului semuanya itu ternyata benar. Hal itu terjadi ketika Yesus sudah mangkat. Kekaisaran Romawi terus melakukan pengejaran dan penangkapan terhadap para pengikut Yesus yang disebut Kristen. Bahkan akhirnya mereka harus menjadi martir suci entah dengan dijadikan santapan bagi binatang buas, maupun menjadi tiang garam (dibakar hidup-hidup). Petrus sendiri sempat melarikan diri meninggalkan Roma. Namun di perjalanan bertemu Yesus dan disapa “Quo Vadis Petrus? Haruskah Aku disalibkan untuk kedua kalinya?” Petrus menyesal dan akhirnya kembali ke Roma untuk mengalami kemartiran. Namun dirinya tidak mau disalib layaknya Sang Guru, melainkan disalib terbalik.

Sedangkan Paulus sendiri juga menjadi martir ketika menginjakkan kakinya di Roma dalam misi perjalanannya yang keempat. Paulus dipenggal di Roma. Murid-murid yang lain bersembunyi di dalam katakombe-katakombe sambil menyembunyikan seluruh kitab suci, surat-surat dan segala hal yang pernah dikatakan Yesus. Hal itu dilakukan agar pada jaman yang baru, ada orang yang bisa menemukan seluruh kitab-kitab tersebut.

Bencana alam yang menyertai pada waktu itu yakni gempa tetonik dengan diikuti turunnya meteor ke bumi. Meteor-meteor ini juga turun di Timur Tengah. Karena pada jaman itu pengetahuan belum berkembang seperti sekarang, maka sangatlah wajar apabila mereka menganggap batu-batu langit ini turun dari surga. Kisah ini yang menjadi cikal bakal batu yang dianggap suci oleh orang Arab dalam sejarah Islam. Yesus menyebutkan lebih dahulu hal ini sebagai “tanda-tanda di langit” seperti yang dikutip oleh Lukas. Peristiwa ini terjadi sekitar tahun 70 masehi. Itu berarti 37 tahun setelah Yesus mangkat.

Kekejaman makin merajalela ketika Kaisar Nero memimpin Kekaisaran Romawi. Hampir semua orang Kristen ditangkap, disiksa dan dibunuh agar tidak ada yang menjadi pengikut Yesus. Beberapa masa setelahnya, Yerusalem diserbu oleh bangsa Turki dan daerah-daerah yang sudah dikuasai oleh muslim. Kekaisaran Romawi yang menguasai Yerusalem kalah perang. Dari sekian banyak bangunan yang dihancurkan oleh bangsa muslim ini, hanya makam Yesus dan Via Dolorosa yang diamankan karena dipandang sebagai tempat suci bagi mereka.

Rentetan peristiwa ini baru kiamat kecil, belum masuk jaman ESKATOLOGIS yaitu saatnya Yesus datang kedua kalinya. Karena itulah Yesus menegaskan sebelumnya kepada mereka agar waspada dan jangan disesatkan oleh ajaran manapun. Mereka yang percaya dan bertahan di dalam imannya, akan mengalami keselamatan dan sebuah peristiwa yang terjadi di luar kemampuan mereka.

Kisah sejarah yang melatarbelakangi tulisan ini masih sangat panjang, namun sangatlah mustahil untuk menuliskannya semua. (P. Dedy. S)

No comments:

Post a Comment