Penulis : P. Dedy.S
Sumber : Yohanes 6:1-15
Dalam memenuhi kehidupan kita sehari-hari perlu menyeimbangkan antara kebutuhan fisik dan kebutuhan rohani. Tidaklah mungkin cukup dengan doa saja, rejeki akan datang; melainkan harus berusaha. Ketika rejeki itu diberikan kepada kita entah cukup ataupun secara melimpah, perlu ingat untuk senantiasa bersyukur dan rela berbagi kepada sesama melalui sedekah. Sebab sesungguhnya rejeki yang diterima itu bukanlah hasil jerih payah kita, melainkan tanda belaskasih Allah atas diri kita. Apabila kita melakukan hal itu, berarti kita melaksanakan EKARISTI.
Berbagi dengan sesama tidaklah harus menunggu sampai diri kita diberikan oleh Alllah rejeki secara berlimpah, karena batasan berlimpah antara pandangan Allah dan pandangan kita itu berbeda. Kita kerap kali merasakan kalau rejeki yang kita terima itu belum cukup, sehingga kita selalu jatuh kepada ketidakpuasan akan rejeki dan kebaikan Allah. Sehingga dalam hati kita selalu muncul keinginan untuk menuntut Allah agar memberikan rejeki secara lebih berlimpah; Ada yang oleh Allah dengan sengaja dikabulkan untuk menguji apakah dengan kelimpahan itu kita mengetahui cara untuk bersyukur yang tidak hanya terucapkan, melainkan nyata tercetus dalam segala tindakan dan perbuatan melalui semangat hidup berbagi dengan sesama terutama yang miskin dan hina dina. Ada juga yang oleh Allah permohonan itu tidak dikabulkan sama sekali karena Allah mau menguji batas kesetiaan kita terhadap-Nya, sekaligus untuk melihat apakah kebaikan Allah itu hanya diukur dari rejeki saja. Dalam keadaan keterbatasan pun kita diharapkan mau dan rela berbagi. Maka, di luar kemampuan dan kesadaran kita bahwa sesungguhnya Allah akan menggandakan dari segala yang kita sudah bagikan itu sekalipun berasal dari segala keterbatasan (Bdk. 2Raja-Raja 4:42-44). Sebab Allah tidak melihat keterbatasan itu sebagai penghalang bagi kita untuk membangun sikap berbagi dan peduli kepada sesama, melainkan Allah melihat hati yang dipenuhi dengan sukacita, kemauan dan kerelaan yang menjadi dasar dari sikap belaskasih. Dengan mau dan rela berbagi sesungguhnya sudah menunjukkan rasa syukur kita atas rejeki yang Allah telah berikan.
Ekaristi yang hidup bukanlah yang kita rayakan setiap kali datang dan mengikuti misa atau perayaan perjamuan syukur di gereja, melainkan ketika kita mempunyai kemauan, kesadaran, keterbukaan dan kerelaan untuk berbagi dengan sesama tanpa pandang bulu. Kalau kita datang ke gereja dan mengikuti Ekaristi, perayaan yang kita ikuti itu baru awal dari Ekaristi. Ekaristi yang sesungguhnya akan terjadi ketika kita meninggalkan gedung gereja dan melakukan perjumpaan dengan sesama. Selama di dalam perayaan ekaristi di gereja, kita pun sudah dituntut untuk rela berbagi, namun apakah kita sudah menyadari hal tersebut? Ataukah kita masih terlalu sibuk dengan diri kita sendiri, sehingga tidak menyadari kehadiran sesama dalam perjamuan tersebut. Dengan mau berbagi berarti kita turut mengambil bagian dalam hidup persekutuan yang menyatukan seluruh umat Allah menjadi satu Roh, satu tubuh, satu Tuhan, satu iman, satu pengharapan, satu pembaptisan dan satu Allah Bapa di dalam Yesus Kristus (Bdk. Efesus 4:1-6). Kalau dalam hati kita belum terlahir rasa syukur melalui berbagi dengan sesama, berarti kita belum menerima Yesus dengan sepenuh hati. Karena diri kita belum bersatu dengan umat Allah.
Kesadaran dalam hidup persekutuan haruslah terlebih dahulu muncul dari dalam diri kita, selanjutnya Allah yang akan membimbing. Untuk memunculkannya kita perlu mempunyai sikap peduli dalam gerakan belaskasih melalui semangat hidup berbagi dari segala apa yang ada di dalam diri kita sekalipun berasal dari keterbatasan. Lima roti dan dua ikan merupakan lambang keterbatasan yang kita miliki, namun semuanya telah digandakan oleh Allah agar kita menjadi percaya bahwa Allah tidak memperhitungkan akan segala keterbatasan yang kita miliki; Allah hanya melihat niat dan kemauan kita dalam berbagi dengan sesama. Percayalah di dalam iman, mukjizat itu nyata. Karena itu marilah kita peduli dan membangun sikap rela berbagi, maka Allah akan mengubah segala yang terbatas menjadi berlimpah ruah (Bdk. Yohanes 6:1-15). Itu tandanya kita merayakan dan melaksanakan EKARISTI.