Penulis : P. Dedy. S
Sumber : Markus 6:30-34
Kepemimpinan dalam Gereja hampir mempunyai kesamaan dengan kepemimpinan dalam pemerintahan. Perbedaan yang mencolok dalam kepemimpinan terletak pada cara setiap pemimpinnya dalam memimpin warga atau rakyatnya; kalau pemerintah lebih banyak memerintah dengan kekuasaan atau tangan besi, sedangkan pemimpin umat Allah atau Gereja memerintah dengan cinta kasih. Perbedaan ini dapat terjadi karena pemimpin Gereja dibimbing langsung oleh Roh Kudus, sehingga tugasnya menjadi tugas penggembalaan.
Dalam Gereja memang mempunyai pemimpin untuk melanjutkan tugas penggembalaan yang dilakukan oleh Yesus setelah kenaikan-Nya ke surga. Yesus telah mendahului dengan mempersiapkan para rasul pilihan-Nya sebagai pemimpin atas para murid lainnya. Sekarang tugas penggembalaan yang diwariskan oleh Yesus itu hadir dalam diri para pemimpin Gereja. Pemimpin Gereja yang dimaksudkan adalah Paus, Uskup dan Imam. Mereka ini dikatakan pemimpin Gereja karena berkat tahbisan Imamat yang diterimakan kepada mereka. Dengan demikian mereka mempunyai hak seperti yang Yesus lakukan. Bukan berarti hanya mereka yang berhak atas tugas penggembalaan, kitapun yang disebut Gereja, entah sebagai umat biasa maupun pengurus lingkungan atau wilayah wajib melaksanakan tugas penggembalaan atas kawanan yang dipercayakan Tuhan kepada kita; salah satunya adalah keluarga. Memang cara dan teknik penggembalaan yang dilakukan antara kaum tertahbis dan kaum awam sangat berbeda. Perbedaan itu dikarenakan masing-masing memiliki batasan-batasan dalam melaksanakan tugas penggembalaan.
Sebagai penggembala kita mempunyai kewajiban utama yaitu BERTANGGUNG JAWAB atas kawanan yang dipercayakan. Bentuk pertanggungjawaban itu antara lain: MEMPERSATUKAN SELURUH UMAT, MENCARI DAN MENEMUKAN UMAT YANG HILANG DARI PERSEKUTUAN, MEMPERHATIKAN KEHIDUPAN UMAT dan berbagai tugas penggembalaan lainnya (Bdk. Yeremia 23:1-6). Banyak pemimpin yang tidak bertanggungjawab dan membiarkan umatnya tercerai berai dan sama sekali tidak memberikan perhatian kepada umat yang dipercayakan kepadanya. Seharusnya yang dilakukan oleh seorang pemimpin itu hadir di tengah seluruh jemaat dan menanamkan jiwa persatuan kepada umat, agar umat hidup tidak terkotak-kotak dengan berdasarkan kesukuan atau hal lainnya. Sebab Kristus sendiri tidak pernah membeda-bedakan orang dan kelompok, hanya manusia sendiri yang cenderung hidup terkotak-kotak dan berusaha mencari zona aman. Memang untuk melaksanakan semua itu membutuhkan pengorbanan yang amat besar terutama waktu. Namun, apabila melakukannya dengan sepenuh hati, tidak akan ada kata sulit. Semuanya akan dipermudah oleh Allah.
Satu hal yang perlu dimiliki oleh seorang pemimpin atau penggembala yaitu SEMANGAT PENGORBANAN, bukan menjadikan orang lain sebagai korban demi kepentingan pribadi. Sebab Kristus tidak mengejar kepentingan-Nya sendiri, melainkan telah meneladankan hidup-Nya yang mau dan rela berkorban demi keselamatan banyak orang, bukan atas nama kelompok tertentu (Bdk Efesus 2:13-18). Maka, apabila diri kita enggan bahkan tidak mau berkorban bagi Allah melalui karya umat, apakah tidak merasa malu apabila melihat pengorbanan Allah yang begitu besar kepada diri kita.
Dalam tugas penggembalaan, kita tetap perlu kembali kepada Allah sebagai Gembala Utama untuk mendapatkan penyegaran dan bimbingan rohani, mengalami belaskasih-Nya, mencurahkan segala apa yang telah kita laksanakan, mendapatkan pembelajaran yang baru dan menggali kekuatan dalam pelaksanaan tugas selanjutnya (Bdk. Markus 6:30-34). Karena tanpa kembali kepada Allah, kita tidak akan mampu berbuat apa-apa lagi.
No comments:
Post a Comment