Thursday, March 19, 2015

KOTAK PERSEMBAHAN TANAH SUCI SEBAGAI PEMELIHARAAN WARISAN IMAN

(Pendekatan Teologi Kultural)

Penulis : P. Dedy.S

Dalam Gereja Katolik memiliki tradisi untuk memberikan persembahan bukan perpuluhan. Ini yang membedakan antara Gereja Katolik dengan Gereja Kristen lainnya. Persembahan ini disebut kolekte (artinya pengumpulan, persekutuan). Maka kolekte yang dilaksanakan di dalam pertemuan-pertemuan doa maupun perayaan Ekaristi ingin mengajak setiap orang untuk andil dalam semangat solidaritas sebagai satu saudara di dalam persekutuan. Inilah yang menjadi ciri khas umat yang hidup di dalam persekutuan. Karena itu tidak pernah dituntut secara nominal, namun yang lebih dituntut adalah semangat kerelaan hati dan pengorbanan. Tanpa kerelaan dan kemauan untuk berkorban, maka solidaritas hanya tinggal slogan. Maka untuk membangkitkan kesadaran bersama dalam semangat solidaritas, setiap pribadi yang bersatu di dalam persekutuan haruslah didasari oleh semangat kerelaan hati dan pengorbanan.

Bentuk pengorbanan itu tidaklah harus muluk-muluk, cukup yang sesederhana mungkin, yang mungkin oleh kebanyakan orang dipandang remeh dan nampaknya tidak berarti. Justru di balik hal yang kecil lebih banyak mendatangkan arti. Sebab kecil bentuknya namun banyak maknanya. Salah satunya adalah pengorbanan waktu. Tidak ada harta benda yang mampu membeli waktu seseorang, kecuali orang itu sendiri yang menyediakan diri penuh kerelaan tanpa pamrih. Sebaliknya, setiap pribadi yang berada di dalam persekutuan haruslah menerima dan menghargai arti sebuah kehadiran dari setiap pribadi yang hadir di tengah persekutuan. Mengapa dikatakan demikian? Banyak orang ikut dan hadir di dalam persekutuan dengan motivasi tidak murni. Ada yang ingin agar ada pengakuan dari pihak lain atas dirinya dan berbagai motivasi lain.

Selama pekan suci, kolekte tetap diadakan kecuali pada saat PERAYAAN JUMAT AGUNG. Namun sebagai penggantinya akan disediakan KOTAK PERSEMBAHAN BAGI TANAH SUCI. Selama ini umat mengira kotak tersebut adalah kotak sumbangan untuk pengganti teks perayaan, padahal sesungguhnya kotak tersebut akan dipersembahkan bagi TANAH SUCI dengan maksud UMAT TURUT SERTA DALAM KESENGSARAAN TUHAN. Ketidak-mengertian umat ini dikarenakan kurangnya sosialisasi dan cara penempatan kotak. Seharusnya kotak diletakkan terpisah dari petugas yang menyediakan teks perayaan. Namun selama ini yang terjadi, kotak persembahan didekatkan pada posisi petugas penyedia teks perayaan. 

Patut disadari pula bahwa keterlibatan dan keikut-sertaan umat bukan hanya saat itu, melainkan turut bermatiraga selama 40 hari dengan praktek rohani yakni UGAHARI, artinya mengurangi kebiasaan konsumeris menjadi tahan diri. Memang terasa sangat berat, namun itulah salah satu dari keutamaan MATIRAGA yang seharusnya terjadi selama MASA PRAPASKAH. Kalau diperhatikan lebih jauh, umat lebih mudah membeli pulsa daripada memberikan persembahan. Kalau membeli pulsa tidak menghitung-hitung, namun ketika saatnya memberikan persembahan, kerap kali menghitung berapa yang harus dipersembahkan. Pemahaman seperti inilah yang perlu dibongkar dalam pandangan umat, agar perlahan namun pasti iman mereka menjadi tumbuh lebih dewasa.

Dalam budaya di tengah masyarakat, apabila mengunjungi orang yang berduka cita, kita selalu memberikan santunan sebagai tanda solidaritas terhadap saudara kita yang sedang dilanda duka. Demikian pula saat perayaan Jumat Agung, kita diajak turut serta memberikan tanda solidaritas terhadap KELUARGA KUDUS yang sedang berduka namun diwakili oleh TANAH SUCI. Maka sebagai tanda solidaritas dan hidup di dalam persekutuan, UMAT DIHARAPKAN IKUT ANDIL DALAM MENGISI KOTAK TERSEBUT. Sesungguhnya Allah tidak melihat sedikit atau banyaknya persembahan yang diberikan, namun seberapa hati kita rela berkorban bagi Allah dan sesama. Dengan keikutsertaan dalam mengisi kotak persembahan, umat ikut serta pula memelihara TANAH SUCI sebagai milik bersama yang harus dijaga, dirawat dan dilestarikan nilai warisan budaya imannya. Sebab dari sanalah dasar pembentukan iman kita dan karya keselamatan untuk seluruh dunia dimulai.


No comments:

Post a Comment