Penulis : P. Dedy. S
Siapa yang tidak tertarik dengan jabatan dan kedudukan? Karena di sanalah ada kekuasaan, harta melimpah, rasa hormat, disegani dan pamor diri. Namun siapa yang mau mendapatkan jabatan sebagai hamba dan pelayan? Karena di sanalah ada penindasan, penganiayaan, penekanan, perendahan harga diri, dicueki dan hilang harga diri. Kedua model hidup seperti itu tidak pernah ada habisnya. Namun yang paling langkah dalam hidup adalah kemauan untuk hidup sebagai pemimpin yang melayani, yang rela berkorban bagi siapapun tanpa pandang bulu, yang tidak mengejar keuntungan diri sendiri namun selalu memperjuangkan diri sesamanya, yang selalu berwelas asih dan berperilaku adil, bukan bersikap diktator melainkan berjiwa hamba, menghargai hidup sesamanya dan berjuang bagaimana sesamanya memperoleh hidup dan haknya.
Dalam realita hidup, hanya segelintir pribadi yang berkeinginan menjadi pemimpin yang melayani bukan diktator. Karena dalam dirinya ada iman, ada cinta kasih dan ada belaskasih. Sedangkan rata-rata mereka yang mengejar kedudukan dan pamor berusaha meraih jabatan sebagai pemimpin, kerap kali membuat batu sandungan bagi orang lain, karena dalam dirinya ada satu keinginan yakni MENJADI PENGUASA. Segala cara akan ditempuh demi kekuasaan, walau cara itu harus menghalalkan segala cara.
Memang tidak enak menjadi pemimpin yang melayani, sebab tidak dapat tidur nyenyak sementara sesamanya masih menderita. Perjuangan hak hidup untuk sesamanya selalu mengganggu tidurnya. Namun apakah hal itu dapat disingkirkan jikalau Allah menghendaki dirinya sebagai pemimpin yang melayani? Tentu tidak.
Menjadi pemimpin yang melayani selalu mempunyai musuh, tidak disukai banyak orang bahkan kerap kali dimanfaatkan orang lain. Hal ini dapat terjadi, sebab mereka tidak pernah mengerti arti sebuah kebaikan hati. Namun pemimpin yang melayani yang melandaskan hidupnya pada Sabda Tuhan, dirinya akan dibimbing, diterangi dan dituntun untuk mampu melihat yang baik dan benar. Dengan demikian dirinya tidak semudah itu untuk dikemudikan orang lain lalu mengalami penyesatan.
Untuk menjadi pemimpin yang melayani haruslah mempunyai sikap rendah hati, lemah lembut, rela berkorban, sabar dalam menanggung segala sesuatu, sederhana dan murah hati. Mana mungkin dapat melayani, kalau dalam dirinya tidak dilandasi sikap rendah hati. Hanya yang mampu rendah hati yang mampu melayani. Mana mungkin mampu menghadapi banyak orang, kalau dalam dirinya tidak mampu lembut hati. Maka mungkin dapat menyelamatkan banyak orang, kalau dalam dirinya tidak mempunyai sikap rela berkorban. Maka, sikap-sikap seperti ini yang harus dimiliki oleh seorang pemimpin yang melayani.
Maka untuk berkeinginan menjadi pemimpin yang melayani, mari mulai dari diri sendiri. Pimpinlah diri untuk menjadi baik dan benar bagi sesama. Pimpinlah diri untuk mampu melayani sesama, mula-mula dalam masyarakat terkecil yakni keluarga, lalu ke lingkungan sekitar terdekat. Jikalau hal ini mampu kita lakukan, niscaya Allah akan memampukan kita memimpin sesama dalam lingkup yang lebih besar dengan semangat pelayanan.
No comments:
Post a Comment