Penulis : P. Dedy. S
Dalam menjalani roda kehidupan ini, kita tidak dapat terlepas dari segala situasi dan kondisi yang membawa ke dalam pengalaman suka dan duka, senang dan derita. Semua orang tentu mendambakan kehidupan yang dijalaninya dipenuhi rasa suka dan senang, lalu menolak segala hal yang tidak mengenakkan dan mendatangkan derita. Kita sering berpandangan bahwa hidup yang diwarnai suka dan senang itu tanda diri kita baik, sedangkan kalau duka dan derita kerap kali dipandang sebagai tanda kutukan dan hukuman atas dosa. Padahal sesungguhnya tidaklah demikian. Dalam segala pengalaman hidup yang kita alami, semuanya menjadi tanda rahmat Allah. Dalam semua pengalaman itu Allah mau menunjukkan kasih setia-Nya yang tak pernah berkesudahan (bdk. Ef 2:4-5).
Pengalaman duka dan derita yang kita alami memang dapat dijadikan oleh Allah sebagai cambuk bagi kita agar kita bertobat dan membenahi segala hal yang menjatuhkan kita ke dalam salah dan dosa. Namun jangan pernah disangka, bahwa melalui pengalaman ini pula Allah mau menguji akan iman dan kesetiaan kita kepada-Nya. Sebab dalam kondisi seperti ini, biasanya kita baru ingat akan pertolongan Allah, sehingga membangkitkan harapan akan belaskasih Allah. Allah itu tidak pernah memperhitungkan salah dan dosa yang kita perbuat.
Pengalaman suka dan senang yang kita alami belum tentu pertanda bahwa hidup kita sudah baik dan mulia di hadapan Allah. Sebab melalui pengalaman ini, Allah mau menguji dan melihat apakah kita masih mempunyai iman, harapan dan kasih setia kepada Allah. Sebab dalam pengalaman ini kecenderungan yang timbul selalu membuat kita lupa akan Allah, hilangnya kepekaan terhadap lingkungan dan sesama.
Dalam bacaan hari ini menunjukkan pengalaman Bangsa Israel yang juga diwarnai suka dan senang, duka dan derita. Namun dalam kondisi seperti itu Allah selalu melawati umat-Nya dengan segala kesetiaan-Nya. Allah tidak pernah meninggalkan umat-Nya sekalipun dalam kondisi paling sulit. Namun apa balasannya? Bangsa Israel kerap kali tidak setia kepada Allah. Maka untuk menyadarkan dan membangkitkan kesetiaan mereka kembali, Musa harus mengangkat tinggi-tinggi ular, agar siapapun yang melihatnya tidak dipatuk ular. Demikian juga dengan Yesus Tuhan kita, siapapun yang tetap setia dan mengangkat muka kepada-Nya akan diselamatkan dan memperoleh hidup yang kekal (bdk. Yoh 3:14-15).
Pengalaman Bangsa Israel juga termasuk pengalaman diri kita. Dengan menunjukkan kasih setia-Nya ke dalam segala pengalaman hidup, kita diharapkan tetap memuliakan dan meninggikan nama Allah. Pola hidup rohani seperti ini haruslah tertanam di dalam keluarga kita masing-masing melalui pembinaan iman yang makin hari semakin dewasa. Sebab keselamatan dunia ini berawal dari keselamatan yang terjadi di dalam keluarga. Orangtua mempunyai kewajiban memampukan anak-anaknya untuk melihat segala pengalaman hidup mereka sebagai rahmat dan wujud kasih setia Allah, dan diharapkan pula dalam segala pengalaman selalu ingat akan Allah dan mengagungkan nama-Nya. “ Ya Allah, kasih setia-Mu kuagungkan selama-lamanya “.
No comments:
Post a Comment