MINGGU PRAPASKAH III TAHUN C 2016
Penulis : P. Dedy.S
Sumber : Luk 13:1-9
Kerahiman Allah dapat dialami melalui belaskasih yang diberikan-Nya. Semuanya diberikan tanpa memandang siapapun dan seberapapun dosa yang diperbuat. Belaskasih-Nya lebih mudah dialami bagi kita yang menderita akibat penjajahan dan perbudakan dosa, sehingga kerahiman-Nya diharapkan mampu membebaskan kita dari aneka perbudakan dosa tersebut dan kembali mengalami belaskasih Allah. Musa merupakan salah satu pribadi terpilih dalam menyampaikan belaskasih Allah kepada umat. Allah tidak ingin membiarkan umat-Nya hidup dalam aneka penderitaan terlebih akibat dosa (bdk. Kel 3:1-8a.13-15).
Dengan menerima Baptis, Ekaristi dan Krisma bukan berarti membuat kita menjadi kebal terhadap aneka cobaan hidup dan dosa, terlebih lagi apabila kita mengalaminya sebagai formalitas belaka tanpa sebuah penghayatan iman dan kesungguhan hati. Karena hal tersebut dapat menjatuhkan kita ke dalam ketidaksetiaan kepada Allah. Yang membuat kita kebal dan mampu tetap setia kepada Allah yaitu dengan menerima makanan dan minuman rohani berupa sabda Tuhan, ekaristi, pendalaman iman, doa, rekoleksi, retret, pantang, puasa dan amal sambil tetap bertekun, ulet dan sabar dalam menanggung segala sesuatu (bdk. I Kor 10:1-6.10-12).
Yesus sebagai Musa baru mengajak kita menuju jalan Pertobatan sebagai jalan terbaik untuk menjalin persatuan kembali antara kita dan Allah serta mengalami belaskasih-Nya. Pertobatan dapat dilakukan kapan saja tanpa harus menunggu jelang Natal atau Paskah. Pertobatan terbuka bagi siapa saja dan tanpa harus menunggu mendapatkan teguran dari Allah. Pertobatan itu harus meliputi lahir dan batin. Pertobatan itu harus menghasilkan buah nyata dalam segenap pikiran, perkataan dan perbuatan. Karena itu pertobatan harus timbul dari kesadaran diri dan niat untuk bertobat; selanjutnya melakukan pertobatan dan membuat silih (denda dosa) atas tobat yang kita lakukan (bdk. Luk 13:1-9).
No comments:
Post a Comment