Saturday, July 9, 2016

MEMBANGUN SEMANGAT BERBELASKASIH

Inti dari pewartaan Sabda Tuhan adalah membangun semangat berbelaskasih. Belaskasih merupakan perwujudan dari cinta kasih kepada Allah dan sesama. Cinta kepada Allah dapat diwujudnyatakan dengan cara mendengarkan sabda-Nya, mengikuti perintah-Nya, patuh kepada segenap hukum-Nya dan dengan setia pula melaksanakannya. Perwujudan cinta kepada Allah tidak terlepas dari cinta kepada sesama. Dapat dikatakan bahwa Allah dan diri sesama itu saling berkaitan. Karena dalam diri sesama, hadirlah perwujudan Allah. Maka dengan berbelaskasih kepada sesama sama halnya mencintai Tuhan dengan segenap hati. Segenap hati berarti melibatkan seluruh yang ada di dalam diri kita yaitu: pikiran, perkataan dan perbuatan (bdk. Ulangan 30:10-14).
Karena tercetuskan pikiran berawal dari hati. Pikiran hanya memberikan pertimbangan antara YA dan TIDAK. Kalau hati sama sekali tidak tergerak untuk berbelaskasih, maka dalam pikiran tidak pernah terlahir dorongan-dorongan yang mampu menggerakkan seluruh diri kita untuk melakukan praktek belaskasih. Kalau hati saja tidak terdorong, maka perkataan kita pun tidak terucapkan kata-kata yang mengarah kepada belaskasih. Kalaupun ada, hanyalah perkataan belaka tanpa sebuah aksi nyata. Sedangkan perbuatan dapat mencetuskan belaskasih kalau dari dalam hati terbangkitkan semangat untuk berbelaskasih. Banyak hal dapat menjadi pemicunya dan sekaligus sebagai motivasi yang mendorong kita untuk berbelaskasih; bisa murni bisa juga faktor lain. Murni dan tidaknya kembali ke dalam diri kita sendiri dan Tuhan yang satu-satunya dapat melihat keseluruhan yang terdapat di dalam hati dan pikiran kita.
Semangat belaskasih adalah semangat Kristus. Dengan membangun semangat belaskasih sama halnya mengenakan semangat Kristus. Hal itu berarti kita percaya di dalam iman bahwa Dialah Allah Sumber Cinta Kasih. Cinta-Nya telah ditunjukkan kepada kita sejak semula, bahkan kita semua dihimpun menjadi satu tubuh juga demi satu tujuan yaitu kita semua mengalami damai dan belaskasih-Nya. Dengan hadir di dunia, menjelma menjadi manusia dan pengorbanan yang dilakukan-Nya merupakan bukti nyata akan semangat belaskasih yang dimiliki. Semangat itulah yang diteladankan kepada kita, agar kitapun menghimpun semua orang di dalam damai dan belaskasih-Nya (bdk. Kolose 1:15-20).

Praktek belaskasih tidak memandang siapapun; tidak perduli lawan maupun kawan, sebab Allah sendiri hadir untuk semua orang tanpa pandang bulu. Kalau ternyata praktek yang dilakukan masih melihat dan menimbang-nimbang siapa yang akan kita berikan belaskasih, maka apa yang kita lakukan sejatinya bukanlah belaskasih melainkan egoisme. Sebab Allah sendiri tidak pernah pilah pilih dalam memberikan belaskasih-Nya. Semua orang yang baik dan pendosa sama-sama mengalami belaskasih Allah. Semua orang sama di hadapan Allah. Jika Allah telah berbuat demikian, maka kitapun hendaknya berbuat seperti yang diteladankan-Nya yaitu: mengasihi sesama seperti halnya mengasihi Allah dan diri sendiri. Kalau kita belum mampu mengasihi diri kita sendiri, maka kitapun belum akan mampu mengasihi sesama. Itu berarti kitapun belum mampu mencintai Allah. Kalaupun kita mengatakan mencintai Allah, itu baru sebatas angan-angan atau pikiran; belum teraktualkan. Praktek semangat belaskasih berkaitan erat dengan seluruh yang ada di dalam diri kita yaitu: kemampuan dalam memandang sesama, kemampuan dalam berbelarasa, kemampuan untuk terllibat secara inisiatif dan kemampuan dalam bertindak (bdk Lukas 10:25-37). Kalau keempat hal itu mau disimbolkan, maka menjadi MATA, HATI, KAKI dan TANGAN. Karena mata yang pertama kali membuat diri kita melihat sesama dan menimbulkan suatu rasa. Selanjutnya apa yang kita lihat itu mulai menyentuh hati kita; apakah kita merasa iba dan tergerak melakukan sesuatu atau justru, kita cuek.  Kaki dapat melangkah dan mengarahkan diri kita untuk gerakan belaskasih, kalau didorong oleh hati. Sedangkan tangan menjadi simbol dari suasana dan segenap gerakan hati kita. Dari uluran tangan kita dapat melihat seberapa gerakan belaskasih yang ada di dalam hati kita. (P. Dedy.S)


No comments:

Post a Comment