Berlangsungnya MEA (Masyarakat Ekonomi Asia) 2015 sebenarnya belum siap dialami oleh Bangsa Indonesia. Sebab belum semua rakyat mengalami perbaikan ekonomi. Justru dengan berlangsungnya MEA ini, membawa anjlok perekonomian negara terutama pengusaha dan pedagang kecil. Ini pertanda bahwa pemerintah Indonesia belum memiliki kebijakan. Perekonomian dan dukungan pemerintah Indonesia masih berpihak kepada pengusaha besar dan sukses, tanpa melihat ke bawah kepada para pengusaha dan pedagang kecil.
Perekonomian yang makin anjlok ini, akhirnya membuat pasar pun mulai sepi, namun benderaku tidak pernah turun, tetap berkibar semampu mungkin. Itulah gambaran bagaimana aku tetap berjuang di tengah krisis ekonomi saat ini. Benderaku menjadi sedikit berayun ketika seorang teman telah membantu untuk mempromosikan usahaku. Berkat dukungan teman dan usaha mempromosikan usahaku ini, lalu menyebabkan adanya salah satu dari temannya yang ingin mendapatkan service laptop dariku. Laptopnya saat itu mengalami Windows Victim dan dijangkiti beragam virus. Temanku sempat bertanya tentang berapa tarif yang aku harus minta padanya, aku pun menjawab bahwa tarifnya Rp 100.000.
Setetes harapan itu sempat lenyap ketika temanku itu menyampaikan informasi, kalau rencana itu tidak jadi alias batal. Pembatalan disebabkan oleh beberapa hal, di antaranya terkesan terlalu mahal. Tetesan harapan itu mulai kembali menetes, ketika temanku itu kembali membawa informasi, kalau temannya ternyata melanjutkan keinginannya untuk mendapatkan pelayanan service dariku.
Setelah aku dan teman yang dimaksud itu tersambung kontak, akhirnya Sabtu 17 Januari 2015 pukul 15.30 bertemu. Ketika bertemu, orang yang meminta pelayananku itu tidak menghendaki aku datang ke rumahnya, tetapi dia sendiri yang datang menjumpaiku dan ingin mendapatkan pelayananku di tempat kerjaku alias counter. Ketika dia bertanya tentang berapa lama proses servicenya, aku pun menjawab bahwa service laptop akan berlangsung antara 4 sampai 5 jam. Orang inipun menerimanya. Orang ini tidak rela meninggalkan laptopnya untuk aku perbaiki, sehingga dia terus menemani sambil mengamat-amati cara kerjaku. Aku sendiri mengetahui bahwa hal itu bukan karena dia tidak percaya padaku, melainkan dia ingin melihat kualitas kerjaku dan kejujuranku.
Dalam pelayanan, aku selalu berprinsip "Berikan yang terbaik dari semua yang terbaik". Ternyata pelayanan yang aku telah berikan menyita waktu lebih dari 5 jam. Tepat pukul 22.30 semuanya usai. Sementara orang itu tetap tidak mau meninggalkan tempatku bekerja. Begitu service selesai aku berikan, akupun hanya mengenakan padanya tarif sebesar Rp 50.000 karena selain banyak software yang dia bawa sendiri walau bajakan, juga karena dia datang sendiri ke tempat kerjaku atau counter. Faktor pelambatan proses kerja itu, banyak dipicu oleh kepingan DVD yang mengalami banyak goresan dan lambatnya proses pada DVD drive dalam membaca DVD. Itulah yang membuat lama proses kerja.
Ketika orang itu akan meninggalkan tempat kerjaku, ternyata justru orang itu tidak membayarku Rp 50.000, melainkan lebih banyak dari itu. Bahkan yang paling mengherankan, sepulangnya dia dari tempat kerjaku pukul 23.00, dia sempat SMS dan melarangku untuk makan malam, dia memintaku untuk menunggunya. Akupun menunggunya di depan jalan. Begitu dia kembali ke tempat kerjaku, ternyata sebungkus "cap cai" diberikan padaku untuk makan malam sambil menginformasikan bahwa dia akan mempromosikan usahaku ke teman-temannya. Saat itu pula hatiku penuh syukur sebab semua ini tidak mungkin serba kebetulan, melainkan semua kebaikan ini berasal dari kemurahan hati Allah. Allah sendiri yang menggerakkan hati temanku maupun orang ini. Karena itu sebelum tidur, akupun bersyukur sambil berdoa memohon berkat atas kebaikan teman dan orang tersebut. Bahkan Hari Minggu sore saat misa, aku membawa nama mereka satu per satu ke hadapan Allah untuk aku memohonkan berkat dan rahmat berlimpah.
Di dalam gereja, aku selalu memandangi salib dan tidak terasa kalau air mataku menetes, sebab Allah masih memperhatikan diriku dan mencurahkan kemurahan hati di saat ekonomi memperpuruk keadaanku. Aku tidak mampu lagi menahan isak tangis melihat dan mengalami betapa baiknya Allah di dalam perjalanan hidupku, padahal sesungguhnya diriku ini sangat tidak layak bagi-Nya dan di hadapan-Nya. Namun, Allah masih mengasihi diriku dan memberikan kesejukan ketika aku sedang membutuhkan uluran tangan kasih-Nya.
Pengalaman seperti ini tentunya bukan hanya diriku yang mengalaminya. Masih banyak orang yang mengalami kemurahan hati Allah yang serupa dengan yang aku alami. Mungkin pengalaman banyak orang lebih baik dariku tentang pengalaman akan kemurahan hati Allah. Aku berharap kemurahan hati Allah ini terus tercipta di muka bumi, sehingga makin banyak orang mengetahui bagaimana harus bersyukur atas kebaikan Allah. Bukan hanya itu, melalui kemurahan hati Allah ini akan menyadarkan bahwa sesungguhnya Allah tidak pernah meninggalkan setiap orang, sekalipun orang itu hina dina dan berlumuran akan dosa. Sebab Allah tidak melihat kesemuanya itu, Allah hanya melihat hati seseorang seberapa dalam cinta seseorang akan Allah.