Monday, January 12, 2015

ZELUS ANIMARUM (PENYELAMATAN JIWA-JIWA)

Penulis : P. Dedy.S

Betapa bangganya ketika seorang team SAR berhasil menyelamatkan seseorang, padahal yang berhasil ditolong hanyalah jasad orang itu bukan pertolongan atas nyawa dan kehidupan orang yang ditolongnya. Sehingga rasa bangga itu digembar gemborkan dengan memproklamirkan akan keberhasilannya. Padahal  penyelamatan yang dilakukan sesungguhnya bukanlah keberhasilan, melainkan kegagalan total. Penyelamatan jiwa seseorang dapat dikatakan berhasil, jikalau nyawa orang yang diselamatkan mendapatkan pertolongan, dan hak hidupnya diperoleh. Namun, jikalau yang terjadi justru sebaliknya yakni tewasnya seseorang karena keterlambatan dalam mendapatkan pertolongan, itu namanya kegagalan total bukan lagi keberhasilan. Dalam realitanya pertolongan selalu datangnya terlambat dengan segala macam alasan yang diberikan. Jikalau pertolongan datangnya tidak mengalami keterlambatan, tentunya penyelamatan jiwa-jiwa masih dapat dilakukan, sekalipun jiwanya menjadi taruhannya. Namun yang terjadi di lapangan, keselamatan jiwa orang lain kurang mendapatkan tempat di dalam diri setiap orang. Setiap orang masih cenderung mencari dan mengejar keselamatan untuk dirinya sendiri tanpa peduli dengan jiwa sesamanya. Bahkan tidak jarang, unsur kesengajaan dibalik menjadi topeng belaka sekedar untuk pembenaran diri.

Hal serupa juga terjadi terhadap hukuman mati bagi seseorang yang belum tentu memberikan jaminan akan kesalahan terhadap orang itu. Sesungguhnya nyawa seseorang sangat bernilai dan berharga, tak ada yang akan mampu menggantikannya sekalipun dibayar milyaran bahkan triliunan. Namun yang terjadi di dunia ini betapa mudahnya hukuman mati dijatuhkan kepada seseorang tanpa melihat nilai kebenaran di baliknya. Seolah-olah nilai nyawa dan hidup seseorang tiada artinya lagi. Seharusnya sebelum hukuman mati dijatuhkan, kebenaran terhadap seorang narapidana harus benar-benar terbuktikan bahwa orang tersebut sungguh pantas menerimanya. Dalam realita, hal ini tidak mendapatkan tempatnya. Hukuman mati cenderung ditimpahkan kepada orang yang tidak bersalah, bahkan terjadi salah tangkap atau seseorang yang dipaksa untuk mengakui dan menerima hukuman mati itu. Proses penangkapan dan penjatuhan hukuman seharusnya perlu ditelaah dengan baik, apalagi penjatuhan hukuman mati terhadap mereka yang sungguh murni tidak bersalah. Apapun alasannya, jiwa dan hidup seseorang perlu saling dijaga dan dihargai, sebab hanya Tuhan yang mempunyai hak atas hidup seseorang. Sedangkan antara sesama manusia alangkah baiknya saling memelihara hidup dan jiwa seseorang, agar masing-masing memperoleh hidupnya.

Begitu mudahnya seseorang mengejar pamor, harga diri dan nama baik, sementara di balik semuanya betapa banyak nyawa orang dikorbankan. Betapa enggan seseorang berani dan rela mengorbankan dirinya daripada harus mengorbankan orang lain. Memang untuk dapat menolong sesama, diri sendiri perlu mendapatkan tempat duluan, karena jikalau diri sendiri belum terselamatkan, mana mungkin mampu menyelamatkan orang lain, namun dalam realitanya betapa banyak orang yang masih cenderung mengejar dan mencari selamat untuk diri sendiri dan melupakan pertolongan terhadap jiwa dan hidup orang lain. Bahkan tidak sedikit orang yang berani menyelamatkan diri di atas penderitaan jiwa dan hidup orang lain. Orang yang demikian ini belum mempunyai keutamaan Zelus Animarum, belum mampu menghargai hidup. Mereka tentunya masih dihantui oleh ego sendiri, kurang membuka akan rahmat Allah yang senantiasa menolong semua orang. Hanya pribadi yang mampu menjadi ALTAR ALLAH yang akan mampu menghadirkan diri sebagai MESIAS atau PENYELAMAT bagi jiwa dan hidup setiap orang.

Manusia yang bijak dan penuh kesadaran diri adalah manusia yang mampu mengajak setiap orang untuk bersama-sama selamat dari maut dan kehilangan jiwa karena kesia-siaan. Manusia yang bijak mengejar keselamatan hidup dan jiwa bukan untuk dirinya sendiri, melainkan untuk semua orang tanpa memandang siapapun orang itu. Manusia yang bijak mengutamakan hidup dan keselamatan orang lain dan dirinya tanpa memikirkan jasa dan populeritas diri. Manusia yang bijak itu mampu menghargai hidup siapapun dan tidak akan membiarkan orang lain kehilangan hak hidupnya, melainkan terus menerus memperjuangkan kehidupan dan kelayakan setiap orang. Mengapa demikian? Sebab orang yang bijak tahu dan sadar bahwa hanya Allah satu-satunya yang berhak atas jiwa dan hidup setiap orang. Sedangkan kita hanya mempunyai hak dan kewajiban untuk saling menjaga jiwa dan kehidupan baik diri sendiri maupun untuk sesama kita. Apakah anda sudah termasuk di antaranya? Semoga refleksi keutamaan ini lebih membantu menyadarkan setiap orang untuk lebih menciptakan dalam diri keutamaan untuk mencintai hidup sesama dan diri sendiri melalui karya ZELUS ANIMARUM.



No comments:

Post a Comment