Thursday, May 21, 2015

HARI RAYA PENTAKOSTA

Penulis : P. Dedy. S

Sembilan hari kita bertekun dalam doa dan laku tapa melalui DOA NOVENA ROH KUDUS. Selama novena, tiada hentinya kita berharap penuh penantian akan datang dan turunnya Roh Kudus atas diri kita sama seperti turunnya Roh Kudus atas para rasul. Bukan itu saja, kita juga berharap berbagai karunia Roh dicurahkan ke dalam diri kita. Kini saat yang kita tunggu bersama itu telah tiba yakni peristiwa TURUNNYA ROH KUDUS ke atas diri kita masing-masing sesuai dengan karunia Roh yang kita mohonkan selama NOVENA. Hanya sekarang yang menjadi masalahnya, apakah kita telah menyadari dengan sepenuhnya bahwa Allah telah mencurahkan karunia Roh Kudus itu ke dalam diri kita masing-masing? Sebab tidak sedikit di antara kita yang masih menyangsikan akan penganugerahan karunia Roh ini, mungkin salah satunya adalah diri kita sendiri.

Kata PENTAKOSTA sendiri terdapat pada Kitab Suci terutama Kisah Para Rasul 2:1. Kata PENTAKOSTA dipakai oleh para rasul untuk memberikan istilah HARI KELIMA PULUH. Hitungan kelima puluh itu dihitung sejak Yesus bangkit dari kematian yaitu pada HARI MINGGU yang disebut PASKAH. Namun dalam perkembangan, kata PENTAKOSTA diartikan TURUNNYA ROH KUDUS yang terjadi atas para rasul dalam rupa lidah api. Peristiwa ini tidak hanya merayakan akan rangkaian dari perayaan PASKAH, tetapi juga merayakan peristiwa lahirnya GEREJA. Perlu dipahami bahwa kata Gereja di sini bukan berarti gedung, melainkan kumpulan umat beriman akan Yesus Kristus. Roh Kudus yang turun atas para rasul menjadi jiwa GEREJA. Di saat inilah perutusan kita dimulai melalui talenta dan karunia Roh yang telah dicurahkan ke dalam diri setiap pribadi di dalam keluarga.

Peristiwa PENTAKOSTA juga merupakan manifestasi dari Umat Baru yang dilahirkan oleh Roh Kudus yang tidak lain adalah Roh Kristus sendiri. Dalam peristiwa Pentakosta, Allah menyatakan kepada dunia, bahwa persekutuan orang-orang yang percaya kepada Yesus Kristus adalah persekutuan yang dijiwai dan dibimbing oleh Roh Kudus menjadi Umat Baru, Umat Allah, Umat Perjanjian Baru dalam Yesus Kristus sebagai satu kesatuan. Ide ini sudah lama hadir di dalam Perjanjian Lama (Bdk. Kejadian 2:2-3; 12:2; 15:18; Keluaran 19; 24:1-8; Ulangan 32:9-10), yang semuanya akhirnya terlaksana secara nyata dalam diri Yesus Kristus. Memang untuk itulah Yesus datang, yaitu untuk menggenapi apa yang tertulis dalam Perjanjian Lama. Umat Baru yang lahir dari Roh Kudus inilah yang disebut GEREJA, Yesus sendiri sebagai Kepalanya. Dari sinilah lahirnya paham mengenai TUBUH MISTIK KRISTUS.

Pertanyaannya sekarang, apakah Roh Kudus dan segala karunia-Nya yang sudah diterimakan itu tinggal diam ataukah bergerak aktif dalam diri setiap orang? Roh Kudus yang sudah diterima bukannya tinggal diam, melainkan hidup dan aktif dalam seluruh kehidupan diri setiap orang. Dalam hal ini Roh Kudus sangat berperan penting dalam hidup Gereja dan seluruh anggotanya. Ada beberapa buah yang dihasilkan oleh karena peran Roh Kudus, di antaranya sebagai berikut:

1. Membangkitkan hidup persekutuan orang beriman yang disebut Gereja

Dalam peristiwa Pentakosta telah menunjukkan bukti akan awal kebangkitan hidup persekutuan orang beriman (Kisah Para Rasul 2:1-13). Dalam peristiwa ini semua orang yang hadir mengalami pencurahan Roh yang berasal dari satu Roh yang sama yaitu Roh Kudus yang merupakan manifestasi Gereja Kristus untuk dunia. Roh yang dicurahkan itu bekerja secara dinamis, bukan statis. Kedinamisan ini nampak bahwa Roh Kudus ini telah mengubah hati mereka yang lama menjadi hati yang baru (Kisah Para Rasul 2:4b), sebuah hati yang diliputi sukacita penuh, hati yang dibimbing dan mampu mewartakan kebenaran (Kisah Para Rasul 2:4c). Berkat Roh Kudus, mereka menjadi bersatu dalam persekutuan.


2.. Mencurahkan karunia-karunia Roh kepada setiap anggota dalam pembangunan Gereja

Dalam pencurahan, Roh Kudus mengalirkan berbagai karunia kepada setiap orang sesuai dengan kemampuan orang tersebut. Setiap orang mendapatkan karunia yang berbeda ( I Korintus 12:7-10), agar mereka semua menjadi satu kesatuan, sebab walau karunia itu berbeda namun tetap berasal dari Roh yang satu dan sama. Semuanya itu demi pembangunan dan masa depan Gereja.


3. Menjadikan setiap orang sebagai anak-anak Allah yang semakin hari semakin dewasa dalam iman

Setiap orang yang secara resmi menjadi anggota Gereja, mereka pula mengambil bagian dalam keanggotaan keluarga bersama dengan Allah Bapa, Allah Putra dan Allah Roh Kudus. Untuk dapat memasukinya, setiap orang tidaklah mampu mengandalkan kekuatannya sendiri. Hanya bersekutu dengan Allah akan memampukan seseorang. Untuk itu harus mengalami kelahiran kembali. Ini bukan berarti harus masuk kembali ke rahim ibu, melainkan terlahir dari Roh Kudus (Yohanes 3:5). Kelahiran baru itu sendiri melalui Sakramen baptis. Selanjutnya menuju ke tahap berikutnya yakni proses pendewasaan iman. Hal ini pula tidak dapat terjadi begitu saja, perlu pendampingan dan bimbingan langsung dari Allah melalui kuasa Roh Kudus yang dicurahkan dalam Sakramen Krisma atau Penguatan. Demikian orang tersebut dapat mengalami peralihan dari hidup menurut kemauan sendiri menuju hidup yang dituntun oleh Roh dan hanya mengikuti kemauan Roh.

Kalau selama novena Roh Kudus, kita memohonkan karunia Roh dan pada hari ini kita telah menerimanya, agar Roh yang kita terima menjiwai diri kita, maka perlu bagi kita untuk hidup sesuai dengan keinginan Roh, bukan lagi mengikuti segala keinginan diri sendiri. Sebab keinginan Roh dan keinginan diri kita sendiri itu berbeda dan saling bertentangan ( Bdk. Galatia 5:16-25). Setiap perbuatan apakah itu berasal dari keinginan Roh atau diri sendiri, setiap orang akan dapat dengan mudah mengenalnya dengan melihat dari buah yang dihasilkannya. Apabila kita belum mampu mengenalnya atau membedakannya, maka lebih baik kita memohon kembali kepada Allah supaya diri kita diberikan karunia Roh untuk mampu membedakannya. Karunia Roh itu dapat kita baca dan temukan dalam Kitab Nabi Yesaya 11:2 atau I Korintus 12:4-11.
Dengan karunia Roh itu, diharapkan dari dalam diri kita ada kemauan untuk memberi kesaksian tentang kebaikan Allah dan segala kebenaran-Nya. Untuk dapat menjadi saksi kebenaran, maka diri kita haruslah lebih dahulu hidup di dalam seluruh kebenaran bersama dan di dalam Dia (Bdk. Yohanes 15:26-27.16:12-15).

“ Ya Allah, sabda-Mu adalah kebenaran, tuntunlah kami selalu di dalam jalan kebenaran dengan kuasa Roh Kudus-Mu sendiri “



No comments:

Post a Comment