Penulis : P. Dedy. S
Ciri khas Orang Katolik kalau berdoa selalu menggunakan Tanda Salib. Sebagai Orang Katolik mungkin tanpa disadari sudah berapa sering dan banyaknya membuat Tanda Salib. Bukan hanya saat Perayaan Ekaristi di gereja, melainkan juga dalam kehidupan dan aktivitas sehari-hari. Hanya yang menjadi pertanyaan kita bersama, apakah Tanda Salib yang kita gunakan sungguh disadari ataukah hanya sekedarnya? Kalau kita memang dengan sungguh membuat Tanda Salib sambil menyebutkan “Dalam Nama Bapa dan Putera dan Roh Kudus”, maka kita sudah menghadirkan dan menempatkan Allah TRI TUNGGAL MAHA KUDUS itu ke dalam hati dan segenap hidup, bahkan di dalam aktivitas diri kita setiap hari dan setiap saat. Dengan membuat Tanda Salib yang disertai dengan ucapan kata “Dalam Nama Bapa dan Putera dan Roh Kudus”, itu sudah menunjukkan bahwa kita sungguh mempercayai akan keberadaan ALLAH TRITUNGGAL yaitu SATU ALLAH DALAM TIGA PRIBADI.
Kata “ Amin “ yang kita katakan sesudah Tanda Salib, sesungguhnya mau mengatakan bahwa diri kita “ setuju” dan “mengimani” apa yang sudah kita ucapkan. Sebagai konsekuensinya, apa yang sudah kita ucapkan haruslah kita lakukan, sebab ini merupakan tanda bahwa kita turut ambil bagian dalam tugas perutusan Tuhan di dalam dunia (Bdk. Matius 28:16-20).
Sebutan Allah Pencipta alam semesta itu sebagai Bapa,
Seluruh alam semesta dan jagad raya diciptakan oleh Allah atau Tuhan. Sifat Allah atau Tuhan itu Esa atau Tunggal. Namun setiap agama mempunyai istilah untuk menyebut nama Allah atau Tuhan, demikianpun dengan Orang Katolik. Orang Katolik menyebut Allah itu sebagai Bapa, karena mengimani bahwa sesungguhnya Allah itu bukanlah Allah yang jauh dan yang melampaui segalanya atau yang disebut transenden, melainkan Allah yang dekat dengan diri kita atau yang disebut Imanen (Bdk. Ulangan 4:32-34.39-40). Dengan kedekatan itu, maka relasi kita dengan Allah bukan lagi jauh antara Allah dan umat-Nya, melainkan menjadi dekat antara Bapa dan anak-Nya. Dengan menyebut Allah sebagai Bapa, maka tidak ada lagi jarak pemisah antara kita dan Allah. Kasih, cinta dan sayang dari Allah dapat dengan mudah dirasakan dan dialami sama seperti cara seorang Bapa memberikan cinta kasih kepada anak-Nya. Sebaliknya selaku anak mempunyai kewajiban untuk menaruh hormat dan kasih kepada Bapa-nya dengan caranya sendiri. Komunikasi pun dapat dengan mudah dilakukan, permohonanpun dapat dengan mudah disampaikan.
Sebutan Allah itu sebagai Putera,
Selain Allah disebut Bapa, Allah juga disebut Putra karena Allah telah menjelma menjadi manusia sama seperti diri kita yang mengalami lapar, haus, penderitaan dan kematian kecuali dalam hal dosa. Penjelmaan Allah sebagai manusia hadir dalam diri Yesus yang terlahir dari Perawan Maria. Dalam kitab Suci banyak dikatakan bahwa Yesus adalah Putera Allah atau Anak Allah, ini mengartikan bahwa penjelmaan Allah dalam diri Yesus melalui Perawan Maria bukanlah hasil dari konsumatum atau hubungan suami istri antara Maria dan suaminya yaitu Yusuf, melainkan berasal dari Allah sendiri tanpa melalui proses konsumatum. Karena penjelmaan ini melalui proses kelahiran dalam diri manusia Perawan Maria, maka Yesus disebut Anak atau Putera. Melalui penjelmaan ini, Allah ingin memberikan bukti nyata betapa cinta-Nya kepada manusia. Bukti cinta itu ditunjukkan melalui berbagai macam karya belas kasih dengan puncaknya di kayu salib. Tentu saja pengorbanan itu diharapkan menjadi pembelajaran bagi setiap manusia, agar antar sesama manusia sendiri mampu dan mau dengan rela melakukan pengorbanan diri.
Sebutan Allah itu sebagai Roh Kudus,
Allah disebut pula Roh Kudus karena Allah itu sendiri adalah Roh yang suci dan mulia, yang tidak nampak namun dapat dialami. Dengan wujud Allah yang Roh hadir dan menyertai kita setiap saat dan dimanapun diri kita berada. Roh Allah ini tidak tinggal diam, melainkan terus menerus membimbing dan menerangi jalan hidup kita, mencurahi karunia dalam diri kita yang terwujud dalam bakat atau talenta yang dimiliki. Kehadiran, penyertaan dan bimbingan dari Roh Allah ini tidak dapat dilihat dengan mata manusia biasa, melainkan akan nampak jelas kalau dilihat dengan mata iman. Hanya semuanya kembali ke dalam diri masing-masing, apakah diri kita mau dibimbing oleh Roh Allah atau masih cenderung mengikuti kemauan sendiri? Sebab melalui berkat kuasa Roh Allah ini, diri kita dimampukan, sehingga sanggup memanggil Allah itu sebagai Bapa (Bdk. Roma 8:14-17).
Gereja merayakan Hari Raya TRI TUNGGAL MAHA KUDUS ini dan mengadakannya setelah Pentakosta atas dasar mulainya para rasul melaksanakan tugas yang telah diberikan Yesus kepada mereka, yaitu pergi ke seluruh dunia untuk mewartakan Injil dan membawa semua orang ke dalam jalan keselamatan melalui perayaan sakramen teristimewa baptis. Kuasa Roh Kudus yang tidak lain adalah Roh Allah sendiri akan menyertai dan membimbing selama tugas itu dilaksanakan. Dengan berdasar pada asas tersebut, maka Gereja sangat mengharapkan setiap Orang Katolik makin diteguhkan dan diberanikan dalam tugas pewartaan dan kesaksian melalui hidup dan tempat mereka berkarya.
Kata “ Amin “ yang kita katakan sesudah Tanda Salib, sesungguhnya mau mengatakan bahwa diri kita “ setuju” dan “mengimani” apa yang sudah kita ucapkan. Sebagai konsekuensinya, apa yang sudah kita ucapkan haruslah kita lakukan, sebab ini merupakan tanda bahwa kita turut ambil bagian dalam tugas perutusan Tuhan di dalam dunia (Bdk. Matius 28:16-20).
Sebutan Allah Pencipta alam semesta itu sebagai Bapa,
Seluruh alam semesta dan jagad raya diciptakan oleh Allah atau Tuhan. Sifat Allah atau Tuhan itu Esa atau Tunggal. Namun setiap agama mempunyai istilah untuk menyebut nama Allah atau Tuhan, demikianpun dengan Orang Katolik. Orang Katolik menyebut Allah itu sebagai Bapa, karena mengimani bahwa sesungguhnya Allah itu bukanlah Allah yang jauh dan yang melampaui segalanya atau yang disebut transenden, melainkan Allah yang dekat dengan diri kita atau yang disebut Imanen (Bdk. Ulangan 4:32-34.39-40). Dengan kedekatan itu, maka relasi kita dengan Allah bukan lagi jauh antara Allah dan umat-Nya, melainkan menjadi dekat antara Bapa dan anak-Nya. Dengan menyebut Allah sebagai Bapa, maka tidak ada lagi jarak pemisah antara kita dan Allah. Kasih, cinta dan sayang dari Allah dapat dengan mudah dirasakan dan dialami sama seperti cara seorang Bapa memberikan cinta kasih kepada anak-Nya. Sebaliknya selaku anak mempunyai kewajiban untuk menaruh hormat dan kasih kepada Bapa-nya dengan caranya sendiri. Komunikasi pun dapat dengan mudah dilakukan, permohonanpun dapat dengan mudah disampaikan.
Sebutan Allah itu sebagai Putera,
Selain Allah disebut Bapa, Allah juga disebut Putra karena Allah telah menjelma menjadi manusia sama seperti diri kita yang mengalami lapar, haus, penderitaan dan kematian kecuali dalam hal dosa. Penjelmaan Allah sebagai manusia hadir dalam diri Yesus yang terlahir dari Perawan Maria. Dalam kitab Suci banyak dikatakan bahwa Yesus adalah Putera Allah atau Anak Allah, ini mengartikan bahwa penjelmaan Allah dalam diri Yesus melalui Perawan Maria bukanlah hasil dari konsumatum atau hubungan suami istri antara Maria dan suaminya yaitu Yusuf, melainkan berasal dari Allah sendiri tanpa melalui proses konsumatum. Karena penjelmaan ini melalui proses kelahiran dalam diri manusia Perawan Maria, maka Yesus disebut Anak atau Putera. Melalui penjelmaan ini, Allah ingin memberikan bukti nyata betapa cinta-Nya kepada manusia. Bukti cinta itu ditunjukkan melalui berbagai macam karya belas kasih dengan puncaknya di kayu salib. Tentu saja pengorbanan itu diharapkan menjadi pembelajaran bagi setiap manusia, agar antar sesama manusia sendiri mampu dan mau dengan rela melakukan pengorbanan diri.
Sebutan Allah itu sebagai Roh Kudus,
Allah disebut pula Roh Kudus karena Allah itu sendiri adalah Roh yang suci dan mulia, yang tidak nampak namun dapat dialami. Dengan wujud Allah yang Roh hadir dan menyertai kita setiap saat dan dimanapun diri kita berada. Roh Allah ini tidak tinggal diam, melainkan terus menerus membimbing dan menerangi jalan hidup kita, mencurahi karunia dalam diri kita yang terwujud dalam bakat atau talenta yang dimiliki. Kehadiran, penyertaan dan bimbingan dari Roh Allah ini tidak dapat dilihat dengan mata manusia biasa, melainkan akan nampak jelas kalau dilihat dengan mata iman. Hanya semuanya kembali ke dalam diri masing-masing, apakah diri kita mau dibimbing oleh Roh Allah atau masih cenderung mengikuti kemauan sendiri? Sebab melalui berkat kuasa Roh Allah ini, diri kita dimampukan, sehingga sanggup memanggil Allah itu sebagai Bapa (Bdk. Roma 8:14-17).
Gereja merayakan Hari Raya TRI TUNGGAL MAHA KUDUS ini dan mengadakannya setelah Pentakosta atas dasar mulainya para rasul melaksanakan tugas yang telah diberikan Yesus kepada mereka, yaitu pergi ke seluruh dunia untuk mewartakan Injil dan membawa semua orang ke dalam jalan keselamatan melalui perayaan sakramen teristimewa baptis. Kuasa Roh Kudus yang tidak lain adalah Roh Allah sendiri akan menyertai dan membimbing selama tugas itu dilaksanakan. Dengan berdasar pada asas tersebut, maka Gereja sangat mengharapkan setiap Orang Katolik makin diteguhkan dan diberanikan dalam tugas pewartaan dan kesaksian melalui hidup dan tempat mereka berkarya.
Shalom saudara-saudari Kristen di manapun berada, baik dari kalangan Katolik maupun Protestan. Sudah ada yang pernah mendengar tentang Shema Yisrael? Ini adalah kalimat pengakuan iman orang Yahudi yang biasa diucapkan pada setiap ibadah mereka baik itu di rumah ibadat atau sinagoga maupun di rumah. Yesus juga menggunakan Shema untuk menjawab pertanyaan dari seorang ahli Taurat mengenai hukum yang utama. Kita dapat baca di Ulangan 6 ayat 4 dan Injil Markus 12 ayat 29. Dengan mengucapkan Shema, orang Yahudi mengakui bahwa YHWH ( Adonai ) Elohim itu esa dan berdaulat dalam kehidupan mereka. Berikut teks Shema Yisrael tersebut dalam huruf Ibrani ( dibaca dari kanan ke kiri seperti huruf Arab ) beserta cara mengucapkannya ππ»
ReplyDeleteTeks Ibrani Ulangan 6 ayat 4 : " Χ©ΧΧ’ ΧΧ©Χ¨ΧΧ ΧΧΧΧ ΧΧΧΧΧ Χ ΧΧΧΧ ΧΧΧ "
Cara mengucapkannya : " Shema Yisrael YHWH ( Adonai ) Eloheinu YHWH ( Adonai ) ekhad "
Lalu berdasarkan halakha/ tradisi, diucapkan juga berkat: " ΧΧ¨ΧΧ Χ©Χ ΧΧΧΧ ΧΧΧΧΧͺΧ ΧΧ’ΧΧΧ ΧΧ’Χ " ( barukh Shem kevod malkuto le'olam va'ed ) yang artinya diberkatilah nama yang mulia kerajaanNya untuk selama-lamanya. ΧΧΧ/ Aminπ€²π»
Χ©π✡️ππππ»ππΊ️π️πΎππππ₯π―π·