Penulis : P. Dedy. S
Istilah Perayaan Tubuh dan Darah bagi Orang Katolik bukanlah hal baru. Rata-rata setiap Orang Katolik sudah mengetahui bahkan langsung mengalaminya setiap kali datang ke gereja dan mengikuti perjamuan Ekaristi. Namun tingkat kesadaran umat untuk datang ke gereja ini yang ternyata belum dimiliki. Banyak yang datang ke gereja hanya sebagai pemenuhan kewajiban yaitu pelaksanaan dari Lima Perintah Gereja, bukan sebagai bentuk kesadaran bersama sebagai umat yang hidup di dalam persekutuan.
Makna Ekaristi
Sesungguhnya EKARISTI adalah PERSATUAN DIRI KITA DENGAN KRISTUS DAN GEREJA-NYA. Kesatuan ini dilakukan dengan saling menerima TUBUH DAN DARAH KRISTUS dalam rupa ROTI DAN ANGGUR. Tradisi ini sudah terjadi secara turun temurun dan menjadi warisan dari Yesus sendiri, agar peristiwa ini digunakan sebagai kenangan akan Dia. Sebenarnya kalau kembali ke sejarah keselamatan, tradisi ini bukanlah murni dari Yesus, melainkan warisan dari Bangsa Israel sebelum keluar dari Tanah Mesir, yaitu pada saat menjelang peristiwa diturunkannya tulah kesepuluh yakni setiap anak sulung mati baik hewan maupun manusia. Karena pada saat itu Musa sebagai penyambung lidah Allah menyampaikan pesan kepada Bangsa Israel agar mengadakan perayaan Paskah untuk menyelamatkan mereka dari maut. Tradisi ini akhirnya diangkat oleh Yesus dan diwariskan kepada para pengikut-Nya, karena Yesus sendiri tampil sebagai MUSA BARU yang juga membawa keselamatan bagi seluruh umat manusia. Dengan demikian, siapapun yang merayakan peristiwa agung ini dan menerima TUBUH DAN DARAH-NYA, sudah turut ambil bagian dalam karya keselamatan. Sebab diri si penerima sudah meleburkan dan menyatukan dirinya bersama dengan kurban Yesus, sehingga di dalam dirinya bukan lagi dirinya sendiri, melainkan sudah menjadi milik Yesus. Karena itu setiap umat menerima segala konsekuensinya.
Sebagai konsekuensi dari hidup di dalam persekutuan, kita pun diharapkan rela berbagi hidup satu sama lain. Sama seperti Yesus yang membagi-bagikan diri-Nya kepada orang lain dan kita, maka kita diharapkan pula berbagi dengan yang lain. Karena setiap orang yang mau dan rela hidup berbagi, di dalam dirinya tidak akan mengalami lagi kekurangan, melainkan terjadilah kepenuhan dalam diri orang tersebut. Kesatuan ini akan lebih nampak saat KOMUNI, sebab di sini setiap Orang Katolik menerima KEKUATAN dan KESUCIAN dari satu sumber yang sama. Inilah yang disebut COMMUNIO yang artinya SAYA MENYATUKAN DIRI DI DALAM TUHAN DAN PERSEKUTUAN.
Belajar dari Sejarah Keselamatan
Perayaan Tubuh dan Darah ini bukan saja bersumber dari peristiwa Paskah yang pertama kali, tetapi juga bersumber dari peristiwa 40 hari Bangsa Israel berada di padang gurun. Pada saat itu mereka sangat kelaparan, sehingga mereka protes kepada Musa, sebab dalam pandangan mereka, seolah-olah Allah melupakannya dan membiarkan diri mereka tertindas dan terlunta-lunta selama di padang gurun. Padahal Allah tidak pernah melupakan mereka, melainkan ingin menguji sampai dimana batas kesetiaan dan kesabaran mereka. Bukti kepedulian Allah ini terkuak saat Allah menurunkan MANNA di padang gurun pada waktu pagi hari, dan mengirimkan burung puyuh sebagai makanan tambahan untuk mereka di malam hari. Hal ini terus dilakukan Allah selama Bangsa Israel masih berada di padang gurun (Keluaran 16:1-27).
MANNA inilah yang akhirnya menjadi cikal bakal HOSTI. MANNA sendiri berarti ROTI DARI SURGA, karena Allah memberikannya dengan cara menurunkan roti tersebut dari surga atau langit yang berbentuk bulatan putih dan bertaburan dimana-mana. Perubahan nama dari MANNA ke HOSTI terjadi setelah Gereja mengalami perkembangan dengan mengubah wujud MANNA menjadi bundaran-bundaran kecil yang terbuat dari biji gandum tanpa ragi. Maka timbullah arti semula dari HOSTI yaitu ROTI TAK BERAGI, kemudian dimaknai secara mendalam dengan arti ROTI KUDUS, untuk mengungkapkan diri Yesus yang kudus dan membawa setiap orang yang menyantap-Nya kepada kekudusan hidup. Pengubahan ini sendiri dilihat dari segi praktis yaitu supaya dengan mudah dibagi-bagikan dan diterima oleh umat.
Kalau penggambaran TUBUH berasal dari pemaknaan baru dari MANNA, maka ungkapan daging burung puyuh memberikan pemaknaan tentang DARAH. Namun sebenarnya, walaupun tidak berdasarkan pada memberian burung puyuh kepada Bangsa Israel saat itu, TUBUH DAN DARAH tidaklah dapat dipisahkan, keduanya satu bagian yang utuh. Karena itu pada perayaan Ekaristi haruslah menggunakan kedua hal tersebut yakni ROTI dan ANGGUR menjadi TUBUH dan DARAH.
Peristiwa Konsekrasi
Perubahan roti dan anggur menjadi TUBUH DAN DARAH KRISTUS hanya terjadi di dalam EKARISTI yang disebut KONSEKRASI. Perubahan ini hanya boleh dilakukan oleh para kaum tertahbis, karena mereka ini telah menyediakan dirinya sebagai ALTAR KRISTUS artinya pengganti Kristus yang bertugas menyatukan umat dan segenap persembahannya bersama dengan persembahan dirinya sendiri bagi Allah dan segenap umat yang dipercayakan Allah kepadanya. Peristiwa ini terjadi saat DOA SYUKUR AGUNG, sebuah peristiwa kenangan akan PERJAMUAN TERAKHIR antara Yesus dan para murid yang digunakan sebagai tanda penggenapan akan PERJANJIAN antara Tuhan dan diri kita (Bdk. Keluaran 24:3-8) yang diperbaharui oleh Yesus sebagai awal karya keselamatan, dan kitalah yang melanjutkan tugas itu (Bdk. Markus 14:12-16.22-26).
Sebelum melalui KONSEKRASI, roti dan anggur tidak mengalami perubahan apapun, sehingga sama seperti “roti dan anggur biasa” yang berefek kepada “kebutuhan fisik”. Karena itu sebelum roti dan anggur ini diberkati dan dikonsekrasi, siapapun boleh menikmatinya dan tidak terkena sanksi dosa. Namun, ketika keduanya dihantar ke dalam peristiwa konsekrasi, maka keduanya telah berubah menjadi TUBUH DAN DARAH KRISTUS yang akan diterimakan kepada seluruh umat saat KOMUNI sebagai tanda KEHADIRAN KRISTUS di dalam diri dan hidup kita. Ini memberikan efek yaitu “kebutuhan rohani”. Dengan menyambut TUBUH DAN DARAH KRISTUS, kita bukan hanya disatukan dan dikuatkan, melainkan juga disucikan kembali dari segala dosa dan perbuatan yang sia-sia, sehingga kita menjadi siap dalam menjalani hidup dalam sepekan yang akan dilalui. Karena itu setiap umat wajib hadir penuh kesadaran dari awal perayaan Ekaristi sampai berkat perutusan. Roti dan anggur yang telah dikonsekrasi menjadi TUBUH DAN DARAH KRISTUS sudah bukan lagi roti dan anggur, melainkan sudah sungguh-sungguh berubah menjadi TUBUH DAN DARAH KRISTUS, maka tidak seorangpun diperkenankan memperlakukannya dengan kemauan sendiri, sebab keduanya menjadi benda suci. Karena itu siapapun yang memperlakukan keduanya secara hina dikenakan sanksi dosa yang disebut DOSA SAKRILEGI yaitu dosa penghinaan terhadap benda suci atau yang disucikan.
Perjamuan Ekaristi yang kita lakukan bersama di dalam gereja, baru menjadi awal dari Ekaristi. Karena itu seharusnya seorang imam di akhir perayaan terutama berkat dan perutusan bukan mengatakan “ Perayaan telah selesai, marilah pergi, kita diutus “, melainkan “ Perayaan baru dimulai, marilah pergi kita semua diutus...” Mengapa demikian? Karena Ekaristi yang diselenggarakan dan dihadiri umat Allah, bukanlah mengakhiri pekan, melainkan mengawali segala-galanya. Dari Ekaristi inilah puncak seluruh aktivitas diri kita dan sekaligus saat yang tepat bagi seluruh umat saling menimba kekuatan kembali dari Allah dan kesatuan di dalam Gereja yang hidup dalam persekutuan. Ekaristi yang sesungguhnya akan terjadi ketika kita melaksanakannya di dalam hidup sehari-hari dengan cara menghadirkan Yesus yang tinggal di dalam diri kita kepada semua orang yang kita jumpai, sehingga siapapun yang melihat diri kita melihat Allah sendiri. Dengan demikian, diri kita menjadi sarana penyucian untuk diri sesama (Bdk. Ibrani 9:11-15).
No comments:
Post a Comment