Thursday, June 18, 2015

TUHAN BESERTA KITA (IMMANUEL)

Penulis: P. Dedy. S
Sumber:  Markus 4:35-41

Hidup kita ini seperti lautan; kadang bergelombang, terkadang tenang, dan terkadang terkesan menyenangkan. Ketika badai sudah menerjang, berbagai ketakutan dan kecemasan selalu melanda diri kita, seolah lupa akan Tuhan dan segala pertolongan-Nya. Kita cenderung kembali tersadar bahwa Tuhan selalu beserta kita, ketika diri kita kehilangan daya kekuatan untuk menghadapi segala badai topan dan gelombang yang menimpah atas diri kita.

Setiap kali mengikuti perayaan Ekaristi atau pertemuan lingkungan atau wilayah, kita selalu mendengar dan menerima ungkapan TUHAN BESERTA KITA; Kita pun menjawab SEKARANG DAN SELAMA-LAMANYA. Ungkapan itu bukanlah sekedar ungkapan yang diucapkan, melainkan sebagai bukti nyata bahwa Tuhan itu senantiasa menyertai kita dan bersama kita selamanya. Dengan berani menanggapi sambil mengatakan “ Sekarang dan Selama-lamanya” berarti kita sudah mengimani dari apa yang kita katakan, dan percaya di dalam iman kalau Tuhan itu SANG IMMANUEL artinya TUHAN SELALU BESERTA KITA.

Kalau kita yang sudah mengimani bahwa Allah itu SANG IMMANUEL, mengapa dalam diri kita masih terdapat benih-benih ketakutan, kekecewaan, keraguan, kebimbangan, kepanikan dan keputusasaan. Apakah cukup dengan alasan karena semuanya itu masih manusiawi? Tidak jarang semuanya itu bahkan kerap kali menjatuhkan kita ke dalam pesimisme, seolah-olah tidak ada lagi kesempatan bagi kita untuk berbenah diri yang membawa diri kita ke dalam peningkatan kualitas hidup. Akhirnya membuat diri kita seperti kapal yang karam karena hancur diterjang gelombang dan amukan badai. Itu tandanya kalau iman kita akan penyertaan Tuhan dalam diri masih lemah. Keyakinan dan keimanan itu masih mandul, mati sebelum tumbuh menjadi kecambah. Lalu dimanakah bukti iman kita itu yang dengan berani mengatakan “Immanuel”? Hanyakah di bibir saja; yang hanya keluar sebagai ungkapan dan ucapan. Sebagai orang yang beriman, semua ini perlu kita bongkar, kita benahi dan kita bangun kembali sekokoh mungkin.

Kita boleh dan patut takut dan kuatir kalau memang kita bersalah dan berdosa. Namun bukan berarti kita berdiam diri atas salah dan dosa itu. Sebab Tuhan telah menghancurkan gelombang pasang itu dan menyelamatkan diri kita dari semuanya itu (Bdk. Ayub 38:1.8-11). Kini kita sudah aman di dalam tangan Tuhan berkat cinta kasih-Nya yang kekal abadi; yang telah mengubah diri kita dari manusia ciptaan lama ke dalam diri manusia ciptaan baru berkat jasa darah Yesus Kristus (Bdk 2 Korintus 5:14-17). Karena itu sudah seharusnya kita tinggalkan segala ketakutan, kekuatiran, kecemasan, keputusasaan, kebimbangan dan segala aneka jerat yang melemahkan iman kita. Kalau memang kita berjalan dalam kebenaran, untuk apa harus takut? Takut tandanya kita bersalah. Selama kita hidup dan tinggal di jalan kebenaran, buang segala ketakutan, lalu kenakanlah perisai dan mantol keberanian dan kebijaksanaan. Kibarkanlah bendera dan panji iman. Angkat tinggi-tinggi Firman Allah, lalu percayalah di dalam iman bahwa Tuhan pun akan mempersiapkan tongkat dan gada-Nya untuk menjaga dan melindungi dari berbagai hal yang dapat membawa kita ke dalam kehancuran yang sia-sia.

Pemimpin ibadat di lingkungan dan wilayah atau imam dalam perayaan Ekaristi selalu mengatakan TUHAN BESERTA KITA dan kita menanggapinya dengan mengatakan SEKARANG DAN SELAMA-LAMANYA, hal itu sesungguhnya mau mengingatkan kembali bahwa segala pertolongan itu hanya berasal dari Tuhan. Sebab sesungguhnya Tuhan tidak pernah meninggalkan kita walau hanya selangkah saja. Hanya di dalam Tuhan ada pertolongan dan keselamatan. Sebaliknya di luar Tuhan tidak ada pertolongan dan keselamatan. Maka, sebagai orang beriman, tidaklah pantas apabila selalu dilanda ketakutan dan kekuatiran dalam menjalani hidup ini. Sebab Tuhan itu diam di dalam diri kita. Dia tahu kapan saatnya kita membutuhkan pertolongan-Nya (Bdk. Markus 4:35-41).

Kalau kita sudah diselamatkan dan tinggal di dalam cinta kasih Tuhan, masih pantaskah kita ragu-ragu kepada-Nya dan segenap pertolongan-Nya? Bukankah kita harus senantiasa bersyukur karena Tuhan selalu menyertai kita. Namun yang perlu kita ingat, pertolongan dan penyertaan Tuhan itu kerap kali datang melalui sesama yang ada di sekitar kita. Maka, dari diri kita sendiri dituntut kepekaan dan kepedulian antara sesama.


No comments:

Post a Comment