Penulis: P. Dedy. S
Sumber: Markus 4:26-34
Definisi dari Kerajaan Allah
Ketika mendengar kata “KERAJAAN ALLAH “ atau THE KINGDOM OF GOD, banyak orang membayangkannya seolah ada gedung yang tinggi dan megah, dipenuhi dengan bala tentara, dipenuhi dengan aneka gemerlap, dan terdapat sebuah tahta dengan seorang raja sedang duduk di atasnya. Sesungguhnya, Kerajaan Allah bukanlah dalam pengertian dan pemahaman semacam itu.
Dalam Doa Bapa Kami, istilah Kerajaan Allah sudah terdapat di dalamnya dan telah menjadi salah satu dari permohonan bagi kepentingan Allah. Dalam Doa Bapa Kami tersebut terdapat 7 permohonan yang terbagi menjadi: 3 permohonan bagi kepentingan Allah dan 4 permohonan bagi kepentingan kita manusia. Sebagai Orang Katolik, entah sadar atau tidak, setiap kali kita berdoa Bapa Kami, selalu menyampaikan permohonan kepada Allah agar Kerajaan-Nya datang di atas muka bumi seperti di dalam surga. Melalui permohonan ini, kita sangat mendambakan dan merindukan suasana surga di bumi yaitu: suatu keadaan yang dipenuhi rasa kedamaian, kebahagiaan, dan persaudaraan. Ketika kita memohonkan kedatangan Kerajaan Allah yang dipenuhi dengan suasana seperti itu, sesungguhnya Kerajaan Allah itu sudah hadir di antara kita; ada yang hadir dalam bentuk tertulis dan ada yang hadir, namun tidak tertulis.
Kerajaan Allah itu bukanlah sebuah gedung tinggi dan megah, seperti yang digambarkan oleh sekian banyak orang, melainkan sesungguhnya berarti: ALLAH YANG MERAJAI DIRI KITA. Kata “Merajai” berarti terdapat unsur peran yang turut serta dalam memberikan pengaruh di dalam diri kita. Dengan arti ALLAH MERAJAI dimaksudkan bahwa kita membiarkan Allah berperan penting dalam keseluruhan hidup dan diri kita. Dengan demikian kita sudah bukan lagi berkuasa atas diri kita, melainkan seluruh aspek diri kita diserahkan kepada Allah, sehingga Allah dengan bebas melaksanakan segala kehendak-Nya.
Cara Allah Merajai Diri Kita
Banyak cara dipakai oleh Allah dalam proses menghadirkan diri-Nya kepada manusia. Salah satu proses itu melalui pewartaan sabda-Nya. Sabda yang nyata dan hidup terjadi dalam wujud Yesus. Melalui Yesus inilah, Allah hadir untuk menyampaikan segala pesan dan rencana keselamatan bagi manusia lewat pewartaan sabda-Nya.
Di jaman para nabi, Allah langsung hadir dan menyatakan diri-Nya. Namun di masa sekarang, cara Allah merajai atau menghadirkan diri dan masuk ke dalam diri kita yaitu melalui bacaan Kitab Suci yang selalu kita baca dan dengarkan; Ini disebut SABDA YANG TERTULISKAN. Di dalam Kitab Suci, kita banyak menerima segala informasi bagaimana Allah hadir, berperan dan menyelamatkan kita manusia. Proses karya ini dapat terjadi karena Allah sangat mengasihi diri kita. Sebab seperti semula dalam karya penciptaan, kita manusia diciptakan agar ada yang menjadi perpanjangan tangan Allah untuk menjaga dan merawat seluruh kehidupan yang ada di muka bumi ini. Sebagai Orang Katolik dituntut untuk selalu membaca Kitab Suci, merenungkannya dan melaksanakan di dalam hidup keseharian. Karena lewat cara tersebut, Allah dapat dengan mudah meresap ke dalam segenap hati dan akal budi.
Sedangkan SABDA YANG TIDAK TERTULISKAN adalah SELURUH RANGKAIAN PENGALAMAN HIDUP SETIAP HARI BERSAMA DENGAN ALLAH. Rentetan pengalaman itu diwarnai aneka ragam bentuk. Ada pengalaman yang menarik dan ada pula pengalaman yang menyakitkan. Namun kecenderungan yang dimiliki oleh manusia, selalu ingin menerima pengalaman yang menarik saja, lalu menolak pengalaman yang menyakitkan. Padahal kedua pengalaman itu diberikan oleh Allah, agar setiap manusia mau belajar untuk mengalami Allah dan segenap cinta kasih-Nya. Kalau dalam diri kita ada kemauan untuk belajar menemukan sabda yang tidak tertulis, maka lambat laun iman kita akan dipertajam. Sebab untuk dapat menemukan sabda yang tidak tertulis itu tidaklah semudah ketika kita menemukan sabda yang tertuliskan. Hanya pribadi yang mampu melihat semuanya itu dengan kaca mata iman, akan menemukan bahwa sesungguhnya Allah ikut campur tangan dan sekaligus cara Allah menyapa kita, bukan lagi dipandang sebagai sesuatu yang terjadi secara kebetulan.
Belajar Proses Allah Merajai dari Kehidupan Alam
Sama seperti pohon, tidak akan langsung menjadi pohon begitu saja, melainkan melalui sebuah proses yang panjang. Mula-mula dari biji yang disebarkan lalu dijaga agar dapat tumbuh. Selanjutnya tunas mudah itu terus dibina, dirawat, dipupuk, disirami, dibersihkan dari segala hal yang menghalangi proses pertumbuhannya, maka lambat laun akan menjadi pohon yang besar dan rindang sampai akhirnya berbuah masak dan menghasilkan biji yang akan menjadi cikal bakal pohon yang baru.
Begitu juga dengan Kerajaan Allah yang ditanamkan dalam diri kita, perlu mendapatkan perhatian khusus yaitu dengan cara: rutin melakukan pengolahan hidup rohani, rajin melakukan permenungan, melatih daya refleksi dan melaksanakan sabda Allah itu sendiri (Bdk. Yehezkiel 17:22-24). Kalau di dalam diri kita terdapat kemauan keras dan sungguh-sungguh mau menekuninya, maka semua ini membutuhkan proses yang panjang; itulah yang disebut PEZIARAHAN HIDUP BATIN atau ON GOING FORMATION yang harus terus menerus dilakukan melalui tahap demi tahap. Pembentukan ini perlu dilakukan di dalam dan di luar diri, agar keimanan kita makin kuat dan relasi diri kita dengan Allah semakin dekat (Bdk. 2 Korintus 5:6-10).
Banyak aneka latihan rohani yang dapat dilakukan untuk menjaga agar Kerajaan Allah itu tetap lestari di dalam diri kita, maka ada 2 hal yang perlu mendapatkan perhatian:
Pertama, pewartaan Yesus melalui sabda-Nya haruslah tetap dijaga di dalam hati agar membawa kita ke dalam pertobatan sampai akhir jaman.
Kedua, belajar melihat setiap perkara sekalipun kecil sebagai campur tangan Allah yang berusaha membawa penyelamatan atas diri kita (Bdk. Markus 4:26-34). Dengan mampu menghadapi perkara kecil, kita akan dimampukan dalam perkara yang lebih besar.
No comments:
Post a Comment