Penulis : P. Dedy.S
Sumber : Markus 10:35-45
Sejak penciptaan, Allah telah memberikan tugas kepada manusia; salah satu tugas itu adalah memiliki kekuasaan atas makhluk hidup yang lain. Namun maksud Allah dengan kekuasaan itu bukanlah menguasai seluruh ciptaan termasuk sesamanya manusia. Justru yang dimaksudkan oleh Allah dengan berkuasa yaitu melayani, memelihara, menjaga, melestarikan dan menggunakan semuanya itu dengan penuh kearifan dan kebijaksanaan. Namun, kenyataannya manusia sering jatuh ingin menguasai manusia lainnya. Berkuasa atau memiliki kuasa berarti pula memiliki kemauan dan kesediaan untuk memberikan dan membangun kekuatan dari, bersama dan untuk orang lain. Bukan memanfaatkan bahkan memeras daya dan kemampuan hidup orang lain hanya demi kepentingan diri sendiri; justru sebaliknya menambahkan daya hidup bagi orang lain yang berkekurangan, supaya orang lain itu dapat mengalami hidup damai sejahtera. Dengan kata lain, Berkuasa berarti memiliki dan menggunakan kemampuan diri untuk ikut serta memberikan sumber hidup kepada orang lain secara rela, cuma-cuma dan tanpa perhitungan. Itulah yang dinamakan LUBER atau BERKELIMPAHAN.
Untuk menjadi manusia yang mampu melayani dengan segala kelimpahan, dari dalam diri kita sendiri dituntut penyerahan diri secara total kepada Allah dan mengambil peran sebagai hamba. Dengan demikian, kita akan mendapatkan hikmat yang berasal dari Allah untuk membenarkan banyak orang, mampu memaafkan kesalahan orang lain dan memperoleh kekuatan dalam menanggung segala macam penderitaan (Bdk. Yesaya 53:10-11). Untuk mencapai kesemuanya itu hanya ada satu sikap yang diperlukan yaitu kerendahan hati.
Yesus adalah model pelayanan hidup kita. Sebagai Imam Agung berbeda dengan para imam pada umumnya. Ia sama dengan kita yaitu mengalami pencobaan dan tantangan yang luar biasa, namun tidak berdosa. Bahkan rela menanggung kehinaan dan penderitaan, serta mati di salib. Semuanya itu hanya bertujuan untuk menyelamatkan kita. Ia memasuki nasib kita, agar bersama Dia, kita dapat diangkat kembali menjadi ahli waris surgawi (Bdk. Ibrani 4:14-16).
Kita mungkin sering mempermasalahkan dan memperebutkan kedudukan yang diwarnai materialistis dan egoistis. Bagi Yesus, berkuasa itu bukanlah memerintah melainkan melayani dengan segala bentuk pengorbanan bukan demi kepentingan pribadi ataupun golongan, melainkan demi kepentingan bersama. Agar tak seorangpun mengalami kekurangan, sebaliknya agar setiap pribadi mengalami kelimpahan atau keluberan (Bdk. Markus 10:35-45).
Untuk menjadi manusia yang mampu melayani dengan segala kelimpahan, dari dalam diri kita sendiri dituntut penyerahan diri secara total kepada Allah dan mengambil peran sebagai hamba. Dengan demikian, kita akan mendapatkan hikmat yang berasal dari Allah untuk membenarkan banyak orang, mampu memaafkan kesalahan orang lain dan memperoleh kekuatan dalam menanggung segala macam penderitaan (Bdk. Yesaya 53:10-11). Untuk mencapai kesemuanya itu hanya ada satu sikap yang diperlukan yaitu kerendahan hati.
Yesus adalah model pelayanan hidup kita. Sebagai Imam Agung berbeda dengan para imam pada umumnya. Ia sama dengan kita yaitu mengalami pencobaan dan tantangan yang luar biasa, namun tidak berdosa. Bahkan rela menanggung kehinaan dan penderitaan, serta mati di salib. Semuanya itu hanya bertujuan untuk menyelamatkan kita. Ia memasuki nasib kita, agar bersama Dia, kita dapat diangkat kembali menjadi ahli waris surgawi (Bdk. Ibrani 4:14-16).
Kita mungkin sering mempermasalahkan dan memperebutkan kedudukan yang diwarnai materialistis dan egoistis. Bagi Yesus, berkuasa itu bukanlah memerintah melainkan melayani dengan segala bentuk pengorbanan bukan demi kepentingan pribadi ataupun golongan, melainkan demi kepentingan bersama. Agar tak seorangpun mengalami kekurangan, sebaliknya agar setiap pribadi mengalami kelimpahan atau keluberan (Bdk. Markus 10:35-45).
No comments:
Post a Comment