Thursday, October 8, 2015

JALAN MENUJU HIDUP KEKAL

Penulis  : P. Dedy.S
Sumber : Markus 10:17-30

Di masyarakat kerap kali berpandangan bahwa yang terpenting dan menjamin seseorang untuk hidup adalah pekerjaan, kekayaan dan status. Kekayaan atau harta materiil kerap kali dilihat sebagai puncak kekuatan dan kebanggaan, yang harus dicapai manusia. Memang demikianlah pandangan dan sikap orang duniawi, seolah-olah orang hanya ingin hidup di dunia ini saja, maka sikapnya materialistis.

Tujuan  hidup itu sebenarnya bukan untuk yang hanya bersifat sementara, melainkan yang menuju ke dalam hidup kekal. Untuk mencapai dan memperolehnya, setiap orang perlu perjuangan dalam menekuni hidup rohani dan menggunakan kekayaannya secara bijaksana yang bukan melulu menguntungkan dirinya sendiri, melainkan berguna bagi sesamanya. Karena itu doa dan kebijaksanaan haruslah mendapatkan tempat di dalam diri kita, agar kita mampu memilah-milah antara kebutuhan hidup di dunia dan hidup kekal (Bdk. Kebijaksanaan 7:7-11).

Selain doa dan kebijaksanaan, kita juga memerlukan santapan rohani yaitu Sabda Tuhan. Semakin sering kita duduk dekat kaki Tuhan dan mendengarkan Dia bersabda, secara otomatis diri kita akan dibimbing oleh Sabda itu dan akan diingatkan ketika kita mulai salah jalan. Sebab Sabda Allah itu hidup dan penuh daya. Agar Sabda itu sungguh-sungguh menghidupi diri kita dan senantiasa membawa kita ke dalam persekutuan dengan Allah, maka dari dalam diri kita diharapkan ada keterbukaan hati dan kemauan untuk memiliki Sabda Allah itu di dalam diri dan hati kita (Bdk. Ibrani 4:12-13).

Jalan menuju hidup kekal itu tidaklah cukup hanya melakukan kesepuluh perintah Allah, tanpa mempunyai kemauan untuk bersikap lepas bebas dari hidup keduniawian. Sebab segala yang duniawi tidak menjamin akan membawa kita ke dalam hidup kekal. Yesus mau menyadarkan kita, bahwa kekayaan atau harta yang disediakan dan diberikan oleh Allah, baik dan perlu. Namun bukan untuk kepentingan diri sendiri, melainkan bagi sesama juga. Sebab harta atau kekayaan mempunyai kekuatan untuk menghalangi orang untuk menjadi murid Yesus sejati. Karena itu dituntut kesediaan untuk melepaskan diri seutuhnya dari ikatan milik pribadi. Sebab kekayaan duniawi dapat memusatkan hati kita hanya kepada dunia ini saja. Sedangkan keselamatan adalah anugerah dan rahmat yang berasal dari Allah yang berpusat pada kehendak dan kepentingan Allah. Keselamatan itu merupakan ukuran nilai bukan ukuran harga (Bdk. Markus 10:17-30). 


No comments:

Post a Comment