Penulis : P. Dedy.S
Peringatan untuk semua arwah orang beriman selalu sehari setelah Hari Raya Semua Orang Kudus. Yang dimaksud semua orang beriman adalah semua saudara saudari kita yang telah meninggal dengan harapan agar merekapun dapat mengalami kesatuan dan persekutuan dengan para kudus di surga. Untuk mencapai ke sana kita semua memohonkan INDULGENSI kepada Allah bagi saudara saudari kita. INDULGENSI adalah pengampunan dan penghapusan atas sisa siksa dosa yang telah dilakukan.
Kebiasaan ini telah ada sejak masa awal lahirnya agama Kristen. Ini terbukti dari berbagai tulisan yang terdapat di dalam KATAKOMBE. Tulisan-tulisan itu berupa doa. KATAKOMBE adalah sebuah makam yang terdapat di dalam ruang bawah tanah. Praktek doa ini tercatat dalam 2 Makabe 12:41-42 dan 2 Timotius 1:18. Para Bapa Gereja yaitu Tertullian dan St. Cyprianus juga mengajarkan praktek doa ini yaitu doa bagi jiwa-jiwa orang yang sudah meninggal.
Adanya praktek ini menunjukkan bahwa Gereja percaya adanya Api Penyucian; hal ini dengan sangat jelas diajarkan secara implisit dalam Perjanjian Baru dengan menyebut pada ungkapan masa pemurnian setelah kematian. Dalam Matius 12:32 Yesus mengajarkan secara tidak langsung bahwa ada dosa-dosa yang dapat diampuni setelah seseorang mengalami kematian atau setelah kehidupan dunia ini. Ini menunjukkan adanya tempat atau keadaan yang bukan surga dan bukan pula neraka. Karena di surga tidak ada dosa, sedangkan di neraka tidak ada pengampunan. Dalam 1 Korintus 3:15 Rasul Paulus mengatakan bahwa kita diselamatkan, “tetapi seolah melalui api”. St. Agustinus juga merumuskan dalam ajarannya akan adanya permurnian jiwa setelah kematian (Enchiridion of Faith, Hope and Love and City of God). Perayaan hari arwah pada 2 November menjadi peringatan universal berkat pengaruh rahib Odilo dari Cluny tahun 998.
Kalau ditinjau secara teologi biblis, peringatan ini berkaitan dengan makna eskatologis yaitu persiapan akan kedatangan Kristus yang disebut Adven yaitu suatu masa penantian sebelum Natal yang membawa setiap orang menjadi manusia baru, sehingga kita diajak untuk terlebih dahulu merenungkan kehidupan sementara. Karena itu bacaan liturgi mengarah kepada akhir jaman, yaitu saatnya kita digabungkan bersama bilangan para kudus dalam kehidupan kekal di surga.
No comments:
Post a Comment