Monday, December 22, 2014

ANTARA KASIH KARUNIA DAN PERUTUSAN

Sumber : Lukas 1:26-38
Penulis  : P. Dedy.S

Rasa takut, gentar dan terkejut kerap kali dialami setiap orang apabila dirinya mengalami sesuuatu yang bagi dirinya serba baru dan hal tersebut tidak biasa dialaminya. Perasaan ini memang wajar bagi setiap orang, namun hal ini akan menjadi kehilangan kewajaran apabila perasaan itu dipendam dan dibiarkan berlarut-larut tanpa sebuah solusi sedikitpun. Tentu saja, siapapun orangnya apabila mengalami perasaan seperti ini akan menjadi ganjalan dan menghambat seluruh aktifitasnya, maka rasa damai diperlukan bagi yang  mengalaminya.
Damai dapat berasal dari diri sendiri, tapi dapat pula berkat adanya penghiburan yang berasal dari Allah  entah secara langsung maupun tidak langsung. Darimanapun datangnya rasa damai ini, semuanya merupakan TANDA DAN BERKAT KASIH KARUNIA ALLAH bagi setiap orang. Banyak cara dipakai oleh Allah untuk menyapa diri setiap orang dan membagikan kasih karunia-Nya tersebut. Tentu saja Allah pun berharap agar kasih karunia ini terus diwartakan dan dibagikan bagi semua orang tanpa terkecuali, apapun agamanya, apapun suku bangsanya, semua harus mengalami damai sejahtera yang berasal dari kasih karunia Allah ini. Inilah misi dan sekaligus tujuan Allah hadir menyapa kita manusia dan segenap makhluk hidup.
Setiap orang yang telah memperoleh berkat kasih karunia Allah ini, alangkah baiknya tidak memendamnya untuk dirinya sendiri, melainkan dibagi-bagikan kepada semua orang dan segenap makhluk hidup, agar di dunia ini tercipta dan hadirlah kedamaian dan persatuan, sehingga tak ada lagi peperangan, pertikaian, perselisihan dan segala hal yang memicu dan terhambatnya proses kedatangan Kerajaan Allah di muka bumi ini. Inilah misi kita, inilah tugas perutusan kita masing-masing.
Kesanggupan dalam pelaksanaan tugas misi ini, berarti satu langkah bagi diri setiap orang untuk menjadikan diri sebagai hamba Allah yang dengan sepenuh hati mengabdi hanya kepada-Nya saja (SOLI DEO). Maka ada beberapa sikap yang perlu kita miliki dalam mengemban tugas misi ini yakni KERENDAHAN HATI, KESEDERHANAAN, KELEMAH - LEMBUTAN, PENGUASAAN DIRI dan KEBERANIAN.

Dengan KERENDAHAN HATI, kita akan dimampukan oleh Allah dalam pelaksanaan tugas ini karena di dalam kerendahan hati kita turut serta menyerahkan diri sepenuhnya kepada kehendak Allah dan segala kuasa-Nya, seperti yang diungkapkan Maria " Sesungguhnya aku ini adalah hamba Tuhan; jadilah padaku menurut perkataanmu itu ". Hanya pribadi yang sungguh mampu berserah diri ke dalam tangan dan kuasa Allah, yang akan mampu melaksanakan segala kehendak-Nya. Memang hal ini sulit, namun itulah cara Allah membahagiakan setiap orang.

Dengan KESEDERHANAAN, kita akan dimampukan oleh Allah untuk terus membuka diri akan segala pertolongan dan perlindungan yang berasal dari-Nya. Karena dengan membangun pribadi yang sederhana kita seperti anak-anak yang selalu berpaut pada kehendak Allah dan menaruh kepercayaan imannya hanya kepada-Nya.

Dengan KELEMBUTAN HATI, kita akan dimampukan oleh Allah untuk menyapa setiap orang sebagai cara kita dalam menyapa Allah sendiri. Sebab Allah selalu hadir dalam diri ciptaan-Nya yakni sesama kita. Maka kalau kita mampu bersikap lembut hati terhadap sesama, maka kepada Allah pun kita akan berlembut hati.

Dengan PENGUASAAN DIRI, kita akan dimampukan oleh Allah untuk melepaskan diri dari  kecenderungan pesimistis yang hanya menuruti kemauan diri sendiri lalu lupa untuk berpeka terhadap lingkungan sekitar.  Melalui penguasaan diri ini, kita menjadi lebih terbuka untuk menerima siapapun yang datang melawati diri kita dalam segala situasi dan kondisi.

Dengan KEBERANIAN, kita akan dimampukan Allah untuk mampu tampil di depan umum dengan segala keadaan dan kemampuan yang kita miliki dengan segala keterbatasan dan kelebihannya. Segala konsekuensi yang dialami merupakan cara Allah memberi pengalaman yang dapat digunakan untuk belajar dan memperkaya kerohanian diri sendiri dan semua orang.

Pertanyaannya sekarang, apakah setiap orang mau dan bersedia untuk melakukan semuanya ini? Apakah berani mati terhadap segala keegoan diri? Apakah berani membongkar diri dan lebih berserah diri hanya kepada kehendak-Nya saja? Kalau semuanya ini mampu dijalani walau harus berproses, tentu dunia baru yang diidamkan semua orang akan tercipta. Semoga demikian. Amin, Tuhan memberkati.

No comments:

Post a Comment