Monday, December 22, 2014

NYANYIAN HATI ( MAGNIFICAT)

Sumber : Lukas 1:46-56
Penulis : P. Dedy. S

Setiap orang boleh kecewa, boleh bersedih, boleh apa saja namun janganlah pernah lupa untuk senantiasa bersyukur kepada Allah. Banyak hal yang membuat tiap orang kecewa, sedih dan segala macam rasa dalam hati, kalau sudah mengalami hal ini kecenderungan dalam diri setiap orang adalah menyalahkan Allah, seolah-olah semuanya sudah digariskan atau sudah ditakdirkan. Padahal tidak semua hal itu berasal dari Allah, justru kalau berani melongok ke dalam diri sendiri, banyak hal yang sesungguhnya menimbulkan kekecewaan itu berasal dari kesalahan diri sendiri karena melupakan akan segala pertolongan yang berasal dari Allah. Allah tiada hentinya memberikan pertolongan, tentu dengan cara Allah sendiri. Namun, kitalah yang kurang peka, atau mungkin terlalu mengabaikan sapaan dan pertolongan belas kasih Allah ini, bahkan terlalu cuek kepada-Nya, lalu cenderung menggunakan kekuatan manusiawi sendiri untuk mencapainya. Padahal saat itu kita sedang lemah dan membutuhkan pertolongan dan pendampingan Allah sendiri.

Allah sesungguhnya tiada pernah meninggalkan diri kita, Dia selalu menyertai kita sampai akhir jaman. Maka sudah selayak dan sepantasnyalah apabila peran dan campur tangan Allah ini kita syukuri dengan sepenuh hati dan jiwa, bila perlu ungkapan rasa syukur ini ditunjukkan kepada siapapun dan dengan cara kita sendiri, supaya setiap orang yang melihat kegembiraan dan luapan rasa syukur ini, turut serta bersyukur sambil memuji kebesaran dan kemuliaan nama Allah.
Perlu diingat, janganlah kita hanya bersyukur di saat mengalami kemujuran saja, alangkah baiknya dalam setiap peristiwa entah yang mengenakkan maupun yang memiluhkan hati tetap bersyukur sambil memuji Allah. Sebab di dalam rentetan dan rangkaian setiap peristiwa hidup yang terjadi setiap saat merupakan cara Allah menyapa diri kita,bahkan memberi pelajaran yang berguna bagi pendewasaan iman kita sendiri.
Melalui pengalaman getir dan pahit, sesungguhnya Allah mau memberikan kekuatan dan pelajaran yang sangat bermanfaat bagi diri kita terutama bagi pertumbuhan iman. Supaya dengan pengalaman tersebut, kita dimampukan untuk mengajar setiap orang dengan segala nilai dan pengalaman hasil belajar kita. Oleh karena itu sudah sepantasnyalah kita tetap bersyukur kepada-Nya karena diperbolehkan merasakan dan mengalami semuanya itu yang dapat menuntun kita masuk ke dalam ruang pertobatan.
Melalui pengalaman manis dan menyenangkan, sebenarnya Allah mau mengajarkan agar kita jangan sampai terlelap dalam kemabukan diri lalu lupa dengan dunia sekitarnya. Kita harus tersadar diri dan ingat masih banyak orang yang perlu mendapatkan perhatian dari diri kita, sekaligus menerima kebaikan Allah yang telah dianugerahkan ke dalam diri kita.
Perlu dihindari pula, janganlah sampai kemujuran itu menjatuhkan diri kita kepada kesombongan diri, lalu bermegah di atas penderitaan orang lain. Kita mustinya tetap rendah hati dan hidup rela berbagi kepada sesama tanpa pamrih dan tanpa menonjolkan diri.

Pertanyaannya sekarang, apakah kita berani bersyukur setiap saat dan dalam setiap peristiwa, baik pahit, getir, manis dan menyenangkan? Atau kita masih mempunyai kecenderungan untuk lari dari semuanya itu, dan hanya maunya yang enak dan menyenangkan diri sendiri lalu melupakan dunia sekitar kita? Mari kita senantiasa bersyukur baik dalam kemujuran maupun dalam kegagalan, karena semuanya itu seni ukiran tangan Allah yang ingin menyapa dan melimpahkan kasih karunia-Nya, sehingga setiap makhluk kembali memuji Allah.
Semoga demikian, Amin. Tuhan memberkati


No comments:

Post a Comment