Sumber : Matius 1:1-25
Penulis : P. Dedy. S
Tidak ada manusia yang terlahir dimanapun tanpa mempunyai garis keturunan, selain Adam dan Hawa yang diyakini sebagai manusia pertama. Namun tidak menutup kemungkinan Allah juga menciptakan manusia-manusia pertama yang lain yang akhirnya menumbuhkan jutaan manusia di muka bumi ini. Darimanapun asal usulnya, nyatanya diri kitalah yang sekarang ini hadir di muka bumi dengan segala pengalaman, suka duka, manis dan getir.
Berkat garis keturunan inilah yang sedikit banyak menurunkan berbagai watak, perangai, pola tingkah laku dan kebiasaan termasuk pola pikir. Kedua sisi positif dan negatif turut mewarnai dalam pembentukan diri. Namun kita perlu menyadari bahwa tidak semua kebiasaan baik dan buruk itu karena pengaruh keturunan, lingkungan tempat tinggal dan pergaulan juga turut dalam pembentukan pribadi diri kita. Sekalipun kita berada di lingkungan yang bejat, namun apabila kita mampu mengontrol dan menempatkan diri maka diri kita tidak akan pernah terjangkit kebejatan. Namun apabila diri kita lepas kontrol dan tak mampu lagi menguasai diri, maka diri kita akan terjerumus di dalamnya. Inilah yang melahirkan perbedaan perwatakan antara keturunan dan latar belakang garis keturunan. Sekalipun kita berasal dari keluarga yang baik dan disegani bahkan terhormat, namun apabila tak mampu menempatkan diri lalu ikut-ikutan gaya hidup yang tidak sesuai lagi dengan kebiasaan keluarga, secara otomatis diri kita akan hanyut di dalam arus gaya hidup itu. Sebaliknya, sekalipun kita berasal dari keluarga yang amburadul, namun apabila diri kita mampu menguasai diri dan hidup penuh kesadaran diri, secara otomatis akan memperbaiki garis keturunan itu sendiri.
Banyak kebiasaan baik yang diturunkan secara turun temurun, namun mampu diperkaya berkat faktor belajar dari pengalaman hidup. Kebiasaan baik ini akan terus berkembang apabila diri kita rajin membina dan mengolahnya. Sebab kebiasaan baik tentunya berasal dari Allah, sedangkan kebiasaan buruk berasal dari diri kita sendiri. Dengan kebiasaan baik, akan membawa keselamatan bagi banyak orang, banyak melakukan pembelaan atas hak hidup semua orang terutama tertuduh yang tak bersalah, menjadi pelaku kebenaran, pembawa warta sukacita dan berbagai perbuatan baik. Sedangkan kebiasaan buruk lebih mencelakakan dan menyesatkan banyak orang. Kedua kebiasaan dan perilaku ini disodorkan kepada diri kita untuk dipilih dan dikenakan. Manapun pilihan kita, akan sepenuhnya mempengaruhi seluruh diri dan kehidupan kita di tengah masyarakat.
Banyak hal yang didapat berkat garis keturunan termasuk kemampuan seni dan kemampuan yang lain. Sedangkan aneka kemampuan yang lain akan tumbuh setelah proses belajar. Cara kita menggunakan dan mengolahnya semua kembali ke dalam diri kita masing-masing. Kalau kita mampu menggunakannya dengan baik dan rela berbagi dengan yang lain, niscaya kemampuan itu tidak akan mandul, melainkan terus berkembang dan berkembang lagi. Namun yang perlu mendapatkan penyadaran, apakah segala kemampuan itu kita gunakan untuk memberi kesaksian bahwa Allah itu sungguh baik dan memperhatikan diri kita? Atau hanya kita gunakan sebatas mencari keuntungan belaka? Apakah lewat kemampuan itu kita mau melaksanakan kehendak Allah yang menyelamatkan? Atau kita gunakan kemampuan itu hanya untuk merendahkan orang lain dan membangkitkan keangkuhan diri?
Sebagai manusia beriman dan sehat rohani, marilah kita mengentas diri kita dari kebiasaan buruk ke dalam keselamatan yang senantiasa ditawarkan oleh Allah, sebab Allah sesungguhnya telah hadir dan selalu hadir mengetuk pintu hati kita dan mengantar kita kepada JALAN KESELAMATAN untuk memperoleh HIDUP KEKAL. Hanya semua kembali ke dalam diri kita, mau atau tidak kita membuka pintu hati dan menantikan Allah yang setiap saat melawati diri kita. Semoga demikian, Amin. Tuhan memberkati.
No comments:
Post a Comment