Penulis : P. Dedy.S
Sumber : Yohanes 15:1-8
Seseorang yang mengikuti perlombaan mendapatkan semangat dan dukungan dari para pendukungnya dan sorak sorai para penonton, sedangkan kita sendiri memperoleh kekuatan dan dukungan darimana dan dari siapa? Ada orang yang mengatakan bahwa dirinya mampu hidup seorang diri tanpa seorangpun bersamanya, benarkah demikian? Kita tidak akan dapat dan mampu hidup seorang diri, ada orang-orang yang hadir di sekitar kita. Kita membutuhkan mereka, sama seperti mereka membutuhkan diri kita. Kalau kita katakan tidak butuh orang lain, itu berarti kita mendustai diri kita sendiri. Mari kita lihat, pakaian yang kita pakai, makanan yang kita konsumsi, transportasi dan sarana yang kita peroleh, apakah itu bukan dari orang lain? Apakah kita mampu membuat dan mengadakannya sendiri?
Kita membutuhkan kekuatan dan semangat dalam menjalani hidup. Maka, siapa lagi yang dapat memberikan dukungan semangat selain orang-orang yang terdekat di sekitar kita termasuk keluarga. Tentu saja, orang-orang terdekat itu mampu memberi dukungan kepada diri kita bukan karena keinginannya sendiri, melainkan ada kekuatan yang menggerakkannya, siapa lagi kalau bukan Tuhan. Karena kekuatan dan motivasi yang dimiliki manusia itu sangatlah terbatas. Hanya Tuhan satu-satunya yang memiliki kekuatan yang tiada batas. Kekuatan ini akan dapat kita sadari kalau kita sendiri mampu melihatnya sebagai pengalaman rohani ataupun pengalaman mistis bersama dengan Allah.
Pengalaman rohani dan mistis itu berbeda. Pengalaman rohani belum tentu menjadi pengalaman mistis, tetapi pengalaman mistis menambah kedalaman pengalaman rohani. Pengalaman mistis itu dipahami sebagai pengalaman di luar jangkauan logika manusia, sehingga pengalaman itu dinamakan pengalaman supranatural atau pengalaman yang luar biasa. Tentu saja hal ini berbeda dengan pengalaman mistis yang terdapat di dalam pandangan manusia umumnya. Pengalaman mistis yang dimaksud di sini adalah pengalaman langsung dengan Allah seperti: terjadinya mukjizat, mengalami penampakan Allah dan sejenisnya. Sedangkan pengalaman rohani itu lebih mengacu kepada pengalaman sentuhan dari Allah setelah melakukan kegiatan rohani tertentu seperti: hati menjadi tenang setelah mengikuti retreat, rekoleksi, pendalaman iman dan sejenisnya; atau mengalami perubahan sikap secara mendadak setelah mendengarkan Firman Tuhan, lagu pujian, doa dan sejenisnya. Sebagai contoh pengalaman mistis yang dialami Rasul Paulus dan Santo Petrus.
Rasul Paulus sendiri setelah mengalami pengalaman rohani yang sekailgus pengalaman mistis bersama dengan Yesus, semangatnya dalam memberi kesaksian dan pewartaan menjadi begitu besar dan menambah keberaniannya. Peristiwa ini diawali dengan perjumpaan antara Saulus dan Yesus ketika dalam perjalanan ke Damsyik. Saulus terkenal sebagai orang yang anti Kristus, sehingga setiap orang yang menganut ajaran Yesus ditangkap bahkan dibunuhnya. Namun, ketika dalam perjalanan ke Damsyik, kekuatan Saulus yang ingin melenyapkan para pengikut Yesus menjadi lumpuh seketika saat Yesus hadir dan menampakkan diri-Nya di hadapan Saulus. Ini membuktikan bahwa sekuat apapun manusia, ternyata masih ada batasnya, hanya kuasa Allah yang melebihi segalanya. Pengalaman awal inilah yang akhirnya mengubah banyak hidup Paulus, dan dia percaya di dalam imannya bahwa segala kekuatan itu berasal dari Tuhan yang menjelma dalam diri Yesus (Bdk. Kis 9:26-31). Berkat penampakan yang menjadi pengalaman mistis itu, Rasul Paulus mengalami banyak perubahan di dalam dirinya sendiri. Semula dia mencari dan membunuh para pengikut Yesus, namun sejak peristiwa mistis itu menjadi berubah, justru kepada orang-orang kafir yang tidak mengenal Yesus itulah Rasul Paulus mengawali pewartaannya. Dalam setiap pewartaanya, Rasul Paulus mengharapkan ada pertobatan dalam diri setiap orang dan menerima Yesus sebagai satu-satunya Sumber Keselamatan, sebab Yesus adalah Allah 100%. Rasul Paulus juga berharap bahwa setiap orang perlu melihat dan merenungkan setiap pengalaman hidupnya sebagai pengalaman rohani bersama dengan Allah. Karena dengan lewat permenungan dari pengalaman rohani akan melatih iman seseorang untuk menjadi tumbuh dan berkembang. Hal ini perlu disadari, sebab lewat pengalaman rohani itu, Allah menunjukkan betapa cinta-Nya kepada setiap orang, sehingga kapanpun Allah pasti datang menolong dan memberikan penghiburan tepat pada waktunya.
Allah mau datang menyentuh, menolong dan memberikan penghiburan karena kita masih dicintai-Nya. Hanya caranya Allah melakukan itu semua, ada yang secara langsung melalui pengalaman mistis, namun ada pula yang melalui orang-orang di sekitar kita yang disebut pengalaman rohani. Apapun cara yang dipakai Allah, semuanya mau membuktikan bahwa Allah tidak pernah meninggalkan diri kita, Dia selalu menyertai kita. Hanya semua kembali ke dalam diri kita sendiri, apakah kita sadar akan semuanya itu dan mau kembali kepada Allah bahwa Dialah satu-satunya tempat kita bersandar dari segala kelemahan dan sumber kekuatan untuk melakukan segala apapun termasuk proses perjalanan hidup kita.
Kalau kita sudah menerima kebaikan dari Allah dengan berupa cinta dan kekuatan, maka sudah selayaknyalah apabila kita bersedia membagikan kepada siapa saja bukan lewat perkataan, melainkan bukti nyata melalui segala perbuatan semampu diri kita. Banyak sarana bagi kita untuk berbagi kasih dari Allah untuk sesama, salah satunya melalui talenta yang dipercayakan ke dalam diri kita. Dengan rela berbagi, hal ini juga akan menguntungkan diri kita, sebab dari karya ini talenta kita sendiri turut dikembangkan, dan kita makin diperkaya. Sebaliknya apabila kita kehilangan kekuatan, hendaknya kembali kepada Tuhan sebab hanya Dialah sumber segala kekuatan, tanpa cinta kasih Allah sesungguhnya diri kita tidak akan mampu berbuat apa-apa (Bdk I Yoh 3:18-24).
Sama seperti tanaman anggur, tidak akan mampu menghasilkan buah yang baik dan memperoleh kekuatan kalau tidak bersandar pada pokoknya. Tuhanlah sebagai pokok anggur dan kita ini adalah ranting-rantingnya yang diharapkan mampu berbuah kasih, kebaikan dan kebenaran (Bdk. Yoh 15:1-8). Memang untuk mampu menghasilkan buah, tanaman anggur perlu perawatan khusus seperti: pemangkasan terhadap banyaknya daun dan ranting yang kering dan tidak produktif. Sebab makin banyak daunnya, tanaman anggur tidak akan dapat menghasilkan banyak buah, sebab bahan makanan yang seharusnya mendukung proses terjadinya buah, menjadi terhalang kepada pertumbuhan daun. Karena itu sebelum menjadi banyak daun, bakal daun harus dipangkas. Demikian pula dengan ranting kering dan tidak berguna perlu dibersihkan agar tidak menghalangi pertumbuhan buah. Dalam diri kitapun sama seperti tanaman anggur, untuk dapat berbuah ranum dan lebat, perlu mengurangi kebiasaan buruk yang menjadi penghalang tumbuhnya kebaikan di dalam diri kita. Bila perlu melakukan pertobatan terus menerus seperti yang diserukan oleh Rasul Paulus. Pertanyaannya sekarang, apakah selama ini kita sudah bersandar kepada Tuhan sebagai pokok atau masih cenderung menggunakan kekuatan sendiri? Bagaimana dengan buah yang kita hasilkan? Sudahkah kita menghasilkan buah yang baik bagi sesama dan orang-orang yang ada di sekitar kita terutama keluarga? Kalau belum, sudah adakah niat dalam diri kita untuk membenahi kebiasaan buruk yang menjadi penghalang pertumbuhan iman kita? Mari kita kembali kepada Tuhan sebagai pokok dan sumber kekuatan, agar kita mampu berbuah kebajikan dan kebenaran.
“ Ya Allah, sesungguhnya tanpa cinta kasih-Mu, diri kami tidak akan mampu berbuat apa-apa, ingatkan kami ketika lupa akan Dikau Sang Pokok dan Sumber kekuatan “
No comments:
Post a Comment