Wednesday, April 15, 2015

KENALKAH KAU AKAN DIA

Penulis : P. Dedy. S

Kita sering kali menyamakan arti kata “tahu” dan “kenal”, padahal keduanya sangatlah berbeda secara definisi. Dalam Bahasa Inggris disebut dengan kata “know”, namun “know” tidak harus hanya diartikan sebagai “tahu”, melainkan mempunyai banyak arti, salah satunya adalah “kenal”. Orang yang tahu akan diri orang lain belum tentu mengenalnya. Namun pribadi yang mengenal orang lain, dirinya  jauh  lebih tahu tentang sosok orang itu termasuk kebiasaannya. Tingkat pengenalan itu sendiri sangat beragam, ada yang hanya 10%, 25%, 50% dan 100%. Perbedaan dalam tingkatan pengenalan ini sangat mempengaruhi pula pada tingkat kedekatan antar personal. Semakin dekat seorang akan yang lain, semakin dalam pengenalan di antara mereka termasuk kebiasaan yang dimiliki. Hal ini juga terjadi terhadap orang-orang yang hidup sejaman dengan Yesus, mereka hanya tahunya bahwa Yesus berasal dari keluarga miskin, anak seorang tukang kayu. Mereka tidak tahu dan mengenal siapa sesungguhnya Yesus. Berkali-kali Yesus tampil di depan umum sambil mengenalkan siapa sejatinya diri Yesus itu. Bahkan cara memperkenalkan diri-Nya pun disertai dengan karya yang tidak berasal dari manusia biasa, melainkan dari campur tangan Allah yakni mukjizat. Sekalipun Yesus mengenalkan diri-Nya, namun kebenaran yang disampaikan ditolaknya, karena orang banyak mengetahui latar belakang Yesus sendiri dari sudut pandang manusia. Akibatnya orang banyak itu tidak mampu lagi membedakan mana yang sungguh benar dan mana yang bersalah. Sehingga Yesus menjadi korban akibat ketidakbenaran yang diterima mereka (Bdk. Kis 3:13-15.17-19). Akhirnya mereka mengubah apa yang seharusnya benar menjadi salah, dan yang seharusnya salah menjadi dibenarkan.

Walaupun banyak yang tidak mengenal-Nya, namun di antara mereka ada yang berusaha mengenal-Nya. Orang-orang  yang mengenal Yesus tentunya juga mengenal Allah, sebab Yesus dan Allah itu satu. Maka tidaklah mengherankan, apabila pada waktu itu kemanapun Yesus melangkah pergi, ke sana pulalah orang banyak mengikuti-Nya termasuk para tokoh agama dan masyarakat. Hanya perbedaannya, kalau orang banyak datang karena ingin mendengarkan nasehat Yesus dan mengalami mukjizat-Nya, sedangkan tokoh agama dan tokoh masyarakat itu mengikuti untuk mencari tahu segala macam kesalahan yang diperbuat oleh Yesus berkaitan dengan tata cara keagamaan dan adat istiadat. Apakah cukup hanya mengikuti dan mendengarkan nasehat-Nya tanpa melaksanakan dalam tindakan konkret? Maka kalau kita mengikuti dan melaksanakan nasehat dan segala perintah Yesus, kita juga akan mengikuti dan melaksanakan apa yang Allah nasehatkan dan perintahkan. Namun itu semua belumlah cukup dikatakan sebagai tanda bahwa kita sungguh mengenal Yesus yang adalah Allah sendiri. Masih banyak tanda-tanda lain yang perlu disertakan sebagai bukti bahwa kita sungguh mengenal Allah dalam pribadi Yesus. Tanda lain yang perlu kita pegang antara lain: melanjutkan tradisi Perjamuan Kasih, Hidup dalam Persekutuan, berbuat kasih dengan sesama, rela dan mau berkorban tanpa pamrih tanpa menonjolkan diri, dan dengan setia duduk di dekat kaki Tuhan untuk mendengarkan Dia bercerita (mendengarkan Firman-Nya). Melalui tanda-tanda inilah, kita dapat dikatakan mengenal Allah yang hadir dalam diri Yesus (Bdk I Yoh 2:1-5a).

Namun apakah yang terjadi dengan para murid, sungguhkah mereka mengenal Yesus? Meskipun berhari-hari, berminggu-minggu, berbulan-bulan bahkan bertahun-tahun mereka selalu bersama dengan Yesus, namun realitanya Yesus belum mereka kenal dengan baik. Sehingga kehadiran-Nya sewaktu perjalanan dari Emaus, mereka menyangka bahwa yang beserta mereka adalah orang lain, bukan Yesus yang bangkit. Suara dan bahasa khas Yesus tidak mereka kenal dengan baik. Mereka menjadi kembali tersadar setelah Yesus bersama mereka sambil melakukan kebiasaan-Nya yaitu melaksanakan perjamuan kudus yang diwariskan Yesus kepada para murid. Hal ini dapat terjadi, karena para murid mengenal-Nya kalau Yesus sungguh nyata secara fisik, namun ketika kehadiran-Nya nyata secara rohani, mereka menjadi tidak kenal akan Dia (Bdk Luk 24:35-48). Tentu ini bukan yang diharapkan Yesus. Harapan Yesus bagi kita yakni kita harus mampu mengenal Allah dalam diri Yesus baik secara fisik maupun rohani. Sebab Yesus tidak pernah berubah, yang berubah hanyalah cara Dia menghadirkan diri. Sekarang kembali ke dalam hati kita masing-masing apakah kita sudah dan sungguh mengenal Yesus yang adalah Allah? Adakah tanda-tanda yang membuktikan bahwa kita sungguh mengenal-Nya? Kalau ternyata belum, lalu kapan lagi kita akan memulai? Mari kita kenali Dia lewat kehadiran-Nya setiap saat di perjalanan hidup kita. “ Ya Allah ampunilah aku, sebab aku tidak begitu mengenal-Mu, ajarilah aku untuk lebih mengenal-Mu “.



No comments:

Post a Comment