Penulis : P. Dedy.S
Sumber : Lukas 21:25-28, 34-36
Menyongsong, menanti dan berjaga-jaga merupakan ungkapan kata yang merujuk ke dalam sikap tekun, ulet dan sabar. Ketiga sikap keutamaan tersebut merupakan sikap dasar bagi seseorang yang sedang penuh harapan dan cinta kasih. Karena di balik ketiga keutamaan tersebut terdapat nilai pengorbanan diri yang menunjukkan kesetiaan terhadap sosok yang dinanti-nantikan akan kedatangannya.
Allah sebagai Sang Kerahiman Sejati telah berjanji untuk datang kembali memimpin kita menuju jalan kebenaran, keadilan dan perdamaian dengan dilandasi sikap welas asih ( bahasa Jawa) atau belaskasih. Karena itu setiap orang haruslah terlebih dahulu memiliki iman akan Allah, apabila dirinya sungguh-sungguh merindukan dan ingin mengalami belaskasih Allah (Bdk. Yeremia 33:14-16). Hanya satu hal yang perlu kita pegang, yakni: belaskasih itu haruslah tetap mengalir atau luber (Bahasa Jawa) kepada siapapun tanpa terkecuali.
Selain memiliki iman, kita juga perlu bertekun dan ulet di dalam doa, kebajikan, berpegang teguh kepada ajaran-ajaran dan segenap peraturan-Nya, bertahan di dalam iman, teguh dalam pengharapan dan senantiasa memancarkan cinta kasih kepada sesama dengan terbebas dari segala bentuk eksklusivisme atau pengkhususan. Karena melalui cara itulah kita tetap tinggal di dalam kekudusan (Bdk. 1 Tesalonika 3:12-4:2).
Kedatangan Allah yang dinanti-nantikan saat ini merupakan bagian atau gambaran dari kerinduan diri kita akan kedatangan-Nya kembali di saat akhir jaman. Saat itulah diri kita masing-masing mempertanggungjawabkan iman, amal dan perbuatan kita. Apabila Allah mendapati semuanya itu masih ada, maka kita akan mengalami kerahiman atau belaskasih Allah yang sesungguhnya (Bdk. Lukas 21:25-28, 34-36). Karena itu mulai dari sekarang kita perlu berjaga-jaga dengan tetap tekun, ulet dan sabar di dalam iman, doa dan pengharapan.
Allah sebagai Sang Kerahiman Sejati telah berjanji untuk datang kembali memimpin kita menuju jalan kebenaran, keadilan dan perdamaian dengan dilandasi sikap welas asih ( bahasa Jawa) atau belaskasih. Karena itu setiap orang haruslah terlebih dahulu memiliki iman akan Allah, apabila dirinya sungguh-sungguh merindukan dan ingin mengalami belaskasih Allah (Bdk. Yeremia 33:14-16). Hanya satu hal yang perlu kita pegang, yakni: belaskasih itu haruslah tetap mengalir atau luber (Bahasa Jawa) kepada siapapun tanpa terkecuali.
Selain memiliki iman, kita juga perlu bertekun dan ulet di dalam doa, kebajikan, berpegang teguh kepada ajaran-ajaran dan segenap peraturan-Nya, bertahan di dalam iman, teguh dalam pengharapan dan senantiasa memancarkan cinta kasih kepada sesama dengan terbebas dari segala bentuk eksklusivisme atau pengkhususan. Karena melalui cara itulah kita tetap tinggal di dalam kekudusan (Bdk. 1 Tesalonika 3:12-4:2).
Kedatangan Allah yang dinanti-nantikan saat ini merupakan bagian atau gambaran dari kerinduan diri kita akan kedatangan-Nya kembali di saat akhir jaman. Saat itulah diri kita masing-masing mempertanggungjawabkan iman, amal dan perbuatan kita. Apabila Allah mendapati semuanya itu masih ada, maka kita akan mengalami kerahiman atau belaskasih Allah yang sesungguhnya (Bdk. Lukas 21:25-28, 34-36). Karena itu mulai dari sekarang kita perlu berjaga-jaga dengan tetap tekun, ulet dan sabar di dalam iman, doa dan pengharapan.
No comments:
Post a Comment