Tuesday, December 29, 2015

BULLA TAHUN YUBILEUM AGUNG

KERAHIMAN "MISERICORDIAE VULTUS"
(11 April 2015)


RAHMAT, KERAHIMAN, DAN KEDAMAIAN

Misericordiae Vultus (Wajah Kerahiman) Fransiskus, Uskup Roma,
Hamba Dari Para Hamba Allah
Kepada Semua Orang Yang Membaca Surat Ini


Disunting oleh     : P. Dedy.S
Format Buku       : PDF
Layout                 : 2 pages per sheet(F4)
Jumlah Halaman : 27 
Download buku   : di sini

1. Yesus Kristus adalah wajah kerahiman Bapa. Kata-kata ini mungkin juga merangkum misteri iman Kristiani. Kerahiman telah menjadi hidup dan kasat mata dalam Yesus dari Nazaret, mencapai puncaknya dalam diri-Nya. Bapa, "kaya dengan kerahiman" (Ef 2: 4), setelah menyatakan nama-Nya kepada Musa sebagai "Allah penyayang dan pengasih, panjang sabar, berlimpah kasih-Nya dan setia-Nya" (Kel 34:6), tidak pernah berhenti menunjukkan, dalam berbagai cara sepanjang sejarah, kodrat ilahi-Nya. Dalam "kegenapan waktu" (Gal 4:4), ketika segalanya telah diatur sesuai dengan rencana keselamatan-Nya, Ia mengutus Putra-Nya ke dalam dunia, yang lahir dari Perawan Maria, untuk menyatakan kasih-Nya bagi kita dalam sebuah cara yang definitif. cara Siapapun yang melihat Yesus melihat Bapa (Yoh 14: 9). Yesus dari Nazaret, dengan kata-kata-Nya, perbuatan-perbuatan-Nya, dan seluruh pribadi-Nya[1] menyatakan kerahiman Allah.

Monday, December 28, 2015

HARI RAYA PENAMPAKAN TUHAN TAHUN C 2015

Tiga Raja dari timur (Orang Majus)
Penulis  : P. Dedy.S
Sumber : Matius 2:1-12

Setiap kali diberitakan adanya penampakan, banyak orang termasuk kita berbondong-bondong datang ke tempat penampakan itu terjadi. Apakah mereka dan kita memperoleh sesuatu dari penampakan itu? Adakah perubahan yang terjadi dalam kehidupan diri kita? Karena tak semua penampakan benar adanya. Ada yang hanya berasal dari fenomena alam. Jika penampakan itu sungguh terjadi, hanya orang tertentu yang mendapatkan penampakan dengan maksud menyampaikan sebuah pesan. Setiap hari Allah selalu menampakkan diri kepada kita melalui semua karya-Nya, dan diharapkan kita mampu menangkap pesan Allah itu lalu membuat diri kita makin tunduk dan sujud menyembah kepada-Nya. Namun, apa yang terjadi; justru diri kita tak mampu melihat perwujudan dari penampakan Allah itu, karena diri kita masih dirundung kegelapan. Dengan keluar dan bangkit dari kegelapan, akan membuat kita mampu melihat Sang Terang dan menerima pesan khusus untuk diri kita masing-maisng (Bdk. Yesaya 60:1-6).

Monday, December 21, 2015

PESTA KELUARGA KUDUS 27 DESEMBER TAHUN C 2015

MENJADI KELUARGA KUDUS

Penulis  : P. Dedy.S
Sumber : Lukas 2:41-52

Yesus berada di Bait Allah
Keluarga adalah sebuah kelompok terkecil dari masyarakat. Walaupun kecil namun membawa pengaruh besar di dalam masyarakat. Jika sebuah keluarga mampu hidup secara benar, menghadirkan Allah di dalamnya, ada komunikasi timbal balik yang baik, ada iman yang menyemangati dan ada belaskasih yang menghidupi, maka pengaruh yang baik ini akan turut serta merta membangun masyarakat yang baik pula. Maka, julukan keluarga kudus bukan saja milik Yesus, Maria dan Yosef yang disebut keluarga Nazareth, melainkan milik semua orang. Keluarga kita dapat dikatakan keluarga kudus apabila kita sendiri mampu saling mempersembahkan diri kepada Allah sebagai persembahan sejati, yang kudus dan berkenan bagi-Nya. Sebab kita dapat menjadi keluarga, juga karena berkat kebaikan dan belaskasih Allah (Bdk. 1 Samuel 1:20-22, 24-28). Seperti halnya Hana yang memiliki keluarga berkat karya belaskasih Allah.

Kita akan mampu membangun keluarga kita menjadi kudus jikalau kita menjalin kedekatan dengan Allah melalui pemberian diri kepada sesama. Inilah gaya hidup sebagai anak-anak Allah. Sejak dibaptis, diri kita sudah diangkat menjadi anak-anak Allah dan disatukan dalam bilangan keluarga Allah. Namun baptis saja tidak cukup menjadikan diri kita sebagai anak Allah, jika kita tidak terus menerus mempersembahkan diri seutuhnya kepada Allah dan menaruh kepercayaan kepada-Nya melalui cinta dan praktek belaskasih kepada sesama. Salah satu praktek belaskasih yang perlu kita lakukan adalah mengampuni kesalahan sesama seperti halnya Allah yang penuh kerahiman mengampuni dosa dan kesalahan diri kita. Jika kita lakukan semuanya ini, berarti kita melaksanakan kehendak Allah (Bdk. 1 Yohanes 3:1-2, 21-24).

Yesus, Maria dan Yosef disebut keluarga kudus selain berkat ketaatannya kepada Allah dan segenap kehendak-Nya, juga memiliki kebijaksanaan bersama Allah dan ketajaman budi pekerti tentang Allah. Ketiga hal itu dapat dimiliki berkat kebiasaannya datang ke rumah Allah. Allah selalu mendapatkan tempat di dalam hati dan budi pekerti mereka. Maka, kita pun perlu meneladan mereka dengan membangun kebiasaan untuk selalu tinggal di rumah Allah sebagai Dialah Bapa kita dan kita sebagai anak-Nya (Bdk. Lukas 2:41-52). 

Saturday, December 19, 2015

HATI ANAK DAN REMAJA SIAP MENYAMBUT NATAL

Seperti arti Adven atau adventus sendiri yang berarti kedatangan. Maka perlu persiapan. Salah satu yang perlu dipersiapkan adalah hati bukan kegemerlapan duniawi. Karena yang dinanti-nantikan adalah kedatangan Tuhan kembali bukan saja sebagai kenangan akan peristiwa Inkarnasi (penjelmaan) saat Allah hadir di dunia melalui peristiwa penjelmaan, melainkan juga sebagai persiapan hati dan diri kita dalam menyambut kedatangan-Nya pada akhir jaman. Perayaan ini dirayakan secara sakramental melalui perayaan Natal.
Pemandu ibadah Adven III wilayah VI

Monday, December 14, 2015

MINGGU IV ADVEN 2015 TAHUN C

SUKACITA BERSAMA MARIA

Penulis  : P. Dedy.S
Sumber : Lukas 1:39-45

Sudah saatnya kita bersukacita, sebab Raja Sang Kerahiman Sejati kedatangan-Nya sudah sangat dekat. Kita patut bersukacita sebab Dia akan tinggal dan hidup bersama kita di dalam suka maupun duka. Karena itulah Dia disebut Sang Emanuel yang berarti Tuhan beserta kita. Ketika duka melanda, Dia akan membawa penghiburan bagi kita supaya kedukaan itu tidak berlarut-larut. Sebaliknya, akan timbul kedamaian. Demikian juga ketika kesukacitaan terjadi di dalam diri kita, Dia akan mengingatkan supaya kesukacitaan itu jangan hanya ada di dalam diri kita, melainkan dibagikan kepada semua orang (Bdk. Mikha 5:2-5a).

Ketika Sang Emanuel itu sudah tinggal di dalam diri kita, maka tugas kita adalah melakukan segala kehendak-Nya bukan mengikuti segala dorongan dan keinginan diri kita sendiri. Kita dapat melakukan segala kehendak-Nya, kalau kita sering mendengarkan Dia bersabda dan membiarkan diri kita dibimbing oleh-Nya. Kita boleh melakukan segala bentuk pengorbanan, namun semuanya perlu diselaraskan dengan kehendak-Nya. Karena dengan melakukan segenap kehendak-Nya berarti kita menunjukkan bahwa diri kita sesungguhnya taat dan setia hanya kepada-Nya saja (Bdk. Ibrani 10:5-10).

Maria adalah suri teladan bagi kita bagaimana dia dengan penuh ketaatan dan kesetiaannya melakukan segala kehendak Allah. Semuanya itu dilakukan dengan penuh sukacita. Maria percaya bahwa dengan pengorbanan dirinya dalam melaksanakan kehendak Allah, dia turut mengambil bagian dalam rencana Allah yaitu menghadirkan Sang Emanuel bagi semua orang. Dengan harapan, agar semua orang yang mengalami sukacita bersama Maria, juga mengalami sukacita bersama dengan Allah yang datang membawa berkat dan kerahiman bagi semua orang (Bdk.Lukas 1:39-45). Seturut teladan Maria, mari kita laksanakan segenap kehendak Allah itu dengan penuh sukacita bagi semua orang.


Saturday, December 5, 2015

HARI RAYA MARIA DIKANDUNG TANPA NODA (8 DESEMBER 2015)

YANG CANTIK YANG SETIA
Ditinjau secara Realistis Psikologis

Penulis        : P. Dedy.S
Jenis Buku : Seri Spiritualitas
Judul Buku : Belajar dari Maria

Judul di atas merupakan salah satu dari judul yang terdapat di dalam Buku Belajar Dari Maria.

Mungkin kita tidak akan menyangka kalau sosok seperti Maria mau menikah dengan Yusup yang kesehariannya hidup dan bekerja hanya sebagai tukang kayu yang miskin. Padahal Maria merupakan gadis yang sangat cantik, walau dirinya juga termasuk anak yang hidup pula dalam kalangan orang miskin.

Sebenarnya sosok seperti Maria ini berani “menjual mahal dirinya” oleh sebab kecantikannya. Sebagai gadis normal, tidaklah mungkin dia akan membiarkan dirinya dipersunting oleh pria dengan ekonomi yang tidak mapan dan berpenampilan buruk, karena tidak seimbang dengan kecantikan dan kemolekan dirinya. Tentu dia bebas memilih pria yang berhak bersanding dengannya, apalagi dengan kecantikannya yang luar biasa; tidaklah mungkin dia memilih lelaki yang seekonomi dengan hidup keluarganya; tentu saja dia mendambakan pria yang lebih mapan dan tampan rupawan. Namun, realitanya tidaklah demikian.

Tentu tidaklah mustahil jikalau saat itu banyak pemuda dari kalangan orang kaya dan anak pejabat yang mengincar kecantikannya bahkan ingin mempersunting Maria sebagai istrinya. Karena mereka merasa layak memiliki Maria, karena menilai harta kekayaan dapat menjamin hidup Maria dan keluarganya. Tentu saja pria kaya dan berkedudukan ini mampu membahagiakan Maria, jika Maria mau bersama dengan mereka. Namun, entah apa yang membuat Maria tidak mau menerima cinta para pemuda lain yang pasti lebih tampan, hidup lebih mapan, berkedudukan, berlimpah harta benda, anak pejabat dan lain-lain. Tetapi yang lebih menyentuh hati Maria adalah sosok seperti Yusup. Seorang pemuda miskin yang hidup hanya sebagai tukang kayu.

Dalam kitab suci memang hal ini tidak disebutkan. Namun, jika kita belajar dari realita hidup, pasti Maria mengalami tantangan dan godaan yang sama seperti halnya gadis seusianya. Sungguh tidak mustahil kecantikan Maria menjadi dambaan dan pujaan ratusan bahkan ribuan pria tampan dan mapan secara ekonomi saat itu. Tetapi hati Maria tetap setia dan percaya kepada kehendak Allah bahwa hanya Allah yang berhak atas diri dan hidupnya. Maria yakin Tuhan mempunyai rencana tersendiri baginya. Karena itu Maria tetap bertahan di dalam kesuciannya dan setia kepada kehendak Allah sampai tiba saatnya Maria harus bersatu dengan Yusup.

Rasa malu sebagai wanita itu wajar, ketika diketahuinya kalau dirinya sedang hamil oleh Roh Kudus, sebab Maria belum menikah dan belum pula bersuami. Hubungan Maria dan Yusup tidak lebih dari sekedar pacaran. Ketika Maria mengalami kehamilan, saat itu sedang bertunangan dengan Yusup, sang pria pilihan Maria. Maria menjadi shock, beban mental dialaminya, harga dirinya sebagai manusia dan wanita seolah kehilangan nilai dan rasa hormatnya. Karena harus menyimpan rasa malu terhadap gadis lain, para tetangga dan masyarakat saat itu.

Secara budaya, adat, politik dan hukum, diri Maria sangat terancam bahaya yaitu hukuman mati. Sebab pada masa itu berlaku hukum rajam jika diketahui seorang gadis hamil di luar nikah. Bagi adat dan hukum yang berlaku saat itu sangatlah tepat untuk melaksanakan hukuman mati bagi seorang gadis yang moralitasnya direndahkan oleh perbuatannya sendiri. Sebab dengan penjatuhan hukuman mati, perbuatan akibat zinah itu tidak tertularkan kepada generasi berikutnya dan para gadis seusianya. Bukan hanya Maria terbebani rasa malu, melainkan juga keluarganya termasuk Yusup kekasihnya.

Maria tak mampu mengatakan apapun kepada Yusup; berbagai usaha telah dicoba oleh Maria untuk memberikan penjelasan kepada Yusup agar mau menerima kenyataan yang diterima Maria. Tetapi Maria merasa gagal menguraikan alasan-alasan tentang kehamilannya. Bisa saja Maria berusaha bunuh diri karena beban moral yang dialami, karena Yusuf tidak mau bertanggungjawab sebab bukan pelaku kehamilan dirinya. Namun Maria tidak mengambil jalan tersebut, melainkan lebih menyandarkan hidupnya kepada pertolongan Allah dan segala kebaikan-Nya dengan cara rela menerima tugas tersebut dan berani mengambil segala konsekuensinya. Hidup Maria di ujung tanduk. Sebab bagi masyarakat tidaklah mungkin seorang gadis hamil di luar nikah tanpa sebuah consumatum (hubungan seksual). Walaupun itu realita yang terjadi. Karena apa yang telah dialami Maria tidak dapat dilogikakan oleh akal budi manusia.

Yusup sebagai lelaki normal sudah wajar jika timbul rasa kecewa di dalam hatinya, sebab harga dirinya sebagai laki-laki sudah jatuh. Dirinya merasa dipermainkan oleh Maria yang selama ini dipercaya mampu setia kepadanya dalam untung maupun malang. Sehingga secara diam-diam bermaksud menjauhi Maria, bahkan menceraikannya karena saat itu Yusup dan Maria sudah dalam jenjang pertunangan. Namun, Allah yang mengetahui kehancuran hati Yusup datang memberikan penghiburan dan sekaligus memberikan keyakinan bahwa Maria tetap setia dan cinta kepada Yusup. Allah berusaha meyakinkan dan mengembalikan rasa kepercayaan , cinta dan setianya Yusuf kepada Maria.

Sebagai manusia normal, walaupun mendengarkan wahyu Allah tersebut, Yusuf tentunya masih merasa berat hati. Namun, karena pemberitaan itu berasal dari Allah, Yusuf berusaha membangkitkan imannya lalu mencoba membangkitkan pula kepercayaan, cinta dan kesetiaannya kepada Maria. Bukti dinyatakan oleh Yusuf dengan kembali mendatangi Maria dan menerimanya kembali di dalam ikatan cinta dan kesetiaan. Bukti itu tidak cukup hanya dikatakan, justru Yusuf berani menghadapi massa dan membela Maria di depan hukum yang menjerat kematiannya. Selain membuktikan kebenaran, juga berani menikahi Maria di depan masyarakat. Apa yang dilakukan Yusuf sungguh bukti nyata hasil pergulatan batin seorang laki-laki dalam memperjuangkan hak hidup seorang wanita.


Thursday, December 3, 2015

MINGGU III ADVEN TAHUN C 2015

BERSIAP DIRI MENYAMBUT SANG RAJA KERAHIMAN

Penulis  : P. Dedy.S
Sumber : Lukas 3:10-18

Semakin mendekati Natal semakin ragam persiapan dilakukan termasuk kemeriahan. Apakah itu yang diharapkan oleh Sang Kerahiman Sejati? Kemeriahan yang diharapkan bukanlah yang nampak secara duniawi, melainkan seberapa luapan atas kegembiraan yang terjadi di dalam hati. Kita patut bergembira dan bersukacita karena kedatangan-Nya untuk mengantarkan kita dari manusia lama menuju manusia baru. Maka, lebih baik kita siapkan hati dengan penuh harapan dan sukacita daripada gemerlap gempitanya suasana duniawi (Bdk. Zefanya 3:14-18a). Sebab Dia pun akan menyambut kita dengan sukacita dan penuh harapan pula.

Tanda pribadi yang sedang merindukan kedatangan Tuhan, nampak dari kegembiraan dan kesukacitaan. Namun hendaknya semuanya itu tetap dilakukan di dalam Tuhan. Jika kegembiraan itu timbul karena kebaikan hati, hendaknya tetap ingat bahwa ada belaskasih Allah yang memampukan semuanya itu. Sehingga tetap menjaga diri kita di dalam kerendah-hatian. Dalam segala hal kita hendaknya pula tetap percaya akan belaskasih-Nya dan senantiasa bersyukur kepada-Nya di dalam doa. Dengan demikian ada damai di dalam hati kita berkat kesatuan diri kita dengan Sang Kerahiman Sejati (Bdk. Filipi 4:4-7).

Wujud atau bentuk kegembiraan perlu juga dibagikan kepada semua orang. Agar semua orang tidak hanya turut bergembira dan bersukacita, melainkan juga tahu bersyukur dan berterima kasih berkat karya belaskasih-Nya. Banyak cara dapat dilakukan untuk mewujudnyatakan kegembiraan itu, salah satunya dengan amal bakti. Dengan demikian kita akan tetap terjaga, jangan sampai terjatuh ke dalam kemewahan dan kesemarakan duniawi sehingga lupa bahwa kegembiraan dan kesukacitaan itu karena menyambut kedatangan Sang Raja Kerahiman bukan karena prestasi diri kita (Bdk. Lukas 3:10-18). 

Wednesday, December 2, 2015

BUKU PENDALAMAN APP OMK 2016 (BUKU PESERTA) PRA IMPRIMATURE

Penulis           : P. Dedy.S
Jenis Buku    : Pendalaman Iman
Type File       : PDF
Format Buku : Bookfold F4
Versi             : Beta 1
Penerbit    : OMK Kevikepan Surabaya Selatan

OMK kepanjangannya Orang Muda Katolik. APP kependekan dari Aksi Puasa Pembangunan. Buku APP untuk OMK ini dibuat dan diterbitkan untuk membantu para orang muda dalam usaha memperdalam imannya di kala persiapan menuju Paskah.
Dalam pembuatan, buku ini terbagi menjadi 2 bagian yaitu: Buku Pemandu dan Buku Peserta.

Buku Pemandu berisi seluruh tahapan selama proses pendalaman berlangsung termasuk isi dinamika kelompok, peneguhan dan gagasan katekese.

Buku Peserta hanya berisi bagian yang dicukupkan bagi peserta, tanpa harus mengetahui isi secara menyeluruh.

Buku ini berisi 4 kali pertemuan. 2 kali pertemuan dilaksanakan di paroki masing-masing, 2 kali pertemuan selanjutnya diselenggarakan secara bersama dalam lingkup kevikepan. 2 kali pertemuan berisi kegiatan pendalaman iman secara penuh, 1 kali pertemuan berisi kegiatan dalam rangkah merancang aksi dan 1 kali pertemuan terakhir berupa proses kegiatan aksi yang sesungguhnya.

Buku dapat didownload di sini: download


Sunday, November 29, 2015

TAHUN 2016 SEBAGAI TAHUN KERAHIMAN ILAHI

Sebuah Pengantar

Penulis: P.Dedy.S

Tahun 2016 secara liturgi Gereja mencanangkan sebagai tahun Kerahiman Ilahi yaitu masa yang tepat bagi kita mengalami belaskasih Allah atas hidup di dunia ini. Ajakan ini untuk membuka hati dan sebagai usaha dalam memberi kesaksian tentang kerahiman atau belaskasih Allah kepada semua orang. Kerahiman Allah menjadi teladan bagi kita untuk tidak menghakimi siapapun, namun sebaliknya mengasihi dan mengampuni. Allah sebagai Sumber Kerahiman Ilahi selalu memperhatikan umat-Nya sekalipun dalam keadaan berdosa. Hal itu dilakukan oleh-Nya untuk menunjukkan akan betapa cinta-Nya kepada umat manusia sehingga Ia datang ke dunia untuk menyatakan Kerahiman-Nya. Itulah tanda kebaikan dan belaskasih Allah. Seberapapun besar kedosaan diri kita, namun Allah tiada pernah memperhitungkannya.

Tahun Yubileum Kerahiman Ilahi akan dimulai tanggal 8 Desember 2015, pada Hari Raya Maria Dikandung Tanpa Noda, dan akan berlangsung hingga 20 November 2016, yaitu Hari Raya Kristus Raja Semesta Alam. Tahun Yubileum ini memberikan kesempatan bagi keuskupan-keuskupan di seluruh dunia untuk mengambil bagian dalam peristiwa itu dengan membuka Pintu Suci atau Pintu Kerahiman Ilahi, di katedral atau di gereja atau di tempat-tempat yang banyak dikunjungi peziarah termasuk tempat peziarahan. Seruan ini disampaikan oleh Bapa Suci Paus Fransiskus kepada semua orang kristiani untuk meneruskan cita-cita evangelisasi baru dan sekaligus pembaharuan di dalam karya pastoral.

Sebagai logo digunakanlah Gembala yang baik sedang menggendong jiwa yang hilang dengan harapan semua yang melihat logo ini terdorong kepada ajakan “Hendaklah kamu murah hati, sama seperti Bapa-Mu adalah murah hati ” (Lukas 6:36), sebuah motto yang menjadi landasan dan sekaligus ajakan untuk mengalami kelimpahan kasih Allah lewat karya belaskasih-Nya.

Motto ini menjadi penting karena akar dari sebuah perdamaian dunia terletak pada sebuah pengampunan. Melalui pengampunan lahirlah sebuah kekuatan baru yang dapat menimbulkan banyak perubahan dari kehidupan lama yang sarat dengan dosa ke dalam kehidupan baru yang diliputi suasana hati damai sejahtera dan penuh sukacita. Bukan itu, melalui pengampunan akan ditanamkan benih-benih keberanian di dalam hati setiap orang, sehingga mampu melihat masa depan baru yang penuh dengan pengharapan.

Karena pentingnya tahun kerahiman Ilahi ini, maka aneka peristiwa akan menjadi bagian dari rentetan yang menyertai tahun penuh rahmat ini. Rentetan peristiwa itu sebagai berikut:
  1. Tanggal 19-21 Januari 2016 diperuntukkan bagi mereka yang terlibat dalam ziarah.
  2. Tanggal 3 April 2016 diperuntukkan bagi pertemuan umat beriman.
  3. Tanggal 24 April 2016 diperuntukkan bagi pertemuan orang muda untuk menyatakan imannya.
  4. Tanggal 29 Mei 2016 diperuntukkan bagi para diakon.
  5. Tanggal 3 Juni 2016 diperuntukkan bagi para imam.
  6. Tanggal 12 Juni 2016 diperuntukkan bagi penderita sakit dan orang cacat.
  7. Tanggal 4 September 2016 diperuntukkan bagirelawan dan orang-orang yang berkarya dalam amal kasih.
  8. Tanggal 25 September 2016 diperuntukkan bagi para katekis.
  9. Tanggal 9 Oktober 2016 diperuntukkan kepada spiritualitas Maria.
  10. Tanggal 6 November diperuntukkan bagi orang tahanan.

Doa Tahun Yubelium Kerahiman Ilahi

Tuhan Yesus Kristus,
Engkau telah mengajarkan kami bermurah hati seperti Bapa surgawi, dan telah mengatakan kepada kami bahwa barangsiapa melihat Engkau melihat-Nya.Tunjukkanlah kepada kami wajah-Mu dan kami akan diselamatkan. Tatapan-Mu yang penuh kasih membebaskan Zakeus dan Matius dari diperbudak oleh uang;
para pezinah dan Maria Magdalena dari mencari kebahagiaan hanya dalam benda-benda ciptaan;
membuat Petrus menangis setelah pengkhianatannya, dan memastikan Firdaus kepada penjahat yang bertobat.
Mari kita dengar, seolah-olah ditujukan kepada kita masing-masing, kata-kata yang Engkau katakan kepada perempuan Samaria:
"Jika engkau tahu tentang karunia Allah!"
Engkau adalah wajah yang kelihatan dari Bapa yang tak kelihatan, wajah Allah yang mewujudkan kuasa-Nya terutama dengan pengampunan dan kerahiman: biarkan Gereja menjadi wajah-Mu yang kelihatan di dunia, wajah Tuhannya yang bangkit dan dimuliakan.
Engkau menghendaki agar para pelayan-Mu juga akan mengenakan kelemahan agar mereka dapat merasa kasihan kepada mereka yang berada dalam ketidaktahuan dan kekeliruan: biarkan semua orang yang menjamah mereka merasa dicari, dikasihi, dan diampuni oleh Allah. Utuslah Roh-Mu dan kuduskanlah setiap orang dari kita dengan urapannya, sehingga Yubileum Kerahiman dapat menjadi sebuah tahun rahmat dari Tuhan, dan Gereja-Mu, dengan antusiasme yang diperbarui, dapat membawa kabar baik kepada orang miskin, memberitakan kebebasan untuk para tawanan dan orang tertindas,
dan memulihkan penglihatan bagi orang buta. Kami mohon ini melalui perantaraan Maria, Bunda Kerahiman, Engkau yang hidup dan memerintah bersama Bapa dan Roh Kudus untuk selama-lamanya.
Amin.


Saturday, November 28, 2015

MINGGU KEDUA ADVEN TAHUN C 2015

MEMBANGUN SIKAP TOBAT DAN PERCAYA KEPADA ALLAH

Penulis  : P. Dedy.S
Sumber : Lukas 3:1-6

Dalam penyalaan lilin Adven yang kedua, diri kita diajak untuk membangun sikap tobat. Sikap tobat merupakan kebalikan dari sikap dosa. Kalau sikap dosa itu yang membuat diri kita terjauhkan dari belaskasih Allah, maka dengan sikap tobat berarti kita dituntun untuk mengalami kembali belaskasih Allah yang sempat hilang tersebut.

Untuk dapat menemukan jalan kembali ke dalam belaskasih Allah, dari dalam diri kita sendiri diharapkan mengalami keterbukaan hati. Hanya orang yang mau merendahkan hatinya yang dapat terbuka kepada Allah. Hanya orang yang terbuka hatinya yang mampu menaruh kepercayaan kepada Allah. Hanya orang yang percaya kepada pertolongan dan belaskasih Allah, akan  mendapatkan iman di dalam hatinya (Bdk. Barukh 5:1-9).

Agar iman mampu terjaga dan terpelihara dengan baik, maka diperlukan sikap tekun dalam membina iman, tahu bersyukur dan berterima kasih, ulet dan setia di dalam doa, hidup di dalam kebenaran dan bertahan di dalam kesucian. Inilah ciri-ciri orang yang percaya dan beriman akan Allah (Bdk. Filipi 1:4-6.8-11).

Sebelum kita menyuarakan dan mengajak orang lain untuk bertobat, maka seruan dan ajakan itu hendaknya mula-mula digemakan ke dalam diri kita masing-masing. Sebab tanpa tersadari, sesungguhnya di dalam diri kita masih banyak aneka penghalang yang membuat rahmat Tuhan Sang Kerahiman Sejati itu sulit menggapai diri kita. Maka aneka penghalang itu haruslah kita bongkar terlebih dahulu. Mula-mula dengan membangun niat, sikap sadar, tahu dan mau untuk bertobat. Lalu memberanikan diri datang kepada Allah dan dengan jujur di hadapan-Nya mengakui segala kedosaan dan kesalahan kita, sehingga dengan kuasa Roh-Nya diri kita dibersihkan dan disucikan kembali. Selanjutnya membuat silih atas penghapusan dosa kita. Setelah diri kita kembali menjadi suci dan murni, maka selanjutnya menjadi tugas kita untuk mengajak semua orang kembali kepada jalan yang Allah sudah tunjukkan. Kita sendiri harus menjadi perintis jalan bagi-Nya dan membukakan pintu keselamatan bagi siapa saja. Untuk semuanya itulah, diri kita dipanggil dan diutus-Nya (Bdk. Lukas 3:1-6).


Tuesday, November 24, 2015

MAKNA ADVEN

Ditinjau dari Katekese Liturgi

Penulis: P. Dedy.S

Kata Adven berasal dari Bahasa Latin adventus yang berarti kedatangan. Masa Adven adalah masa penantian penuh harapan dan sukacita akan kedatangan Tuhan. Masa ini ditempatkan sebelum Natal karena memiliki 2 tujuan yaitu:
  1. Melalui Masa Adven, kita mempersiapkan perayaan Natal.
  2. Melalui Masa Adven, kita mengarahkan hati dalam menantikan kedatangan Tuhan pada akhir jaman.

Warna liturgi Adven yang digunakan adalah warna ungu cerah yang memberikan makna tentang pertobatan dan pengharapan.

Ada tiga katekese pokok dalam kaitan dengan Adven, yaitu:
  1. Mengenangkan kedatangan Kristus yang pertama, yakni penjelmaan-Nya menjadi manusia (Inkarnasi).
  2. Menyiapkan kedatangan-Nya secara sakramental, yakni perayaan Natal.
  3. Menantikan kedatangan-Nya yang mulia, yakni kedatangan-Nya pada akhir zaman.
Yang terakhir ini menuntut supaya kita selalu menata diri, meningkatkan iman dan takwa agar bila Tuhan datang dengan mulia kita didapati pantas menyambut Dia dan berbahagia bersama-Nya.

Sudut Pandang Teologi

Adven mengingatkan ke dalam dimensi historis sakramental akan karya keselamatan Allah. Tuhan yang dinanti-nantikan itu adalah Tuhan yang sungguh-sungguh hadir secara nyata di dalam sejarah hidup manusia. Karya keselamatan Allah teraktualisasikan dalam realita sejarah perjalanan dan perjuangan hidup manusia di dunia ini.

Gereja sendiri mengalami hidupnya melalui proses yang panjang yaitu proses keberlangsungan akan karya keselamatan Allah yang sudah dan sementara sedang terwujud dan sedang dinantikan kepenuhannya.

Melalui Adven, mengingatkan Gereja akan tugas misionernya untuk mewartakan Sabda Allah kepada segala bangsa dan pula untuk menyongsong proses kepenuhannya di dalam pembangunan dan terselenggaranya Kerajaan Allah. Tindakan berjaga-jaga dan proses penantian itu hendaknya dilakukan tanpa dirasuki rasa takut, cemas atau was-was, melainkan dengan suasana gembira dan penuh dengan sukacita dan harapan, seperti yang dialami oleh Maria sendiri.


Sudut Pandang Spiritualitas

Selama masa Adven, Gereja mengajak seluruh umat beriman untuk menghayati keutamaan-keutamaan kristiani dengan kembali kepada semangat dasar itu sendiri. Semangat dasar yang dihayati selama masa Adven adalah pengharapan, takwa di dalam iman, membangun sikap tobat, berpaling kembali kepada Allah, membangun sikap berjaga-jaga senantiasa, membangun kemurnian hati dan melakukan penghargaan atas hak dan martabat bagi orang lain.


Makna Lingkaran Adven (Korona)

  1. Lingkaran terbuat dari rangkaian ranting hijau yang melambangkan hidup yang saling berjalinan: kita hidup dalam persekutuan jemaat yang saling berkaitan, ibarat banyak anggota dalam satu tubuh.
  2. Lilin melambangkan terang yang mengusir kegelapan; juga melambangkan Kristus Sang Cahaya. Lilin berjumlah empat menunjuk kepada empat Minggu dalam masa Adven. Penyalaan lilin secara bertahap mulai lilin 1, 2, 3, dan 4 yang menandakan cahaya hati kita semakin terang; juga menandakan bahwa kedatangan Sang Cahaya yakni Kristus semakin mendekat.


Monday, November 23, 2015

MINGGU I ADVEN TAHUN C 2015

MENYONGSONG KEDATANGAN SANG KERAHIMAN SEJATI

Penulis  : P. Dedy.S
Sumber : Lukas 21:25-28, 34-36

Menyongsong, menanti dan berjaga-jaga merupakan ungkapan kata yang merujuk ke dalam sikap tekun, ulet dan sabar. Ketiga sikap keutamaan tersebut merupakan sikap dasar bagi seseorang yang sedang penuh harapan dan cinta kasih. Karena di balik ketiga keutamaan tersebut terdapat nilai pengorbanan diri yang menunjukkan kesetiaan terhadap sosok yang dinanti-nantikan akan kedatangannya.

Allah sebagai Sang Kerahiman Sejati telah berjanji untuk datang kembali memimpin kita menuju jalan kebenaran, keadilan dan perdamaian dengan dilandasi sikap welas asih ( bahasa Jawa) atau belaskasih. Karena itu setiap orang haruslah terlebih dahulu memiliki iman akan Allah, apabila dirinya sungguh-sungguh merindukan dan ingin mengalami belaskasih Allah (Bdk. Yeremia 33:14-16). Hanya satu hal yang perlu kita pegang, yakni: belaskasih itu haruslah tetap mengalir atau luber (Bahasa Jawa) kepada siapapun tanpa terkecuali.

Selain memiliki iman, kita juga perlu bertekun dan ulet di dalam doa, kebajikan, berpegang teguh kepada ajaran-ajaran dan segenap peraturan-Nya, bertahan di dalam iman, teguh dalam pengharapan dan senantiasa memancarkan cinta kasih kepada sesama dengan terbebas dari segala bentuk eksklusivisme atau pengkhususan. Karena melalui cara itulah kita tetap tinggal di dalam kekudusan (Bdk. 1 Tesalonika 3:12-4:2).

Kedatangan Allah yang dinanti-nantikan saat ini merupakan bagian atau gambaran dari kerinduan diri kita akan kedatangan-Nya kembali di saat akhir jaman. Saat itulah diri kita masing-masing mempertanggungjawabkan iman, amal dan perbuatan kita. Apabila Allah mendapati semuanya itu masih ada, maka kita akan mengalami kerahiman atau belaskasih Allah yang sesungguhnya (Bdk. Lukas 21:25-28, 34-36). Karena itu mulai dari sekarang kita perlu berjaga-jaga dengan tetap tekun, ulet dan sabar di dalam iman, doa dan pengharapan. 



Friday, November 20, 2015

KEKUATAN KATA DAN SUARA

Penulis               : P. Dedy.S
Sumber             :  Hazrat Inayat Khan
Jenis file            : EPUB
Jumlah halaman : 494

Kata dan suara yang diungkapkan oleh setiap orang sama-sama memiliki kekuatannya masing-masing. Lewat kata walaupun tanpa terucapkan dapat memberikan 2 unsur di dalam diri kita yaitu unsur positif dan negatif.

Unsur positif yang diberikan lewat kata dapat berupa dukungan, kritikan, saran, usul, pujian dan masih banyak hal lain. Kesemuanya itu memberikan daya bangun di dalam diri kita. Sebaliknya unsur negatif yang ditujukan kepada setiap orang dapat membawa seseorang ke dalam sebuah permasalahan hidup yang dapat memperkeruh sebuah permasalahan, misalnya makian, hujatan, cemooh, kritik menjatuhkan dan kata-kata pedas lainnya. Bahkan ragam kejahatan dapat dilakukan hanya cukup dengan menggunakan rangkaian kata-kata tanpa harus bersuara.

Melalui kata-kata, kita dapat mengenal pribadi seseorang apabila kata-kata itu sungguh keluar dari dalam dirinya sendiri yang diungkapkan secara jujur. Akan lain halnya apabila setiap rangkaian kata itu muncul dari dirinya namun tidak secara jujur diungkapkan atau mengutip dari tempat lain. Maka, lewat dunia kata itu akan sulit bagi kita untuk mengenali pribadi yang sesungguhnya. Karena kebanyakan orang suka mengenakan “topeng” untuk menutupi keaslian dirinya sendiri. Namun, tidak sedikit pula orang-orang yang seperti ini dapat dikenali lewat untaian katanya yang sesekali terloloskan.

Itulah cabang ilmu psikologi yang perlu kita pelajari untuk membantu kita mengenal orang lain walaupun hanya lewat sebuah untaian kata. Penjelasan lebih jauh dapat anda temukan dengan membaca dan memiliki buku ini: SPIRITUAL DIMENSIONS OF PSYCHOLOGY.

Buku ini dapat didownload di sini: Download buku


Apabila dalam smartphone atau Ipad terdapat aplikasi pendukung yang memampukan untuk membaca file EPUB, maka anda cukup mendownload buku ini dan membacanya.

Tetapi apabila di dalam gadget anda tidak mendukung terbacanya file EPUB, maka anda dapat mendownload aplikasi MOBI POCKET EBOOK di sini http://ancilladoministudio.blogspot.com lalu menginstalnya ke dalam komputer, laptop, netbook atau notebook anda.



Sunday, November 15, 2015

HARI RAYA KRISTUS RAJA SEMESTA ALAM - TAHUN B 2015


KRISTUS SANG RAJA KERAHIMAN SEJATI 

Sumber :  Yohanes 18:33b-37
Penulis  : P. Dedy.S
Ketika kita mendengar kata “Raja”, pemahaman yang muncul pertama akan mengarahkan kita kepada sosok penguasa yang memerintah dengan kekuasaan atau tangan besi, duduk di atas singgasana yang megah dan bermahkotakan emas berlian. Ketika memandang Yesus, justru yang kita jumpai bukan seperti raja-raja dunia. Yesus justru bermahkotakan duri dan singgasana-Nya adalah salib. Segala perintah yang disampaikan bukan berupa kekuasaan, melainkan sebuah panggilan kepada pelayanan kasih yang mengarah kepada keadilan, kebenaran dan perdamaian. Maka timbullah pertanyaan “Benarkah Dia Raja?”
Raja-raja atau para pemimpin dunia kekuasaannya terbatas, sedangkan kekuasaan Allah dalam diri Yesus kekal abadi selamanya. Kekuasaan yang diterapkan-Nya terwujud di dalam pelayanan secara penuh (totalitas) dalam bentuk pengorbanan hidup bagi orang lain. Bukan mencari dan mengejar keselamatan bagi dirinya sendiri (Bdk. Daniel 7:13-14).

Kita pun mendapatkan gelar raja dan imam sejak dibaptis. Namun gelar yang kita terima tersebut bukanlah jabatan, melainkan tugas perutusan.  
Sebagai raja, kita diutus untuk rela dan tulus dalam melayani sesama. 
Sebagai imam, kita diutus untuk semakin bersemangatkan pengorbanan, terutama mengorbankan diri sendiri demi kepentingan dan kebaikan bersama. Segala bentuk pengorbanan itu disatukan dengan korban Yesus demi  keselamatan dunia. Agar dunia ini dipenuhi damai dan sukacita berlimpah (Bdk. Wahyu 1:5-8).

Dengan melaksanakan tugas sebagai raja dan imam, berarti kita turut menjadi saksi kebenaran. Kebenaran itu haruslah kita miliki lebih dahulu. Kebenaran itu sendiri adalah Allah Sumber Kerahiman Sejati atau Allah Yang Berbelaskasih. Kita dapat menghadirkan Allah Yang berbelaskasih itu melalui sikap rela berkorban bagi kepentingan bersama dan mengampuni kesalahan sesama. Sikap pengorbanan itu adalah wujud kasih. Kasih dan kebenaran itu saling terjalin satu sama lain. Maka, kalau kita mampu menunjukkan kasih kepada sesama, berarti kita pula menunjukkan kebenaran yang berasal dari Allah. Apabila setiap orang mengalami kasih dan kebenaran, berarti Kerajaan Allah sudah tercipta di dunia dan Allah sendiri akan merajai setiap manusia dengan kasih-Nya Yang Maha Rahim (Bdk. Yohanes 18:33b-37).


Friday, November 13, 2015

HIDUP DICURAHKAN

Sebuah Kesaksian Hidup

Penulis: P. Dedy. S

Di tahun 2015 ini banyak hal yang sulit untuk dimengerti. Mula-mula ketika munculnya nama saya terpilih sebagai ketua katekese. Saya sendiri tidak pernah mengajukan nama ke dalam pencalonan untuk sebuah kedudukan di dalam Gereja yaitu sebagai ketua katekese. Namun, secara tiba-tiba diri saya ditelepon oleh ketua bidang sumber Bapak Agustinus Edi Antoro dan diberikan ucapan selamat atas terpilihnya saya sebagai ketua katekese. Saat itu Pastor Paroki adalah RD. Damar Cahyadi. Reaksi pertamanya diri saya terkejut bukan main, karena tidak merasa mencalonkan diri. Karena semenjak diri saya kembali dari Manado ke Surabaya sudah tidak pernah berharap untuk terjun dan aktif dalam hidup menggereja, selain sebagai umat biasa. Karena itu setiap kali diundang bahkan ditarik-tarik oleh teman-teman dan umat di wilayah dan paroki, diri saya tetap saja menyibukkan diri dengan banyak perkara yang lain daripada perkara hidup menggereja. Karena tujuan saya waktu itu mau berfokus dulu di dunia ekonomi untuk memperbaiki ekonomi yang saya jalani untuk menghidupi ibu saya sebagai satu-satunya orangtua yang masih hidup. Sebab orangtua saya tidak mempunyai penghasilan apa-apa. Karena itu selama masih tinggal di Manado, hasil jerih payah selalu saya kirimkan ke ibu untuk memenuhi hidupnya sehari-hari dengan cara titip melalui seorang teman lewat rekeningnya di BCA. 

Semenjak saya berada di rumah bersama dengan ibu, tabungan makin lama semakin terkuras habis karena tidak mendapatkan pemasukkan sama sekali. Padahal setiap hari dan setiap bulan hidup terus berputar dan keperluan hidup semakin hari semakin banyak dan semakin mahal pula. Maka, tidak ada lagi tempat untuk bergantung, selain kemurahan dan kebaikan hati Tuhan saja. Sekarang saya sudah memasuki tahun ke empat semenjak tinggalkan Manado dengan kondisi ekonomi yang sama sekali tidak mengalami perubahan ke arah yang lebih baik; justru semakin sulit dan mencekik. Namun herannya, kami selalu tercukupi dan tidak pernah berkekurangan. Padahal tidak ada sedikitpun uang di kantong, tetapi masih bisa menjalani hidup tanpa kekurangan suatu apapun. Lalu darimana sumber hidup itu sendiri? Secara logika, itu semua tidak mungkin. Kebutuhan listrik, kebutuhan air, kebutuhan tehnologi komunikasi tetap saja bisa berjalan apa adanya. Lalu darimana uang itu bisa datang, kalau bukan cara Tuhan sendiri. 

Karena seringnya saya duduk di post satpam Gereja Katedral setiap kali selesai mengikuti perayaan ekaristi, saya mempunyai kebiasaan mendengarkan segala kisah dan persoalan yang terjadi di seputar kepengurusan gereja; hati ini mulai perlahan-lahan tergerak ingin berbuat sesuatu bagi Tuhan melalui hidup menggereja lagi. Pada saat itu pula datang seorang teman mudika (muda-mudi Katolik) lama yaitu Bapak Sutrisno yang mulai menarik, merayu dan mencoba memotivasi diri saya untuk menyediakan diri terlibat di dalam hidup menggereja sebab dia katakan kalau diri saya dibutuhkan saat ini juga terutama di dalam pembinaan untuk anak-anak, remaja dan kaum muda. Bahkan dia meminta agar diri saya sesegera mungkin membagikan segala ilmu dan seluruh kemampuan yang saya miliki untuk semua orang terutama di lingkungan dan wilayah.
Keterlibatan pertama kalinya, saya hadir dalam rapat wilayah yang diselenggarakan setiap bulan. Saat itu rapat diselenggarakan di Wisma Keuskupan jalan Sam Ratulangi no 6 Surabaya. Pada saat rapat itu Bapak Ignatius Andy Oematan menyambut saya dengan mengucapkan “ Selamat datang dan Selamat Bergabung “. Setelah salam tersebut, beliau juga mengharapkan yang sama seperti yang diungkapkan oleh Bapak Sutrisno kepada saya. Semula saya diminta untuk sharing pengalaman termasuk mengapa keluar dari hidup membiara sebagai frater. Selanjutnya dimintakan persetujuan kepada seluruh yang hadir untuk keterlibatan diri saya dalam dunia pembinaan iman. Saya pun menerimanya walau dalam hati saya mengatakan “ Tuhan, inikah saatnya aku harus bertindak?” Tuhan belum memberikan jawaban, namun Bapak Ignatius Andy Oematan sudah mendahului dengan memberikan tugas kepada saya untuk menjadi seksi katekese dalam perayaan Paskah 2015. Semua tugas yang diberikan dan dipercayakan kepada saya, saat itu pula saya terima dengan baik penuh ketulusan hati.

Selama menjalankan tugas sebagai seksi katekese di dalam kepanitiaan Paskah, 2 kali harus berselisih paham dengan orang-orang dari wilayah 2. Salah satunya Sdr Wayan. Pertengkaran itu seharusnya tidak boleh terjadi, kalau si Wayan tahu diri siapa dia sesungguhnya. Karena dia memindahkan tempat sumbangan tanpa memberitahukan lebih dulu kepada saya sebagai penanggungjawab kotak tersebut. Inilah salah satu permasalahan yang terjadi di dalam kepengurusan gereja. Pertengkaran terjadi lagi di ruang legio dengan para petugas pembawa kotak sumbangan yang melakukan banyak protes dari tugas pembawa kotak sumbangan. Akhirnya sebagai penanggungjawab secara spontan saya kumpulkan seluruh panitia berkaitan dengan hal ini, dan diputuskan panitia akan menjaga kotak dari awal sampai akhir. Itu permasalah kedua yang terjadi di dalam kepengurusan gereja. Melalui kedua peristiwa itu Tuhan mau menunjukkan sesuatu kepada saya akan apa yang seharusnya saya bisa perbuat untuk memperbaiki kondisi kepengurusan gereja ini.

Dengan melihat kembali serangkaian peristiwa-peristiwa itu, sehari dua hari saya gelisah karena tidak tahu apa yang harus dilakukan dengan terpilihnya diri saya sebagai ketua katekese. Sungguh-sungguh kosong seluruh pandangan yang ada di dalam diri ini pada waktu itu. Mungkin sudah menjadi rencana dan jalan dari Tuhan untuk melibatkan diri saya ke dalam bidang ini. Sampai tulisan ini diangkat, masih saja hal ini menjadi pertanyaan refleksi di dalam diri saya, “Mengapa Tuhan harus memilih saya yang jelas-jelas orang yang tidak mampu secara ekonomi?” Biasanya mereka yang terjun menjadi pengurus atau mendapatkan kedudukan di Gereja adalah mereka yang mampu secara ekonomi, sehingga keaktifan selama di Gereja tidak akan menganggu kehidupan dan perekonomian orang tersebut. Namun, kenyataannya diri saya adalah orang miskin atau pra sejahtera, namun Tuhan menuntut saya untuk mengambil dan menjalankan tugas ini. Saya harus bagaimana lagi selain menerima dan menjalankan tugas ini semampu yang saya dapat lakukan hanya demi kebesaran dan kemuliaan nama Tuhan.

Sebagai ketua katekese, diri saya dituntut untuk aktif terlibat secara penuh dalam tugas pewartaan dan pengajaran Gereja. Sehingga setiap hari selain harus belajar kembali, juga harus sering datang ke gereja untuk mengerjakan pekerjaan yang berkaitan dengan tugas yang diberikan. Namun semuanya tidak mendatangkan upah sedikitpun. Saya sendiri menjadi heran, mengapa saya mau menerima dan menjalankan itu semua padahal saya sudah mengetahui bahwa pekerjaan itu tidak mendatangkan upah sedikitpun yang dapat menunjang hidup keseharian diri saya bersama dengan ibu satu-satunya orangtua yang menjadi tanggungjawab saya. Walaupun saya melaksanakan ini semua, namun hidup saya tetap tercukupi dan tidak merasa berkekurangan sedikitpun. Apa yang sesungguhnya diperbuat Tuhan terhadap diri saya dan hidup ibu saya? Semuanya serba tercukupi, padahal tidak ada uang sama sekali untuk menjalani hidup ini.

Untuk mendapatkan sesuap nasi dan keperluan hidup setiap hari, sudah berbagai macam pekerjaan saya lakukan termasuk membuka service komputer, tetapi hasil yang didapatkan belum dapat memenuhi kebutuhan setiap harinya. Sebab tidak setiap hari saya memperoleh pendapatan dari pekerjaan ini walau harus berkeliling kemana-mana dari pagi sampai pagi hari lagi. Walaupun demikian, saya masih dapat bersyukur dan berterima kasih kepada Tuhan, karena betapa baiknya Dia. Walaupun demikian tidak sedikitpun mengurangi keaktifan saya dalam menjalankan tugas dan tanggungjawab di dalam hidup menggereja.

Belum lama juga saya terpilih dan terlibat dalam kegiatan persiapan AKSI PUASA PEMBANGUNAN 2016. Meskipun kedudukan saya sebagai ketua, namun saya masih belum berpengalaman. Maka seharusnya mereka yang lebih berpengalaman yang dipilih dan diberangkatkan. Namun realitanya ketua bidang sumber menunjuk saya untuk berangkat atas nama OMK (Orang Muda Katolik) kevikepan Surabaya Selatan. Karena diberi kepercayaan, maka saya persiapkan dengan baik. Begitu berangkat ke Puh Sarang Kediri tanggal 2-4 Oktober 2015 dan tiba saatnya giliran saya presentasi, ternyata hasil yang saya sudah lakukan mendapatkan apresiasi dari RD Aloysius Widya YN selaku pastor penanggungjawab APP 2016 dengan tugas selanjutnya diminta sesegera mungkin menghubungi Pastor Moderator OMK.

Untuk berjumpa dengan Pastor Moderator OMK sangatlah tidak mudah, sebab beliau mempunyai banyak kesibukan. Sehingga berkali-kali berusaha untuk menjumpainya. Setelah mendapatkan kesempatan untuk berjumpa dan menyampaikan hasil yang saya dapatkan dari pertemuan progress report 1, saya menjadi lega dan hanya menunggu keputusan selanjutnya agar saya diperkenankan berjumpa dengan para OMK se-kevikepan. Sebulan lamanya saya menunggu dan berproses, akhirnya dengan usaha sendiri tanpa bantuan pastor moderator saya dapat berjumpa dengan para perwakilan OMK pada tanggal 12 November 2015, lalu memaparkan laporan kepada mereka. Usaha perjumpaan dengan OMK ini sungguh menjadi sebuah bukti bahwa sesungguhnya Allah itu murah hati dan tidak akan membiarkan setiap hamba-Nya mengalami kesulitan. Belaskasih yang Allah berikan tidak akan pernah berkesudahan sampai akhir jaman.


Thursday, November 12, 2015

SETIA SAMPAI AKHIR - HARI MINGGU BIASA XXXIII TAHUN B 2015

Penulis  : P. Dedy.S
Sumber :  Markus 13:24-32

Kata “ Setia “ merupakan sebuah kata yang sangat pendek, namun untuk memperjuangkannya tidak begitu mudah. Karena untuk membangun kesetiaan membutuhkan ketekunan, keuletan dan kesabaran. Orang yang tekun, orang yang ulet dan orang yang sabar adalah orang-orang yang mempunyai harapan, selalu menyandarkan segenap hidupnya hanya kepada pertolongan Allah dan percaya bahwa Allah akan datang melepaskan dirinya dari segala penderitaan hidup,  membawa keselamatan dan sukacita baginya. Hanya orang yang mampu bertahan sampai akhir akan memperoleh keselamatan yang ditawarkan Allah kepadanya (Bdk. Daniel 12:1-3).

Mereka yang tetap dan mau setia bertahan sampai kesudahannya haruslah memiliki dan mengenakan keutamaan teologal. Karena kita tidak mengetahui kapan keselamatan itu akan diberikan kepada kita. Yang dimaksudkan dengan keutamaan teologal yaitu iman, harapan dan kasih. Ketiga keutamaan tersebut akan nampak di dalam hidup doa, kesatuan di dalam ekaristi dan sikap tobat. Dengan hidup doa, kita menjalin relasi dekat (intim)dengan Allah. Di dalam ekaristi, kita bersekutu dan mempersatukan kurban hidup dengan Allah dan sesama. Dengan sikap tobat, kita berdamai kembali dengan Allah, sesama dan lingkungan. Dengan melakukan itu semua, segala dosa kita diampuni oleh Allah, selanjutnya kita diperkenankan memperoleh keselamatan yang dijanjikan Allah (Bdk. Ibrani 10:11-14.18).

Kesetiaan itu tidak cukup hanya dikatakan, karena itu Allah kerap kali membawa orang-orang yang ingin tetap setia kepada-Nya ke dalam banyak hal seperti: percobaan atau penderitaan hebat, pergulatan batin, aneka kesulitan, aneka kenikmatan, kemewahan hidup dan berbagai hal lain. Melalui itu semua, Allah mau melihat sampai sejauhmana kesetiaan dan cara kita mengenakan ketiga keutamaan itu. Jika ternyata diri kita tidak siap siaga di dalam doa, maka sesungguhnya diri kita belum siap menerima dan menyongsong kedatangan Allah yang menyelamatkan itu. Dialah Allah yang empunya Kerahiman Ilahi (Bdk. Markus 13:24-32). 


Sunday, November 8, 2015

BUKU IBADAT ADVEN 2015 - BERJAGA-JAGA MENYONGSONG DATANGNYA JURU SELAMAT

Penulis Buku : P Dedy.S (Tim Katekese Kevikepan Surabaya Selatan)
Format Buku : Bookfold F4(Folio)
Type file        : PDF
Jenis Buku    : Bahan Ibadat Adven 2015
 

Buku ini masih dalam proses imprimature artinya masih masuk tahap pengesahan oleh Romo Kevikepan Surabaya Selatan.

Allah sebagai Sumber Kerahiman Ilahi selalu memperhatikan umat-Nya sekalipun dalam keadaan berdosa. Hal itu dilakukan oleh-Nya untuk menunjukkan akan betapa cinta-Nya kepada umat. Itulah tanda kebaikan dan belaskasih Allah. Seberapapun besar kedosaan diri kita, namun Allah tiada pernah memperhitungkannya.

Sesungguhnya Adven bukan hanya diperingati sebagai kenangan akan kedatangan Kristus pertama kali dan persiapan memasuki perayaan Natal sebagai kenangan akan lahirnya Sang Juru Selamat, melainkan juga bermakna eskatologis, artinya sebagai persiapan akan kedatangan-Nya kembali pada akhir jaman untuk mengantar kita menuju rumah Bapa dan mengalami persekutuan hidup bersama dengan Allah.

Tahun 2016 Gereja mencanangkan sebagai TAHUN KERAHIMAN ILAHI. Maka melalui Adven sebagai pembuka tahun liturgi, kita diajak untuk serta merta menyongsong kedatangan Allah sebagai yang empunya Kerahiman Ilahi. Karena itu tahun ini Adven bertemakan BERJAGA-JAGA MENYONGSONG DATANGNYA JURU SELAMAT. Melalui tema ini, kita diharapkan mampu dengan tekun dan setia menanti kedatangan Allah Yang Maha Rahim itu dengan berjaga-jaga dan siap sedia sambil berdoa dan membangun sikap tobat. Supaya ketika Allah itu hadir di dalam kehidupan kita, hati kita dipenuhi dengan sukacita melimpah seperti yang dialami hati Maria sebagai perawan pilihan Allah.

KATEKESE LITURGI ADVEN

1. Persiapan Ibadat

Lingkungan menyediakan Corona (Lingkaran Adven).
Pemimpin Ibadat menyiapkan petugas/pelayan sabda dan lagu-lagu yang akan dipakai dalam ibadat.
Membawa Kitab Suci.


2. Masa Adven

Adven atau adventus berarti kedatangan. Masa Adven adalah masa menantikan kedatangan Tuhan. Ada tiga kegiatan pokok dalam kaitan dengan Adven, yaitu:    
  • Mengenangkan kedatangan Kristus yang pertama, yakni penjelmaan-Nya menjadi manusia.
  • Menyiapkan kedatangan-Nya secara sakramental, yakni perayaan Natal.   
  • Menantikan kedatangan-Nya yang mulia, yakni kedatangan-Nya pada akhir zaman.
Yang terakhir ini menuntut supaya kita selalu menata diri, meningkatkan iman dan takwa agar bila Tuhan datang dengan mulia kita didapati pantas menyambut Dia dan berbahagia bersama-Nya.


3. Lingkaran Adven

Rangkaian ranting hijau melambangkan hidup yang saling berjalinan: kita hidup dalam persekutuan jemaat yang saling berkaitan, ibarat banyak anggota dalam satu tubuh.
Lilin melambangkan terang yang mengusir kegelapan; juga melabangkan Kristus Sang Cahaya. Lilin berjumlah empat menunjuk kepada empat Minggu dalam masa Adven. Penyalaan lilin secara bertahap mulai lilin 1, lalu 2, 3, dan akhirnya 4 menandakan cahaya hati kita semakin terang; juga menandakan bahwa kedatangan Sang Cahaya yakni Kristus semakin mendekat.

Download buku dan cover di sini:
Cover buku - download di sini
Buku - download di sini



Thursday, November 5, 2015

LAUDATO SI

SEBUAH PENGANTAR

Penulis: P. Dedy.S

Laudato Si merupakan sebuah Ensiklik yang dikeluarkan oleh Paus Fransiskus. Ensiklik adalah sebuah surat pastoral yang berbentuk edaran kepada para uskup dan bersifat terbuka. Karena terbuka, maka ensiklik ini juga ditujukan kepada kita semuanya. LAUDATO SI berarti Puji bagi-Mu.

Surat ini dikeluarkan oleh Bapa Suci berkaitan dengan keprihatinan terhadap persoalan dasar tentang  ekologi. Ekologi adalah interaksi timbal balik antara manusia dengan semua makhluk hidup dan dunia sekitarnya. Dengan kata lain, melalui ensiklik ini kita semua diajak untuk melihat kembali ke dalam diri kita tentang arti sebuah keberadaan atau kehadiran dan nilai-nilai yang terkandung di dalam dasar kehidupan bersosial, lalu merenungkannya; agar kita dapat menjawab berbagai pertanyaan tentang makna hidup kita di dunia ini. Pertanyaan refleksinya sebagai berikut:

  1. Apa tujuan hidup kita di dunia ini?
  2. Apa tujuan dari karya kita dan seluruh upaya yang kita lakukan?
  3. Apa yang seharusnya perlu untuk dilakukan terhadap bumi milik kita ini?
  4. Dunia macam apa yang kita ingin tinggalkan bagi generasi mendatang termasuk anak-anak kita? Padahal bumi kita ini sedang teraniaya, tersiksa, meratap bahkan mengerang kesakitan. Erangannya itu berbaur dengan para generasi penerus yang akan kita tinggalkan, namun mereka yang akan menghadapi, menempati dan menanggung keerangan itu. Padahal semuanya berasal dari ulah kita masing-masing.

Dalam ensiklik ini juga mengkritik tentang budaya konsumerisme yang semakin merajalela, bukan saja pada golongan awam, bahkan biarawan pun terjebak di dalamnya. Selain itu, kritikan juga ditujukan kepada pembangunan yang tidak terkendali dengan baik, sehingga terjadilah kerusakan lingkungan dan pemanasan global. Karena itu Bapa Paus mengajak kita semua tanpa terkecuali agar kita semua melakukan PERTOBATAN EKOLOGI, yaitu sebuah aksi global yang terpadu dan sesegera mungkin dilaksanakan. Sebab inilah salah satu cara kita membuktikan tanggung jawab kita terhadap penciptaan dan kepada Sang Penciptanya. Inilah bagian yang penting juga dalam iman.


Wednesday, November 4, 2015

HIDUP YANG BERKELIMPAHAN - MINGGU BIASA XXXII TAHUN B

Penulis   : P. Dedy.S
Sumber : Markus 12:38-44

Ketika mendengarkan kata “Berkelimpahan”, banyak orang mengkaitkan dengan hal materi atau BIOS. Sehingga timbul pandangan bahwa hanya mereka yang berlimpah materi dapat menyumbang untuk sosial. Padahal yang dimaksudkan oleh Yesus adalah ZOE atau memberikan HIDUP. Maka, untuk dapat mengalami kelimpahan dan bersolider dengan yang lain,  seseorang tidak harus menunggu dirinya menjadi orang kaya lebih dahulu. Apapun yang kita miliki sekalipun berasal dari kekurangan, namun apabila ada gerakan di dalam hati kita untuk sesama, kapanpun kita dapat berbagi dengan yang lain. Karena yang menjadi dasarnya adalah "tinarbuka lan katresnan" atau keterbukaan, cinta kasih dan kesetiaan.

Hidup yang berkelimpahan itu akan dapat kita alami kalau kita menjalin persekutuan dengan Allah dan sesama. Hanya keterbukaan dan cinta kasih yang menjadi dasar dan jalan untuk mencapainya. Tanpa keterbukaan, tidak akan lahir kepercayaan. Dimana tidak ada kepercayaan, di situ pula tidak pernah terlahirkan cinta kasih (Bdk.  1 Raja-Raja 17:10-16).

Hidup yang berkelimpahan itu juga tidak terlepas dari salib, artinya kita harus berani berkorban bagi sesama supaya dapat menjadi solider dengan yang lain. Sama seperti Yesus telah berkorban untuk kita sebagai tanda solider. Semakin kita sering berkorban, semakin diri kita dilimpahi rahmat dan berkat; apapun bentuk pengorbanan itu (Bdk. Ibrani 9:24-28).

Hidup yang berkelimpahan itu tidak memandang seberapa besar atau seberapa kecil bentuk pengorbanan itu. Ada yang jauh lebih penting dan mulia dari semuanya itu yakni seberapa kemurahan dan kerelaan hati itu kita miliki dan kita berikan untuk hidup sesama. Di sinilah iman kita dapat diuji dan dibuktikan (Bdk. Markus 12:38-44). 


Saturday, October 31, 2015

PERINGATAN ARWAH SEMUA ORANG BERIMAN - 2 NOVEMBER (Tinjauan Histori Biblis)

Penulis : P. Dedy.S

Peringatan untuk semua arwah orang beriman selalu sehari setelah Hari Raya Semua Orang Kudus. Yang dimaksud semua orang beriman adalah semua saudara saudari kita yang telah meninggal dengan harapan agar merekapun dapat mengalami kesatuan dan persekutuan dengan para kudus di surga. Untuk mencapai ke sana kita semua memohonkan INDULGENSI kepada Allah bagi saudara saudari kita. INDULGENSI adalah pengampunan dan penghapusan atas sisa siksa dosa yang telah dilakukan.

Kebiasaan ini telah ada sejak masa awal lahirnya agama Kristen. Ini terbukti dari berbagai tulisan yang terdapat di dalam KATAKOMBE. Tulisan-tulisan itu berupa doa. KATAKOMBE adalah sebuah makam yang terdapat di dalam ruang bawah tanah. Praktek doa ini tercatat dalam 2 Makabe 12:41-42 dan 2 Timotius 1:18. Para Bapa Gereja yaitu Tertullian dan St. Cyprianus juga mengajarkan praktek doa ini yaitu doa bagi jiwa-jiwa orang yang sudah meninggal.

Adanya praktek ini menunjukkan bahwa Gereja percaya adanya Api Penyucian; hal ini dengan sangat jelas diajarkan secara implisit dalam Perjanjian Baru dengan menyebut pada ungkapan masa pemurnian setelah kematian. Dalam Matius 12:32 Yesus mengajarkan secara tidak langsung bahwa ada dosa-dosa yang dapat diampuni setelah seseorang mengalami kematian atau setelah kehidupan dunia ini. Ini menunjukkan adanya tempat atau keadaan yang bukan surga dan bukan pula neraka. Karena di surga tidak ada dosa, sedangkan di neraka tidak ada pengampunan. Dalam 1 Korintus 3:15 Rasul Paulus mengatakan bahwa kita diselamatkan, “tetapi seolah melalui api”. St. Agustinus juga merumuskan dalam ajarannya akan adanya permurnian jiwa setelah kematian (Enchiridion of Faith, Hope and Love and City of God). Perayaan hari arwah pada 2 November menjadi peringatan universal berkat pengaruh rahib Odilo dari Cluny tahun 998.

Kalau ditinjau secara teologi biblis, peringatan ini berkaitan dengan makna eskatologis yaitu persiapan akan kedatangan Kristus yang disebut Adven yaitu suatu masa penantian sebelum Natal yang membawa setiap orang menjadi manusia baru, sehingga kita diajak untuk terlebih dahulu merenungkan kehidupan sementara. Karena itu bacaan liturgi mengarah kepada akhir jaman, yaitu saatnya kita digabungkan bersama bilangan para kudus dalam kehidupan kekal di surga. 


Friday, October 30, 2015

HARI RAYA SEMUA ORANG KUDUS - 1 NOVEMBER (Sebuah Histori)


Penulis : P. Dedy.S

Hari Raya Semua Orang Kudus ini digunakan untuk mengenangkan kembali hidup dan perjuangan para kudus, yaitu mereka yang telah berjuang mempertahankan imannya akan Yesus Kristus sampai akhirnya meninggal dan menjadi martir.  Penghormatan ini untuk mereka yang sudah diakui secara resmi oleh Gereja (Kanonisasi) sebagai beato atau beata, santo atau santa maupun para kudus lainnya yang belum diakui dan yang juga belum diketahui atau dikenal. 

Untuk menjadi orang kudus atau martir kudus tidak harus menjadi seorang imam atau biarawan biarawati, melainkan bagaimana hidup seseorang terarah kepada Allah dan menjalin persekutuan dengan Yesus di dalam kebenaran untuk membela dan mempertahankan iman serta melawan kejahatan.  Salah satu contoh para kudus yang bukan kalangan imam atau biarawan biarawati adalah Frederic Ozanam, Santa Monika dan lain-lain.

Hari raya ini bermula dirayakan di Gereja Timur untuk menghormati para saksi iman. Di Gereja Barat (Roma), pesta ini bermula pada tahun 609 ketika Paus Bonifasius IV merombak Pantheon menjadi sebuah gereja. Pantheon yaitu nama sebuah tempat ibadat orang kafir dalam menyembah dewa dewi Romawi. Gereja hasil rombakan ini diserahkan kepada Santa Perawan Maria dan Para Rasul pada tahun 610. Santo Yohanes Krisostomus pada tahun 407 menetapkan perayaan ini yaitu pada Minggu pertama setelah Pentakosta.

Perayaan ini jatuh pada tanggal 1 November setelah ditetapkan oleh Paus Gregorius III pada tahun 741 dan pertama kali dirayakan di Jerman. Maka perayaan ini tidak ada kaitannya dengan perayaan day of obligation yang ditetapkan oleh Paus Gregorius IV pada tahun 835.



Thursday, October 29, 2015

KEBAHAGIAAN YANG TIADA AKHIR

Penulis : P. Dedy. S
Sumber : Matius 5:1-12a

Bagi banyak orang, bahagia itu berarti mencapai apa yang diinginkan. Pandangan ini bertentangan dengan pandangan Yesus. Bagi Yesus, kebahagiaan itu dapat terjadi walau mengalami masalah, dilanda kemiskinan dan kemalangan bahkan penderitaan terlebih disebabkan oleh karena sebuah kebenaran. 

Hari ini 1 November, Gereja merayakan HARI RAYA SEMUA ORANG KUDUS, yaitu orang-orang yang telah meninggal atau menjadi martir karena mempertahankan imannya akan Yesus Kristus. Menjadi orang kudus bukan harus menjadi seorang imam atau biarawan-biarawati, melainkan bagaimana hidup kita terarah dan bersekutu dengan Yesus di dalam kebenaran untuk melawan kejahatan. Hanya mereka yang bersekutu dengan Allah akan memperoleh kemenangan dan berakhir dengan kebahagiaan; dan kebahagiaannya tidak akan pernah berkesudahan (Bdk. Wahyu 7:2-4, 9-14).

Ketika dibaptis, kita mendapatkan rahmat yang salah satunya adalah disatukan dalam himpunan atau keluarga para kudus karena kita menjadi anak-anak Allah. Karena itu kekudusan harus dipertahankan dengan penuh kesetiaan sebagai pengikut-Nya bahkan berusaha menyerupai dengan Dia (Bdk. 1 Yohanes 3:1-3). Inilah cara mencapai kebahagiaan bersama dengan Allah.

Bagi Yesus, kebahagiaan mengandaikan tiga hal yaitu: masa depan, memenuhi persyaratan dan bertumpu pada-Nya. Untuk menuju kebahagiaan di masa depan harus diantisipasi dengan harapan tentang apa yang akan terjadi di masa depan. Masa depan itu tak terlepas dari masa kini dan masa lampau. Di masa kini setiap orang perlu berjuang (rekasa - bhs Jawa) kalau ingin bahagia. Orang yang demikianlah yang menaruh harapan dan bertumpu kepada Allah. Yesus sendiri telah mewartakan Kerajaan Allah ( = kebahagiaan kekal) di masa lampau untuk menjadi penjamin yang bukan hanya diharapkan melalui doa, melainkan juga diimani di dalam perbuatan  yaitu menjadi manusia yang baik dan bersih hatinya (Bdk. Matius 5:1-12a). 


Thursday, October 22, 2015

MELIHAT DENGAN IMAN

Penulis  : P. Dedy.S
Sumber : Markus 10:46-52

Setiap orang dikaruniai mata untuk melihat, namun kenyataannya tidak semua dapat melihat sekalipun kondisi mata fisiknya baik. Sebab yang dilihat bukan yang seharusnya dilihat. Itulah yang sesungguhnya membuat diri kita mengalami kebutaan dalam penglihatan. Kebutaan yang terjadi bukan saja fisik, melainkan juga rohani yakni tempat kita mengolah iman.

Kebutaan rohani dapat terjadi di dalam diri kita, kalau kita mulai mematikan kemampuan untuk memahami makna di balik sebuah penderitaan atau kesukaran hidup yang kita alami. Akibat kebutaan penglihatan itu bisa menghasilkan sikap pandangan dan hidup yang suram, pesimistis, kecewa bahkan putus asa. Dapat juga menimbulkan suatu pandangan dan sikap yang arogan, merasa serba tahu, merasa selalu benar, bahkan merasa tak pernah salah. Karena itu perlu tuntunan dan pendampingan dari Allah (Bdk. Yeremia 31:7-9).

Kita perlu beralih dari kebutaan ke dalam kemampuan untuk melihat kerahiman Allah dalam diri kita. Karena itu kita memerlukan penyembuhan lewat tobat atas salah dan dosa kita. Allah telah datang dan menjadi serupa dengan diri kita supaya dapat mengalami segala kesulitan dan hambatan yang ada di dalam diri kita. Dengan demikian Allah dapat menyembuhkan dan memulihkan keadaan diri kita. Maka, untuk mensyukurinya kita harus membuat silih atau korban sebagai pepulih atas dosa kita. Karena tobat akan sempurna kalau disertai NIAT, TOBAT dan SILIH DOSA (Bdk. Ibrani 5:1-6).

Kita ini harus bersikap dan belajar seperti Bartimeus, artinya:
pertama, kita harus mempunyai kerinduan untuk mengalami perjumpaan dengan Allah yang sewaktu-waktu datang menghampiri diri kita.

Kedua, kita  harus sadar dan menjadi tahu bahwa kita membutuhkan penyembuhan rohani atau batin. Siapa penyembuhnya kalau bukan Allah sendiri yang hadir dalam diri Yesus.

Ketiga, Kita harus berusaha menemukan dalam diri masing-masing hal-hal yang menghambat serta melumpuhkan iman dalam melihat kehadiran dan wujud Allah termasuk panggilan kita untuk berbuat baik terhadap sesama.

Keempat, kita harus membuktikan sikap tobat dengan mengikuti Yesus dan menjadi murid. Itu berarti berani memikul salib setiap hari dan melayani sesama penuh belaskasih. Agar diri kita pulih dari kebutaan iman dan rohani, marilah kita mengulangi doa Bartimeus: ‘Rabuni, semoga aku dapat melihat!”(Bdk. Markus 10:46-52). 


Wednesday, October 21, 2015

BERKUASA ITU MELAYANI DENGAN KELUBERAN

Penulis  : P. Dedy.S
Sumber : Markus 10:35-45

Sejak penciptaan, Allah telah memberikan tugas kepada manusia; salah satu tugas itu adalah memiliki kekuasaan atas makhluk hidup yang lain. Namun maksud Allah dengan kekuasaan itu bukanlah menguasai seluruh ciptaan termasuk sesamanya manusia. Justru yang dimaksudkan oleh Allah dengan berkuasa yaitu melayani, memelihara, menjaga, melestarikan dan menggunakan semuanya itu dengan penuh kearifan dan kebijaksanaan. Namun, kenyataannya manusia sering jatuh ingin menguasai manusia lainnya. Berkuasa atau memiliki  kuasa berarti pula  memiliki kemauan dan kesediaan untuk memberikan dan membangun kekuatan dari, bersama dan untuk orang lain. Bukan memanfaatkan bahkan  memeras daya  dan kemampuan hidup orang lain hanya demi kepentingan diri sendiri; justru sebaliknya menambahkan daya hidup bagi orang lain yang berkekurangan,  supaya  orang lain itu dapat mengalami  hidup damai sejahtera. Dengan kata lain, Berkuasa berarti memiliki dan menggunakan kemampuan diri untuk ikut serta memberikan sumber hidup kepada orang lain secara rela, cuma-cuma dan tanpa perhitungan. Itulah yang dinamakan LUBER atau BERKELIMPAHAN.

Untuk menjadi manusia yang mampu melayani dengan segala kelimpahan, dari dalam diri kita sendiri dituntut penyerahan diri secara total kepada Allah dan mengambil peran sebagai hamba. Dengan demikian, kita akan mendapatkan hikmat yang berasal dari Allah untuk membenarkan banyak orang, mampu memaafkan kesalahan orang lain dan memperoleh kekuatan dalam menanggung segala macam penderitaan (Bdk. Yesaya 53:10-11). Untuk mencapai kesemuanya itu hanya ada satu sikap yang diperlukan yaitu kerendahan hati.

Yesus adalah model pelayanan hidup kita. Sebagai Imam Agung berbeda dengan para imam pada umumnya. Ia sama dengan kita yaitu mengalami pencobaan dan tantangan yang luar biasa, namun tidak berdosa. Bahkan rela menanggung  kehinaan  dan penderitaan, serta mati di salib. Semuanya itu hanya bertujuan untuk menyelamatkan kita. Ia memasuki nasib kita, agar bersama Dia, kita dapat diangkat kembali menjadi ahli waris surgawi (Bdk. Ibrani 4:14-16).

Kita mungkin sering mempermasalahkan dan memperebutkan kedudukan yang diwarnai materialistis dan egoistis. Bagi Yesus, berkuasa itu bukanlah memerintah melainkan melayani dengan segala bentuk pengorbanan bukan demi kepentingan pribadi ataupun golongan, melainkan demi kepentingan bersama. Agar tak seorangpun mengalami kekurangan, sebaliknya agar setiap pribadi mengalami kelimpahan atau keluberan (Bdk. Markus 10:35-45).


Thursday, October 8, 2015

JALAN MENUJU HIDUP KEKAL

Penulis  : P. Dedy.S
Sumber : Markus 10:17-30

Di masyarakat kerap kali berpandangan bahwa yang terpenting dan menjamin seseorang untuk hidup adalah pekerjaan, kekayaan dan status. Kekayaan atau harta materiil kerap kali dilihat sebagai puncak kekuatan dan kebanggaan, yang harus dicapai manusia. Memang demikianlah pandangan dan sikap orang duniawi, seolah-olah orang hanya ingin hidup di dunia ini saja, maka sikapnya materialistis.

Tujuan  hidup itu sebenarnya bukan untuk yang hanya bersifat sementara, melainkan yang menuju ke dalam hidup kekal. Untuk mencapai dan memperolehnya, setiap orang perlu perjuangan dalam menekuni hidup rohani dan menggunakan kekayaannya secara bijaksana yang bukan melulu menguntungkan dirinya sendiri, melainkan berguna bagi sesamanya. Karena itu doa dan kebijaksanaan haruslah mendapatkan tempat di dalam diri kita, agar kita mampu memilah-milah antara kebutuhan hidup di dunia dan hidup kekal (Bdk. Kebijaksanaan 7:7-11).

Selain doa dan kebijaksanaan, kita juga memerlukan santapan rohani yaitu Sabda Tuhan. Semakin sering kita duduk dekat kaki Tuhan dan mendengarkan Dia bersabda, secara otomatis diri kita akan dibimbing oleh Sabda itu dan akan diingatkan ketika kita mulai salah jalan. Sebab Sabda Allah itu hidup dan penuh daya. Agar Sabda itu sungguh-sungguh menghidupi diri kita dan senantiasa membawa kita ke dalam persekutuan dengan Allah, maka dari dalam diri kita diharapkan ada keterbukaan hati dan kemauan untuk memiliki Sabda Allah itu di dalam diri dan hati kita (Bdk. Ibrani 4:12-13).

Jalan menuju hidup kekal itu tidaklah cukup hanya melakukan kesepuluh perintah Allah, tanpa mempunyai kemauan untuk bersikap lepas bebas dari hidup keduniawian. Sebab segala yang duniawi tidak menjamin akan membawa kita ke dalam hidup kekal. Yesus mau menyadarkan kita, bahwa kekayaan atau harta yang disediakan dan diberikan oleh Allah, baik dan perlu. Namun bukan untuk kepentingan diri sendiri, melainkan bagi sesama juga. Sebab harta atau kekayaan mempunyai kekuatan untuk menghalangi orang untuk menjadi murid Yesus sejati. Karena itu dituntut kesediaan untuk melepaskan diri seutuhnya dari ikatan milik pribadi. Sebab kekayaan duniawi dapat memusatkan hati kita hanya kepada dunia ini saja. Sedangkan keselamatan adalah anugerah dan rahmat yang berasal dari Allah yang berpusat pada kehendak dan kepentingan Allah. Keselamatan itu merupakan ukuran nilai bukan ukuran harga (Bdk. Markus 10:17-30). 


Thursday, October 1, 2015

CINTA SUAMI ISTRI LAMBANG CINTA KASIH ALLAH

Penulis : P. Dedy. S
Sumber: Markus 10:2-16

Dalam kitab suci banyak diberikan simbol tentang hubungan ikatan kesatuan antara Allah dan kita manusia. Salah satu simbol yang menunjukkan relasi kesatuan itu adalah kesatuan kasih antara suami dan istrinya. Hanya kasih yang dapat menyatukan hubungan kita dengan Allah; sama seperti yang dicurahkan dan diungkapkan oleh suami dan istri. Tentu saja tiada bentuk kasih yang sangat besar selain pengorbanan. Karena itu untuk mencapai kesatuan itu dari diri kita sendiri harus berani meninggalkan segalanya, seperti halnya suami dan istri harus berani meninggalkan orangtuanya, keegoannya dan segalanya untuk bersatu menjadi satu daging dan hidup tak terpisahkan atau terceraikan. Bagaimana dengan kasih yang ada di dalam diri kita? Masih adakah kasih itu?

Karena kepedulian Allah, maka Ia menunjukkan kasih-Nya kepada kita, sehingga setiap orang tidak dibiarkannya hidup seorang diri. Allah memberikan seorang penolong bagi diri kita masing-masing, supaya dengan mengalami pertolongan yang datang dari sesama, kita dapat mengalami perjumpaan dengan Allah dan mengalami kasih-Nya. Sama seperti Adam manusia pertama yang tidak dibiarkan oleh Allah sendirian, melainkan diberikan seorang teman dan sekaligus partner yang sepadan, sederajat dan semartabat. Agar keduanya dapat saling kerja sama. Karena itu lelaki dan perempuan pada dasarnya adalah sederajat, karena keduanya saling melengkapi dan saling mengungkapkan cinta kasih Allah. Maka kunci kasih yang harus diungkapkan adalah saling bertanggungjawab (Bdk. Kejadian 2:18-24).

Penjelmaan Allah dalam diri Yesus sebenarnya mau menjadi perantara relasi antara kita dengan Allah dan relasi kita dengan sesama, karena Allah yang ada dalam diri Yesus melihat kerenggangan hubungan itu yang terlahir oleh karena ego yang kita bangun bukan kasih. Karena alasan itulah Yesus memilih tidak menikah dan tidak berkeluarga supaya Ia tidak membatasi kasih secara khusus kepada hanya satu orang saja. Kasih-Nya mutlak kepada semua orang yang mau dikasihi-Nya (Bdk. Ibrani 2:9-11). Kasih Kristus yang penuh dan utuh kepada umat-Nya itulah yang harus menjadi lambang persatuan perkawinan umat kristiani sejati.

Sebuah perkawinan janganlah dilihat keindahannya dari pesta atau segala kenikmatannya, melainkan yang utama adalah kesungguhan dan kesetiaan dalam diri kedua mempelai di hadapan Tuhan untuk saling mengasihi dan bertanggungjawab. Karena itu janji setia perkawinan di hadapan Allah harus mencerminkan dan mempersatukan kasih antar keduanya untuk selamanya dalam suka maupun duka. Karena itu ditegaskan “Apa yang telah dipersatukan oleh Allah, tidak boleh diceraikan oleh manusia”. Karena itu sebelum memutuskan perkawinan, haruslah lebih dahulu mampu saling mengenal kelebihan dan kekurangannya lalu berusaha saling meneguhkan secara tulus ikhlas dan penuh kasih setia seperti halnya Allah yang selalu mengenal diri kita dan senantiasa meneguhkan hati kita (Bdk. Markus 10:2-16). 


Saturday, September 5, 2015

SABDA YANG MENYELAMATKAN

Penulis  : P. Dedy. S
Sumber : Markus 7:31-37

Untuk memenuhi kebutuhan fisik, setiap orang perlu bekerja. Tetapi untuk kebutuhan rohani, setiap pribadi perlu mendengarkan Sabda Allah, menerima di dalam hatinya, merenungkannya dan melaksanakan Sabda itu. Sebab bukan kebutuhan fisik yang dapat membawa diri kita kepada keselamatan kekal, melainkan kebutuhan rohani dan kerinduan untuk selalu dekat dengan Tuhan melalui mendengarkan Sabda-Nya dan dengan tekun pula melaksanakannya.

Bulan ini kita memasuki BULAN KITAB SUCI NASIONAL yang menjadi kesempatan bagi kita untuk meluangkan waktu secara lebih untuk mendengarkan Sabda Allah dan membiarkan Sabda itu meresap dan merajai seluruh diri kita. Semakin kita memberikan waktu bagi Allah untuk bersabda kepada kita, maka lambat laun Allah pun akan membuat diri kita mampu melihat kebesaran dan kehadiran Allah. Tentu kemampuan itu akan terjadi, jikalau dari dalam diri kita sendiri sudah mulai mau membuka telinga lebar-lebar untuk mendengarkan Allah bersabda. Dengan demikian kita akan dimampukan oleh Allah bukan hanya melihat keagungan dan kehadiran Allah saja, justru akan makin membuat diri kita mampu memuji Allah dengan seluruh perkataan dan perbuatan diri kita (Bdk, Yesaya 35:4-7a).

Sesungguhnya Allah tidak pernah pilih-pilih dalam menyampaikan Sabda-Nya. Hanya semua kembali ke dalam diri kita, apakah mau menerima Sabda itu atau masih setengah-setengah. Alangkah baiknya dari dalam diri kita hendaknya mempunyai motivasi murni penuh ketulusan hati dalam menerima Sabda Allah itu. Sebab hanya orang yang bermotivasi di dalam hatinya secara murni dan penuh ketulusan hati yang terus menerus berharap tanpa henti untuk mendengarkan Allah bersabda sampai Sabda itu memperkaya diri dan imannya, sehingga nantinya dapat menjadi ahli waris dalam Kerajaan Allah (Bdk, Yakobus 2:1-5). Tentu saja, perbuatan kitalah sebagai penentunya. Sebab dari perbuatan itu akan nampak cara kita melihat dan mendengarkan Sabda Allah itu.

Maka, kalau selama ini diri kita menutup diri terhadap Sabda Allah, sehingga kita menjadi buta, tuli dan bisu karenanya. Sekarang inilah kesempatan bagi kita untuk bangkit dan bertobat lalu mulai membangkitkan niat baru untuk lebih terbuka dan tekun dalam membaca, mendengarkan dan mewartakan Sabda Allah. Niscaya, Sabda Allah itu bukan hanya menyembuhkan segala keterbatasan diri kita, bahkan menyelamatkan hidup kita, sehingga kita dimampukan oleh Allah untuk menjadi saksi-Nya (Bdk, Markus 7:31-37).