Saturday, September 5, 2015

SABDA YANG MENYELAMATKAN

Penulis  : P. Dedy. S
Sumber : Markus 7:31-37

Untuk memenuhi kebutuhan fisik, setiap orang perlu bekerja. Tetapi untuk kebutuhan rohani, setiap pribadi perlu mendengarkan Sabda Allah, menerima di dalam hatinya, merenungkannya dan melaksanakan Sabda itu. Sebab bukan kebutuhan fisik yang dapat membawa diri kita kepada keselamatan kekal, melainkan kebutuhan rohani dan kerinduan untuk selalu dekat dengan Tuhan melalui mendengarkan Sabda-Nya dan dengan tekun pula melaksanakannya.

Bulan ini kita memasuki BULAN KITAB SUCI NASIONAL yang menjadi kesempatan bagi kita untuk meluangkan waktu secara lebih untuk mendengarkan Sabda Allah dan membiarkan Sabda itu meresap dan merajai seluruh diri kita. Semakin kita memberikan waktu bagi Allah untuk bersabda kepada kita, maka lambat laun Allah pun akan membuat diri kita mampu melihat kebesaran dan kehadiran Allah. Tentu kemampuan itu akan terjadi, jikalau dari dalam diri kita sendiri sudah mulai mau membuka telinga lebar-lebar untuk mendengarkan Allah bersabda. Dengan demikian kita akan dimampukan oleh Allah bukan hanya melihat keagungan dan kehadiran Allah saja, justru akan makin membuat diri kita mampu memuji Allah dengan seluruh perkataan dan perbuatan diri kita (Bdk, Yesaya 35:4-7a).

Sesungguhnya Allah tidak pernah pilih-pilih dalam menyampaikan Sabda-Nya. Hanya semua kembali ke dalam diri kita, apakah mau menerima Sabda itu atau masih setengah-setengah. Alangkah baiknya dari dalam diri kita hendaknya mempunyai motivasi murni penuh ketulusan hati dalam menerima Sabda Allah itu. Sebab hanya orang yang bermotivasi di dalam hatinya secara murni dan penuh ketulusan hati yang terus menerus berharap tanpa henti untuk mendengarkan Allah bersabda sampai Sabda itu memperkaya diri dan imannya, sehingga nantinya dapat menjadi ahli waris dalam Kerajaan Allah (Bdk, Yakobus 2:1-5). Tentu saja, perbuatan kitalah sebagai penentunya. Sebab dari perbuatan itu akan nampak cara kita melihat dan mendengarkan Sabda Allah itu.

Maka, kalau selama ini diri kita menutup diri terhadap Sabda Allah, sehingga kita menjadi buta, tuli dan bisu karenanya. Sekarang inilah kesempatan bagi kita untuk bangkit dan bertobat lalu mulai membangkitkan niat baru untuk lebih terbuka dan tekun dalam membaca, mendengarkan dan mewartakan Sabda Allah. Niscaya, Sabda Allah itu bukan hanya menyembuhkan segala keterbatasan diri kita, bahkan menyelamatkan hidup kita, sehingga kita dimampukan oleh Allah untuk menjadi saksi-Nya (Bdk, Markus 7:31-37).